25 Juli 2011

HUKUM TAURAT ATAU ANUGERAH (KASIH KARUNIA)

Sumber :Elia Stories Care
Sambungan Ke Bagian #2



Bab Tiga

"Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, – sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum – bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? Sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi istri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain. Sebab itu saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." (Roma 7:1-4) [hukum = Taurat - penerjemah]



Dalam kitab Roma pokok ini adalah suatu ilustrasi yang dikemukakan oleh Rasul Paulus untuk menyatakan hubungan orang percaya pada hukum Allah dan segala tuntutan dan perintah-perintah hukum itu. Paulus membandingkan orang Kristen dengan seorang wanita yang telah menjadi janda oleh kematian suaminya yang pertama, dan kemudian segera menikah lagi dengan suaminya yang kedua pada hari kematian suami pertamanya. Dalam ilustrasi ini suami pertama wanita ini adalah hukum Taurat, dan suami keduanya adalah Tuhan Yesus Kristus.



Empat Gambaran Hukum Taurat

Alkitab memberikan pada kita empat lukisan atau gambaran yang hebat dari suami pertama ini, memberikan kita gambaran yang lengkap dari dia, agar kita akan diingatkan untuk selalu memuji Allah karena melepaskan kita dari suami pertama yang kejam ini, yaitu hukum Taurat, dan menyebabkan kita melayani suami kedua kita, Tuhan Yesus, dengan kasih yang lebih besar dan berhasil dan penuh kesetiaan. Empat gambaran dari hukum Taurat ini adalah sebagai berikut:



1. Hukum Taurat sebagai seorang suami yang menuntut (Roma 7:1-6).

2. Hukum Taurat sebagai seorang penuntun (Gal 3:24)

3. Hukum Taurat sebagai seorang mandor budak (Kis 15)

4. Hukum Taurat sebagai rumah penjara (Gal 4:19-31).



Suami Pertama

Marilah kita lihat pada suami pertama (Taurat) ini, yang Paulus lukiskan. Paulus sedang berkata khusus kepada orang Yahudi sebangsanya, dan berkata sebagai berikut: "Aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum"



Paulus telah mengkhotbahkan anugerah yang cuma-cuma kepada orang Yahudi dan juga kepada bukan Yahudi, dan kemudian seperti sekarang, itu menimbulkan banyak sekali oposisi diantara penganut agama Yahudi yang selalu menurut aturan-aturan dari zaman Paulus, yang bersikeras bahwa umat percaya non Yahudi ditempatkan di bawah ikatan hukum Yahudi mereka, walaupun telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Inilah yang Paulus tidak biarkan bahkan untuk waktu yang sangat singkat, dan surat kiriman kepada orang Roma telah ditulis khusus untuk membuktikan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia dan hanya kasih karunia saja, dan orang percaya selama-lamanya bebas dari hukum Taurat, terlepas dari Taurat, selama-lamanya selesai dengan kutuknya, hukumannya, dan ancaman hukuman matinya. Ia membedakan hukum Taurat dan kasih karunia, dan menyelesaikan argumennya dalam Roma 6:23 dengan kesimpulan ini: "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita." (Roma 6:23)



Di sini hukum Taurat dan anugerah (kasih karunia) sangat jelas dibedakan. Hukum Taurat menuntut kematian. Hukum itu adalah pelayan dari kematian bagi orang berdosa, karena "Sebab upah dosa adalah maut". Nah ini adalah bahasa hukum Taurat, "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati." Tetapi bahasa anugerah sangatlah bertolak belakang. Ia sediakan hidup bagi orang berdosa, bukan kematian, dan sebab itu "Kasih karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita."



Kemudian Paulus memperkenalkan kita kepada janda ini, dalam Roma 7, yang telah kehilangan suami pertamanya, hanya untuk menikah lagi dengan suami kedua. Ayo marilah kita lihat bersama suami pertama ini.





Suami Pertama

Paulus berkata, suami pertama adalah hukum Taurat, seluruh isi hukum Taurat seperti yang diberikan Allah melalui Musa. Haruslah sungguh-sungguh diingat bahwa hanya ada satu Suami Pertama saja, dan karena itu hanya ada satu hukum Taurat. Membedakan hukum Musa dan hukum Tuhan, membuat ada dua suami hukum, tetapi hanya ada satu saja. Umat Israel telah menikah dengan suami ini, ialah Taurat, di Sinai, dan suami ini mati di Kalvari. Semua tuntutannya dipenuhi di sana, dan Ia melepaskannya melalui kematian, semua tuntutan pada sang istri ini, yang padanya Ia telah memerintah selama lebih dari seribu enam ratus tahun, agar istrinya dapat bebas sekarang untuk dinikahkan dalam kasih karunia kepada Tuhan Yesus Kristus.



Ingat bahwa suami pertama ini adalah seorang tuan yang keras. Tuntutannya adalah tidak mungkin untuk dilaksanakan karena istrinya seorang pendosa, oleh sebab itu ia tidak dapat menuruti hukum itu. Karena itu si suami hukum ini, mengutuki istri yang tidak taat ini, yang berusaha sebisanya, tetapi sama sekali tidak dapat memuaskan suami pertamanya. Ingatlah bahwa hukum Taurat itu kudus, benar dan sempurna, dan umat manusia itu bejat akhlaknya, penuh dosa dan rusak. Jadi hukum Allah itu kudus, sehingga orang berdosa tidak dapat menurutinya. Karena begitu sempurna, sehingga manusia yang tidak sempurna telah gagal memenuhi seluruh tuntutannya, begitu adil, bahwa itu harus perlu menghukum mati orang yang melanggarnya.



Tetapi sang istri diperintahkan untuk tunduk kepada suami ini, yaitu Taurat ini, meskipun tidak mungkin untuk menuruti perintah-perintahnya. Karena itu ia telah selalu berada di bawah ancaman hukuman, kutukan, dan hukuman mati dari suaminya. Kecuali tentu saja, kelepasan datang, istri yang malang ini harus akhirnya binasa, karena mereka yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat berada di bawah kutuk, sebab ada tertulis "Terkutuklah setiap orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab Taurat". Wanita ini harus dilepaskan dari suami pertamanya (Taurat), atau mati.





Suami ini mandul

Satu hal lagi yang diungkapkan dalam pokok ini mengenai suami pertama hukum ini. Istri ini mandul dan tak dapat melahirkan buah kebenaran. Nah tidak ada kesalahan pada Taurat, tetapi ada pada sang istri; selama ia berada di bawah Taurat ia berada di bawah hukuman mati, mandul dan tak berbuah. Hukum Taurat tidak dapat menghasilkan kebenaran di dalam orang berdosa. Ia hanya dapat menyalahkan dosanya. Begitu jelas Paulus nyatakan ini ketika ia berkata: "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging." (Roma 8:3).



Bukanlah kesalahan dari Taurat bahwa sang istri tidak dapat menghasilkan buah-buah roh. Itu disebabkan karena kelemahan dagingnya sendiri. Hukum Taurat sesungguh-nya kuat, cukup kuat untuk menyalahkan orang berdosa untuk mati selamanya, tetapi ia tidak mempunyai kuasa untuk memberi hidup, itu bukan tujuannya, juga bukan maksud-nya. Oleh karena itu, istri yang lemah dan malang ini, hanya dapat berkeringat, bekerja membanting tulang dan berusaha, hanya dipaksa oleh ketakutan yang lebih besar dan ancaman-ancaman dari suaminya, yaitu Taurat, karena kegagalannya untuk menuruti tuntutan-tuntutannya. Karena itu ia harus mencari kelepasan pada orang lain. Ia harus dilepaskan dari hukum Taurat. Tetapi inilah masalahnya. Ia tidak dapat menikah dengan orang lain sampai ia bebas dari suami pertamanya. Ia tidak boleh memiliki dua suami pada saat yang sama. Ini akan membuatnya menjadi seorang pelacur. Sebelum ia dapat menikah dengan Kristus, ia harus dibebaskan dari suami pertamanya, hukum Taurat. Tuntutan-tuntutannya harus dipenuhi, hukumannya harus dibayar.





Dilepaskan dalam Kristus

Dan ini membawa kita ke kebenaran yang mulia dari pembenaran kita oleh iman. Setelah tiba waktunya, sesorang datang yaitu Tuhan Yesus. Ia menuruti hukum Allah itu secara sempurna dalam seluruh hidupnya, memenuhi setiap tuntutannya, dan kemudian Ia pergi ke Kalvari dan telah membayar penuh semua (komplit) hukuman dari dosa kita, dan kutuk dari hukum Taurat, yang dituntut oleh suami pertama ini, yaitu Taurat. Sebagai anggota-anggota dari tubuh Kristus, Allah sekarang memperhitungkan semua yang telah terjadi pada Yesus, seolah-olah telah terjadi pada orang percaya dalam Kristus, hukuman dari Taurat yang telah dibayar penuh olehNya, dihubungkan (dimasukkan) kepada kita, dan kebenaran tanpa dosanya sekarang dianggap menjadi kepunyaan kita. Hukum Taurat sekarang tidak lagi mempunyai tuntutan kepada kita, karena kita sekarang seperti kata Paulus: "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah" (Gal. 2:19) atau ayat kitab suci kita berkata: "Sebab itu saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus" (Roma 7:4).



Karena itu orang percaya selama-lamanya selesai dengan hukum Taurat. Sepanjang yang menyangkut dirinya, ia telah mati bagi hukum Taurat. Menuntut sesuatu lagi, akan disalahkan karena berzinah secara rohani (memiliki dua suami). Kita dilepaskan dan selama-lamanya telah diselamatkan dari suami yang memeras, menuntut, mengancam, karena: "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus, yang tidak berjalan (hidup) menurut daging, tetapi menurut Roh. Karena hukum Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus (suami kita yang kedua) telah memerdekakan saya dari hukum dosa dan hukum maut (suami pertama kita, hukum Taurat, yang menyatakan dosa dan menghukum dosa kita)." (Roma 8:1-2 KJV)





Tidak ada penghukuman

Karena itu tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Tidak dikatakan "Karena itu tidak ada penghukuman bila kita menuruti hukum Taurat." Banyak orang ingin membaca secara itu, namun tidak demikian diberikan oleh Paulus. Sungguh benar tidak ada maksud dalam berkata bahwa tidak ada penghukuman bila kita memelihara/menuruti hukum Taurat, karena benar-benar jelas bahwa tidak akan ada penghukuman bagi mereka yang menuruti hukum Taurat. Hukum itu tidak akan menghukum orang benar. Hukum Taurat itu tidak menghukum mereka yang menuruti tuntutannya, tetapi hanya bagi mereka yang melanggarnya. Tetapi bila kita di dalam Kristus Yesus, tetap saja tidak ada penghukuman, meskipun kita tidak menuruti hukum Taurat, ya, lebih-lebih lagi, tidak ada penghukuman bagi orang percaya, walaupun kita melanggar hukum Allah. Nah jangan sama sekali anda kaget. Saya katakan tidak ada penghukuman (condemnation) bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, walaupun mereka melanggar hukum Taurat. Jelas akan ada penghajaran (chastening), bila kita tidak taat; akan ada ganjaran (punishment) bila kita melanggar hukumNya, ada penghakiman akan dosa kita, dan juga pengampunan, tetapi tidak akan ada penghukuman (condemnation). Bila tidak demikian, maka ini berarti bahwa setiap kali orang percaya berbuat dosa, ia akan kembali berada dibawah penghukuman dari hukum Taurat yang sama dan akan terhilang kembali. Itu tidak akan terjadi. Untungnya suami pertama telah mati. Alangkah bingungnya bila setiap kali kita gagal. Maka suami pertama akan hidup kembali, dan memerintah kita sekali lagi, sementara kita sedang hidup dengan suami kita yang kedua, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tidak, hal itu tidak akan terjadi, itu adalah suatu kemustahilan yang akan benar-benar menggelikan, dan oleh sebab itu Paulus berkata: "Tetapi sekarang kita telah dibabaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat". (Roma 7:6)



Tidak ada lagi penghukuman selamanya. Mungkin ada penghajaran, dan ganjaran untuk kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan kita, tetapi tidak ada penghukuman sejauh hubungan dengan penghakiman akhir.





Haruskah kita berbuat dosa?

Nah saya dapat mendengar anda berkata, "Kalau itu benar, maka kita dapat hidup sebagaimana yang kita sukai, dan kita akan menjadi tidak patuh kepada hukum, sungguh-sungguh tidak bertanggung-jawab, dan tanpa hukum apapun. Kita dapat hidup sesuka hati kita dan tetap selamat." Sekarang saya biarkan Paulus menjawab keberatan itu, karena ia telah mengantisipasinya: Dalam Roma 6:1 ia berkata demikian: "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolekah kita bertekun di dalam dosa, supaya bertambah-tambah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagai-manakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus telah dibaptis dalam kematianNya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-ssama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:1-4)



Nah maksud dari semuanya ini adalah seperti berikut. Sementara suami pertama kita ini mati, tetapi kita bukan janda, karena telah menikah kepada yang lain yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. kita memiliki seorang suami yang baru yang lebih baik. Kita berada di bawah hukum yang lebih tinggi, hukum kasih. Namun anda bertanya, "Karena orang Kristen sudah mati bagi hukum Taurat, apakah ia tidak berkewajiban menuruti hukum Taurat?" Ya, sesungguhnya ia harus, tetapi dari suatu motif yang berbeda sama sekali. Orang percaya akan berusaha menuruti semua keinginan Allah, hidup dengan suatu cara hidup yang kudus, suci sesuai dengan FirmanNya yang diungkapkan, tetapi dengan suatu alasan yang sungguh lain, daripada ketakutan akan hukum Taurat. Orang percaya ini (Istri), sekarang hidup untuk menyenangkan suami keduanya, yaitu Kristus, karena ia mengasihiNya. Di bawah Taurat, itu adalah paksaan, untuk upah, karena takut akan ganjaran, di bawah ancaman pengadilan dan kematian. Tetapi sekarang motifnya adalah kasih, perasaan syukur, dan hati yang penuh terima kasih karena kelepasan dari hukum Taurat yang diperoleh.



Orang kristen mempunyai kewajiban moral kasih kepada Kristus, untuk melakukan kehendakNya, tetapi Dia tidak mempunyai kewajiban moral hanya karena itu dituntut oleh hukum Taurat. Di sini ada suatu perbedaan yang besar. Karena itu untuk mengatakan bahwa kebebasan dari hukum Taurat membuat kita tidak patuh pada hukum adalah menyatakan suatu ketidakacuhan sama-sekali terhadap kasih karunia Allah, walaupaun suami pertama telah mati, kita bukan janda, sebab kita segera dinikahkan dengan Seorang yang telah menang akan kasih kita, dan sementara Ia harapkan kita akan moral kepatuhan sebanyak bahkan lebih lagi daripada di bawah hukum Taurat, Ia juga menyediakan kekuatan moral untuk melakukan kehendakNya, yang tentu saja sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh hukum Taurat. Saya mengaku, jika suami pertama telah mati, dan janda belum menikah lagi, ia dapat menjadi seorang yang sangat bahaya karakternya, ia akan berkelana di jalan-jalan, tetapi kasusnya sama-sekali tidak begitu. Ia telah dinikahkan lagi kepada seorang yang lain, yaitu Kristus.





Suami yang berbuah

Dan Paulus menambah: "Kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik (dinikahkan dengan) orang lain, yaitu milik Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." (Roma 7:4)



Pernikahan dengan hukum Taurat tidak menghasilkan buah, tetapi sekarang, menjadi milik Kristus, kita membawa buah kepada Allah. Jika tidak ada buah kasih karunia, seperti dibuktikan oleh suatu moral, kesucian, hidup yang kudus, kita sama-sekali tidak mempunyai hak untuk menganggap bahwa seseorang itu sungguh-sungguh telah selamat, karena ia masih mati di dalam dosa.



Jadi bukti dari kasih karunia adalah kekudusan. Hal ini tidak dapat disediakan oleh hukum Taurat, tetapi sebagaimana sungguh-sungguh kita telah dilepaskan dari hukum Taurat dan diselamatkan oleh kasih karunia, dan dinikahkan kepada Kristus, kita akan menghasilkan buah-buah kebenaran. Kasih karunia sekarang menjadi guru kita, daripada hukum Taurat. Sesungguhnya, kita sekarang melakukan hal-hal yang dituntut oleh hukum Taurat, tetapi daripada melakukannya karena ketakutan dan tekanan hukum dan dikendalikan, kita sekarang melakukannya dengan sukacita dan menyanyi, "karena kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan".



"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Maha Besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:11-13).



Dan karena itu Paulus mengajar kita pelajaran yang besar bahwa sekarang kita bebas dari hukum Taurat. Penghukumannya tidak dapat mencapai kita, kita sekarang bebas untuk hidup bagi Kristus, dan kita dapat menggunakan hidup kita untuk melayaniNya, menangkan jiwa-jiwa bagiNya, tanpa takut, karena kita bersama dengan Paulus dapat berkata: "Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan" (2 Timotius 1:12)



Bersambung Ke Bagian #4

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis