17 November 2009

Cara Pandang Tentang Beban Hidup

Sumber : Come and Follow Jesus
Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul
beban tersebut.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey
mengangkat segelas
air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira
segelas air ini?"

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr."Ini bukanlah masalah
berat absolutnya,
tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1
jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1
hari penuh, mungkin anda
harus memanggilkan ambulans untuk saya.Beratnya sebenarnya sama, tapi
semakin lama saya
memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan
mampu membawanya
lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang
harus kita lakukan adalah
meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan
beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu
membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban
pekerjaan. Jangan bawa
pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada
dipundak anda hari ini, coba
tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil
lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!! Hal
terindah dan terbaik
di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
di relung hati kita.

Start the day with smile and have a good day........
Tuhan Memberkati Kita Semua.
--------------------

NILA SETITIK TIDAK MERUSAK SUSU SEBELANGA

Sumber : doa Untuk Saudaraku
Seorang gadis kecil kelas empat SD, diminta gurunya untuk menggambar tangga sebagai PR.
Dengan susah payah dan kerja keras akhirnya gambar yang di minta, yang besok mesti dikumpulkan selesai juga, tapi malang saat sedang bergegas membereskan peralatan gambarnya,
setetes tinta gambar tertetes tepat di tengah gambar tangga yang baru saja di selesaikkannya.
Si gadis kecil menjerit kesal. Bagaimana tidak, semalaman ia berusaha menyelesaikan gambar itu, tapi karena keteledoran kecil iya membuyarkan apa yang sudah dikerjakannya dengan susah payah.
Tambah lagi waktu sudah menunjukkan pukkul sebelas malam.
Hampir tidak mungkin lagi baginya menggambar ulang. Sebab besok pagi-pagi ia harus bangun untuk bersekolah.
Isakan si gadis kecil membangunkan ayahnya, setelah mengetahui duduk perkaranya, si ayah dengan lembut berkata, "jangan sedih sayang, tetesan tinta itu kan seperti bitik di tubuh seeokr anjing kecil.
nah, yang harus kamu lakukan adalah menggambar seekor anjing di sekitar titik hitam itu. jangan mudah putus asa nak, dalam setiap kemalangan pasti ada kemujuran.
yang kita butuhkan hanya sedikit imajinasi dan keuletan untuk mengubah hal yang buruk menjadi baik. ingat, hannya sedikit hal yang sejak awal memang tidak memiliki harapan."

ucapan sang ayah menggugah kesadaran si gadis kecil. iya pun menggerakkan daya khayal dan kreatifitasnya mencoba menggambar anjing kecil di sekitar tetesan tinta.
Yang terjadi keesokan harinya tidak terduga sama sekali oleh si gadis kecil. Ibu guru yang melihat gambarnya lain daripada yang lain, dan menyatakan gambarnya adalah gambar yang terbaik di kelasnya.
"Lihatlah apa yang dihasilkan oleh daya khayal dan kreatifitas dan ke uletan."
Kata bu guru "anjing kecil ini justru melengkapi sebuah lukisan yang bagus."

saudara ku sekalian, milikilah mental positif yang selalu melihat jalan keluar dari keadaan yang nampaknya tidak ada harapan.
Kiranya Kasih Tuhan Yesus Kristus selalu menyertai kida semua...
"Awali dengan Doa"
--------------------

God Bless All

(Robert Pettersen)

These girls eman-year-old when I first met him at the beach near where I live.

This beach is about four miles from my house.

He was making something like a sand castle and then look at me, his eyes blue like the sea.

"Hi", he said.

I replied nonchalantly, my heart was not well and did not want to be disturbed by a small child.

"I'm building," he said.

"I know. What's that? "I asked Sekedarnya, do not care.

"Oh, do not know, I'm just happy to play the sand."

It looks good, I think, then I took off my shoes.

A bird flying across the sea.

"That is happiness"

"That what?"

"That's happiness. Mama said seabird bring happiness to us "

The bird flew away from the beach.

"Good-bye joy," I muttered to myself, "Hello pain," and turned to continue the journey.

I was depressed; my life seems really messed up.

"What's your name?" The boy did not give up.

"Robert," I replied. "I'm Robert Peterson."

"My name's Wendy? I was six. "

"Hi, Wendy."

She giggled. "You're funny," he said.

By ignoring my feelings, I laughed and then walked away.

Rhythm boy giggle followed me.

"Come back, yes, Sir Peter" he called.

"We still have another fun day."

Days and weeks following does not belong to me: a group of kids that can not be arranged, meeting parents and teachers, a sick mother. The sun was shining brightly when one morning I was washing her hands.

"I need a sea bird", I said to myself, taking the jacket.

The atmosphere of the beach is waiting. The wind was cold, but I continued, trying to get the peace that I need. I had forgotten the little boy and was surprised to see him.

"Hello Mr. Peter," he said.

"Want to play?"

"You want to play something?" I said with a little disturbed.

"I do not know? Suit yourself. "

"What if we play pretend?" I asked sarcastically.

Laughter sounded again.

"I do not know what it is."

"Then we walk."

As I looked at him, I recognized the face of genuine tenderness.

"You live where?" I asked.

"Over there." He pointed to a row of cottages for the summer ahead.

Strange, I thought, this winter.

"You are the school where?"

"I'm not in school. Mama says we're a vacation "

He was babbling like a little girl all the way along the coast, but I'm thinking of something else. Wendy said that she enjoyed the fun day. Strange, now I feel better, I smiled at her and agreed.

The following three weeks, I was in a hurry to go to the beach in a state of panic pretty much. I'm not at all 'in the mood' even if only to greet Wendy.

"Look, if you do not mind," I said with a huff when Wendy caught me, "I want to be alone today."

He seemed more pale than usual and looked exhausted.

"Why?" He asked.

I turned to him and shouted, "Because my mother died!" And jerked myself, my God, why do I say this to a child?

"Oh," she said slowly, "Then this is a bad day."

"Yes," I said, "And yesterday and yesterday again and? ah it's over! "

"Are you sad?" These kids keep asking.

"Sad?" I'm disappointed for him and for myself.

"When did he die?"

"Of course it's sad !!!!" I yelled, misunderstood, my mixed feelings in me.

I went left it.

One month later, when I came back to the beach, Wendy, the little girl was not there.

By feeling guilty, ashamed and must admit that I really miss him, I went to the cottage after a walk and knocked on the door.

A young woman with a striking yellow-colored hair opened the door honey.

"Hello," I said. "I'm Robert Peterson. I lost my little girl and wanted to know where he is now. "

"Oh yes, Mr. Peterson, please enter. Wendy told me a lot about you. I'm afraid if I had let it bother you. If he had been disturbing, please accept my apology. "

"Not really - he's a nice kid," I said, suddenly I realized that indeed the case.

"Where is he?"

"Wendy died last week, Mr. Peterson. He was suffering from leukemia. Maybe he has not told you. "

Like the hit, I immediately find grip on the chair. I like to stop my breath.

"She loved this beach, so when she asked to come to this place, we can not reject it. He seems to be better here and had a lot of days he called a day of fun. But last week, his condition rapidly declining? "His voice trailed off,

"She left something for you. If only I could find. Can you wait a moment while I search for? "

I nodded, my mind working hard for something, anything, to say to this dear young lady.

He gave me an envelope a little dirty, with bold Sir Peter, a child.

Inside there is a picture made of bright crayon - drawing a yellow bewarna beaches, blue sea, and a brown bird.

Neatly written underneath: SEA BIRD BRINGS HAPPINESS TO YOU

My eyes were wet, and one part of a nearly-forgotten heart during open to love. I took Wendy's mother Tengan.

"I'm sorry, I'm sorry, I'm sorry," in many times and we cried together.

Figure little precious now framed and hanging in my study room.

Six words - one for every year of his life - has spoken to me of harmony, strength, love is not demanding.

Gift from a small ank with blue eyes and sandy hair has taught me the meaning of love.
-------------------------------------------------- ---------------------------------------

JOHN 15: 9-17, Command to love one another

(9) As the Father has loved me, so also I have loved you: abide in my love of it.

10) If you obey my commandments, ye shall abide in my love, as I obey my Father's commandments and abide in His love.

(11) Everything I have told you, that My joy may be in you and your joy may be full.

(12) This is my commandment, that you love one another, as I have loved you.

(13) There is no greater love than the love of a man who gave his life for his friends.

(14) You are my friend, if you do what is commanded you.

(15) I do not call you servants anymore, because I do not know, what was done by the master, but I call you friends, because I had told you everything I have heard from My Father.

(16) You did not choose me, but I chose you. And I have set you, that ye may go and bear fruit and that your people remain, so that what you ask the Father in my name, give him to you.

(17) This is my commandment: Love one another. "

God bless us all ...
--------------------

JESUS BLESS YOU

sejauh mana kaki kita melangkah, seberat apa pekerjaan kita, dan dengan apa kita melewatinya. Aku tau bahwa TUHAN selalu brsama kita, bukan hanya membuat kita berhasil dengan baik, tetapi supaya kita tahu bahwa TUHAN selalu hadir di hati setiap orang yang membutuhkan Nya termasuk aku dan kalian semuanya..

PENDETA KAYA LUAR BIASA

Sumber : Elia Stories Care

oleh: Pdt. Bigman Sirait

ZAMAN ini tepat seperti yang digambarkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 3:2: zaman uang. “Manusia akan menjadi hamba uang,” tegas Paulus. Ya, kecintaan akan uang memang telah menggilas habis nurani banyak orang. Dalam surat yang sebelumnya kepada Timotius, Paulus juga telah menyinggung hal ini. Dalam 1 Timotius 6:10, dia berkata: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Sebuah kenyataan yang menggelisahkan.

Idealisme nyaris tak tersisa, bahkan jika ada yang memilikinya sering kali dianggap bodoh, tidak realistis, melepas kesempatan emas, dan berbagai penilaian lainnya. Orang tak segan-segan menjual kebenaran demi uang. Hati nurani secara perlahan tapi pasti, teriris habis. Dengan mudah kita menemukan pertengkaran hingga permusuhan karena uang. Bahkan kasus pembunuhan bermotif uang semakin meninggi jumlahnya. Pertalian darah dengan mudah bisa “putus” karena harta warisan yang juga sama dengan uang. Wajah dunia makin hari makin menyedihkan, tak lagi mampu memancarkan kemurnian yang murni. Kehidupan terus berubah, penuh basa-basi, semakin kehilangan arti kasih yang sejati, karena semua bisa dibeli. Orang kini bisa membeli senyuman, bahkan “perkawanan” hingga “pernikahan”. Semboyan asal ada uang semua bisa datang, semakin mendapat pembenaran dalam kenyataan. Namun yang paling menyedihkan adalah runtuhnya tembok keimanan.

Iman, yang seharusnya membuat manusia beriman berdiri teguh di tengah badai godaan uang, ternyata, juga turut mengalami goncangan. Banyak orang “beriman” kini tak lagi menyukai iman. Iman dianggap menyingkirkan diri dari pergaulan zaman. Orang tak dihargai karena beriman, melainkan karena beruang, begitu sinis yang muncul. Di lingkungan rohani virus ini terus menyebar luas. Ironis. Kini ada guyonan pahit: Jika berbisnis bukalah gereja, dijamin tak rugi, bahkan terkesan suci. Mengapa? Karena ternyata banyak “petinggi gereja” yang memang berbisnis dalam membuka gereja. Jabatan “pendeta” menempel tanpa pernah jelas dari mana asalnya, dan bagaimana bisa meraihnya. Pemahaman theologi tak ada, berkhotbah tak pernah, yang ada hanya kata bagaikan mantera, “Roh Tuhan berbicara pada saya…” Visi diungkapkan seakan datang dari surga untuk digarap di Bumi. Namun jika dicermati, hati tersentak karena semua bermuara pada sang pendeta.

Yang lain mungkin sedikit lebih baik dalam kemampuan. Sekalipun tak memiliki pemahaman theologi, namun karena fasih lidah sang pendeta berkhotbah. Yang dikisahkan selalu yang meninabobokkan umat. Sukses yang semu dikumandangkan dalam apa yang disebut kesaksian, sementara kebenaran sebagai buah hidup orang percaya, nyata-nyata, tak tampak. Pendekatan emosi selalu menjadi pola karena sukses mendulang hasil. Lagi-lagi ungkapan rohani: “sentuhan Roh Kudus”, menjadi kata-kata sakti yang membutakan umat untuk tak lagi menguji segala sesuatu. Padahal Alkitab jelas berkata, “jangan padamkan Roh, namun ujilah segala sesuatu” (1Tes. 5:19, 21). Umat percaya habis, dan dana mengalir kencang. Tampaknya tak jelas berakhir di mana. Karena ada gedung gereja, aset gereja dan lainnya. Seakan pemakaian uang tampak nyata, namun ternyata, di balik semuanya tersisa masalah yang luar biasa. Aset atas nama pribadi pendeta, sering terungkap setelah pendeta tiada. Terjadilah tarik-menarik aset yang sungguh tak menarik sama sekali.

Yang sedikit lebih canggih, aset atas nama yayasan, atau bahkan gereja. Namun dalam akte notaris ternyata susunan pengurus didominasi oleh keluarga pendeta. Lagi-lagi untuk suara terbanyak, pengurus dan umat kecele. Tapi ada yang lebih halus lagi, seakan pengurus tidak didonimasi keluarga pendeta, namun ternyata bunyi klausul yang ada memberikan kekuasaan tak terbatas pada pendeta atau segelintir orang dekat pendeta, atas aset yang ada. Umat selalu berkata, itu urusan pendeta dengan Tuhan, dan tentu saja pendeta senang karena memang pemahaman itu yang ditabur untuk dituai. Umat telah digiring pada paham yang salah, sehingga tak lagi kritis, apalagi menguji sesuai kata Alkitab. Belum lagi ketakutan akan kutuk yang selalu ditebar, seperti “jangan mengganggu pendeta, karena dia adalah biji mata Tuhan”. Pengultusan dilakukan dalam waktu yang lama lewat indoktrinasi. Sayangnya, umat semakin teggelam dan gelap mata menghargai pendeta, sekalipun nyata-nyata salah. Apalagi jika lingkungan pelayanan diwarnai suasana adan ajaran yang mistis, dan lagi-lagi, obral kata-kata “kehendak Roh”.

Penguasaan pendeta atas umat, sudah tak bertepi. Nah, ketika pendeta kaya raya, maka alasannya sangat mudah: itulah bukti pendeta diberkati, pendeta beriman. Padahal kekayaan pendeta yang bertumpuk justru bukti ketidakpedulian pada yang susah. Banyak umat yang susah, apalagi dalam konteks Indonesia. Tidak salah pendeta memiliki mobil karena memang dia membutuhkannya. Namun jika mobil itu mewah dan jumlahnya yang berlebih, bukankah itu tak lazim?


Pendeta harus memiliki rumah, karena dia dan keluarga memerlukannya. Tapi jika rumah itu mewah dan ukurannya wah, bagaimana mungkin dia bisa berkata, sangat peduli pada umat yang kebanyakan tak, atau, belum, memiliki rumah. Umat yang dimaksud tentulah orang percaya yang baik, di berbagai tempat secara merata. Terhadap berbagai hal ini, biasanya dengan mudah pula pendeta berkelit dan berucap, ini adalah pemberian umat juga. Mungkin dia benar. Hanya saja, mengapa umat memberi, itu tetap harus diuji. Jangan-jangan hasil indoktrinasi. Belum lagi, namanya “diberi”, apakah dia tak bisa menerima yang pas, sesuai kebutuhan, menolak yang berlebih, sehingga berkat bisa terdistribusi.

Dengan demikian juga menjadi pembelajaran bagi umat untuk saling menolong. Karena ada juga umat yang suka memberi pada pendeta ternyata pelit pada sesama. Mengapa? Anda pasti tahu alasannya. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan. Sudah waktunya kita mengembalikan semuanya pada kebenaran. Gereja bukan kerajaan, sehingga yang ada suksesi keturunan, kekeluargaan, padahal tidak ada panggilan yang jelas. Sangat menyenangkan jika anak pendeta menjadi pendeta karena panggilan, tapi jangan dengan motivasi melanggengkan kekayaan. Jangan lagi terucap kalimat “pendeta harus kaya sebagai bukti diberkati”, karena yang benar adalah pendeta yang diberkati akan menjadi berkat bagi banyak orang. Jangan lagi menumpuk kekayaan untuk diri, karena Alkitab telah mengatakan, “adalah terlebih berkat member daripada menerima”. Bukankah “Doa Bapa Kami” yang antara lain berkata “Berilah kami makanan kami yang secukupnya”, nadanya sangat indah? Atau mungkin kita telah lupa pada apa yang diajarkan Yesus?

Biarlah para pebisnis hidup sesuai dunia mereka (pakaian, mobil dan rumah mewah sebagai bukti prestasi) dan pendeta di panggilannya (kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan). Berpunya tapi tak berlebih, karena memilih fungsi bukan prestise. Mari menjadi pendeta, yang adalah gembala, tapi bukan upahan tentunya. Berani menyatakan kebenaran dan menjadi model dalam kehidupan. Selamat menjadi pak pendeta yang kaya rasa, bukan kaya harta. Semoga umat jeli mengamati dan membantu pendeta agar berada di jalurnya.

(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

KISAH SALESMAN SEPATU DI AFRIKA

Sumber : Doa Untuk Saudaraku
Beberapa puluh tahun yang lalu, sebuah perusahaan sepatu di Amerika ingin melakukan ekspansi pasar ke Afrika.
sebelum mereka mendirikan pabrik di Afrika, mereka melakukan riset di lapangan.
Maka di utus lah dua salesman terbaik yang di punyai perusahaan itu ke Afrika dan mempelajari pasar di sana.
Begitu mendarat di sebuah negara di Afrika, kedua salesman itu segera mengumpulkan segala macam informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Berhari-hari mereka melakukan pengamatan dan investigasi. sampai akhirnya keduanya menarik kesimpulan pasti.
tibalah saatnya mereka melaporkan hasil mereka di Afrika
Salesman yang pertama melaporkan :
setelah berhari-hari mengamati dan memperhatikan dengan seksama cara hidup orang-orang di Afrika,ia menyimpulkan bahwa tidak ada kemungkinan
memasarkan sepatu di Afrika, karena yang di amatinya tidak ada seorang pun di Afrika yang memakai sepatu.
logikanya kalau mereka tidak pernah memakai sepatu bagaimana mungkin menjual sepatu kepada mereka....

sementara itu laporan salesman kedua, berbeda sekali dengan yang pertama.
laporannya singkat : "pasar terbuka lebar Bos, segera kirim lima kontainer sepatu produk terbaru, sebab disini orang2 tidak memakai sepatu!
jadi kalau kita bisa membujuk mereka untuk memakai sepatu, bayangkan keuntungan yang bisa kita raup"

saudaraku sekalian, apa yang dilihat salesman yang pertama itu adalah pandangan dari sisi negatif dan tidak pernah mau berusaha
sementara salesman yang kedua memiliki sudut pandang yang positif dan ulet dalam segala hal, karena dia melihat peluang...
pandanglah segala sesuatu itu dari sisi positif
"Awali dengan Doa"
--------------------

KISAH DUA EKOR KATAK

Kisah ini merupakan penceritaan ulang dari apa yang diceritakan oleh Promod Batra dalam bukunya yang berjudul "Born to Win"

Suatu ketika dua anak laki-laki tengah berjalan menyusuri jalan pedesaan yang lengang.
Tiba-tiba mereka melihat dua bauh kaleng susu yang sedang diisi yang akan diantar ke kota.
Dasar anak-anak, sifat iseng mereka mendadak muncul.
Karena melihat tidak ada orang, kedua anak itu mengangkat penutup kaleng nomor satu dan memasukkan seekor katak betung besar.
Dan kemudian mereka mengangkat kaleng nomor dua dan memasukkan katak betung lainnya.
Tak lama, kedua kaleng itu kemudian diangkut orang untuk diantar ke pelanggan.
Apa yang terjadi dengan kedua katak yang terjebak didalan keleng yang berisi susu itu?
katak betung yang berada di kaeleng nomor satu menjerit keras, "Ini mengerikan, tidak ada harapan lagi. aku tidak akan dapat mengangkat tutup kaleng susu ini.
Sia-sia saja aku mencoba sekuat tenaga. Habislah nasib ku sampai disini."
Keluhan dan jeritan itu semakin lama semakin perlahan.
Sikatak betung itu menyerah sebelum berinisiatif melakukan apapun! saat kaleng nomor satu di buka, ditemukan seekor katak betung yang sudah menjadi bangkai.

Lalu bagaimana dengan kabar katak betung dalam kaleng nomor dua? kondisi sulit yang sama dialami oleh si katak.
Tapi menghadapi kondisi seperti itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "ya, aku memang tidak dapat mengangkat tutup kaleng karena terlalu rapat dan terlalu berat buat ku.
Aku pun tidak mungkin melubangi kaleng untuk menyelamatkan diri, sebab aku tidak punya cakar dan taring. tapi bukankah aku diberikan oleh Yang Maha Kuasa kemampuan dan kelebihan untuk berenang?
aku tidak mau menyerah. Baiklah, aku akan terus berenang sampai nafasku habis!"
jadi yang dilakukan si katak betung di kaleng nomor dua adalah berenang dan terus berenang mengitari kaleng berisi susu itu sampai napasnya habis.
Tanpa disadari oleh sikatak betung gerakan tubuhnya yang terus berenang di atas susu ternyata membuat susu itu lama-lama menjadi gumpalan mentega.
Akhirnya sebelum napasnya putus, ia bahkan bisa duduk di atas gumpalan mentega itu. dan saat tutup kaleng dibuka, melompat lah ia keluar dengan penuh kegirangan.
selamatlah si katak betung dari kematian yang mengerikan.

Saudaraku sekalian, sering kali kita menyerah tanpa melihat hal positif terlebih dahulu, kita diberikan talenta oleh Tuhan Allah, dan sudah seharusnya
kita menggunankan talenta yang diberikan Tuhan tanpa melihat kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri kita.
Tuhan Allah selalu memberikan jalan dalam setiap kesulitan kita.

Salam dalam Kasih Kristus

"Awali dengan Doa"
--------------------

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis