12 Agustus 2009

KESAKSIAN NUR EMMAH DARI PAMEKASAN

Kategori: Kesaksian – Pertobatan

Sebuah kisah sejati yang sangat dahsyat dan menyentuh hati.

Bagaimana Nuremmah harus melindungi dan menjaga keluarganya dari teror dan ancaman pembunuhan, setelah ia memutuskan mengikut jalan Kristus. Apalagi ia bersuamikan Tionghoa dan keluarganya pemeluk agama yang kuat. Tetapi wanita Madura kelahiran Madura 1 Desember 1965 ini tak pernah menyerah, baginya satu-satunya Juruselamat cuma Yesus. Seperti dituturkan jemaat GBIS Bunga Bakung Pamekasan ini kepada GLORIA.

Saya lahir dari sebuah keluarga Madura yang taat menjalankan perintah agama. Doktrin yang saya terima dari bapak begitu jelas. Saya boleh menikah dengan siapa saja, apapun rasnya, asal yang bersangkutan seiman dengan saya. Maka ketika hati saya tertambat pada seorang pria Tionghoa yang berbeda agama dengan saya, tiba-tiba saja sebuah masalah besar menghadang di depan mata. Apalagi sebagai wanita yang masih sangat muda waktu itu, saya lebih menuruti kata hati dan perasaan. Ya, perasaan yang tengah tumbuh subur oleh cinta. Sebenarnya sebagai anak yang berbakti, saya tak hendak menentang kehendak orangtua. Tapi yang satu ini, dorongan hatiku agaknya lebih kuat dari berbagai larangan maupun resiko paling buruk yang mesti kuhadapi. Maka mesti ditentang disana-sini, kadang juga diancam, aku pantang mundur untuk memadu cinta dengannya.

Tetapi kekangan dan tekanan keluarga rupanya jauh lebih kuat. Keinginan orang tua kami cuma satu: kalau aku hendak menikah dengan pacarku, maka dia yang tidak seiman dengan kami mesti memeluk kepercayaan yang kami anut. Mungkin demi kasihnya yang begitu besar kepadaku, dia pacarku, akhirnya menuruti kemauan orang tuaku. Begitulah, setelah semua persyaratan yang diajukan bapak dipenuhi, kamipun menikah pada 27 Juli 1985, tepat pada hari ulang tahun pacar saya. Tak lama kemudian buah hati pertama kami lahir, kami beri nama Nova. Ia cantik dan pintar.

Lalu menyusul adiknya, Agnes. Nah saat Agnes berusia 2 tahun, tepatnya pada 1989, saya mengalami mimpi aneh. Dalam mimpi itu seakan-akan saya berada di padang pasir yang tandus dan panas. Rasa haus menyiksa kerongkongan. Sepi, tak seorangpun ada di sana. Jeritan minta tolong seperti lenyap disapu angin padang pasir. Tiba-tiba dalam mimpi itu, saya seperti melihat kilat. Bersamaan dengan itu muncul sesosok laki-laki berambut panjang dan berjubah. Di bagian belakang jubahnya terlihat warna biru langit yang segar. Sayapun melambaikan tangan kearahnya, berharap pertolongan. Mendadak orang itu berkata, "Saat ini kamu sedang diambang kematian. Jika ingin selamat, kamu harus percaya kepada-Ku. Karena jalan keselamatan, hanya ada didalam-Ku. Akulah Tuhanmu. Apakah kamu masih belum percaya? Akulah jalan kebenaran hidup. Barangsiapa percaya kepadaKu, maka ia akan selamat. Ikutlah padaKu ..!"



Saya kontan terbangun. Anehnya keadaan kamar saya waktu itu ikut terang benderang. Padahal lampu penerangan di kamar saya hanya 15 watt. Saya jadi tercenung, mengenangkan semua mimpi yang baru terjadi. Saya ingat dengan jelas wajah laki-laki berjubah yang menemui saya di dalam mimpi itu.



Ah, benar! Wajahnya itu kerap dibawa suami saya dari Surabaya, enam tahun silam. Ketika itu suami saya membawa gambar Yesus dan sebuah Alkitab. Melihat semua itu emosi saya jadi terbakar, gambar Yesus saya injak-injak dan saya sobek. Dengan penuh kemarahan saya berkata kepada suami saya, "Saat ini juga kita cerai....!" Mungkin takut atau tak ingin ribut-ribut, sejak itu suami saya tak pernah lagi membawa gambar Yesus ke rumah.

Demikian pula dengan Alkitab, saya tak pernah melihatnya untuk yang kedua kali. Kendati begitu mimpi di padang pasir terus mengusik pikiran saya. Sampai kira-kira sebulan kemudian, saya bertengkar hebat dengan suami. Jujur mesti saya akui kalau suami saya sangat baik dan sabar. Jika terjadi pertengkaran di antara kami, ia memilih mengalah atau menghindar. Saya sendiri aduh ..... acapkali kesetanan.

Dengan kedua tangan saya mencekiknya. Sesudah itu saya berendam di kamar mandi hingga berjam-jam. Begitu juga yang terjadi malam itu, usai bertengkar dengan suami, saya langsung masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Takut terjadi sesuatu dengan saya, suami mencoba menggedor-gedor pintu. "Kalau kamu marah, jangan begitu. Itu namanya menyiksa diri. Lebih baik kau pukul saja aku .... biar lega", bujuk suami saya.

Mendengar kata-katanya yang begitu sejuk, kemarahan saya akhirnya mencair. Tiba-tiba muncul perasaan iba kepadanya. Keluar dari kamar mandi, saya langsung membaringkan tubuh ke atas tempat tidur. Malam itu suhu tubuh saya meninggi dan mendekati tengah malam saya mengalami kejang-kejang. Suami saya kebingungan melihat kondisi saya. Dipanggilnya seluruh keluarga, termasuk tante-tante saya. Lalu dibacakan doa-doa untuk saya. Tapi keadaan saya makin memburuk. Perut saya mengeras, dan bibir saya terlihat biru. Samar-samar terdengar suami saya berkata, "Ma, kami semua mencintai mama. Aku dan juga anak-anak, sangat sayang pada mama. Apakah mama tidak ingin sembuh, tidak ingin hidup dan mendampingi kami lagi? Tolong ma, bertahanlah. Cobalah mama mengumpulkan semangat. Sebutlah nama Yesus!"

Saat itu saya merasakan segalanya hampir berakhir. Tapi hati kecil saya belum rela meninggalkan anak-anak dan suami. Dan dalam himpitan demikian, sayapun menyebut nama yang disarankan suami saya. Yesus! Bahkan dengan cara berdoa semampu saya, saya minta tolong Yesus untuk disembuhkan. Lalu perlahan-lahan saya merasakan seluruh syaraf saya mengendur. Saya tidak tegang lagi. Saya bisa melihat dengan sempurna. Saya melihat suami saya tersenyum dan memanggil saya.

Sebuah panggilan yang lembut dan mesra. Kendati begitu saya belum juga mau bertobat. Dan malamnya, saya bermimpi lagi. Dalam mimpi itu seolah-olah saya hendak tenggelam di laut. Lalu tiba-tiba muncul sesosok wajah seperti dalam mimpi yang dulu. Wajah Yesus. "Kamu masih belum percaya kepada-Ku? Akulah Tuhanmu, Akulah jalan, kebenaran dan hidup", katanya. Sayapun mengangguk.

Lalu saya diangkat-Nya. Keesokan harinya saya mulai membuka Alkitab yang disembunyikan suami saya. Ketika pertama membuka, saya temukan bunyi kalimat : "Akulah Tuhanmu. Akulah jalan, kebenaran dan hidup". Pembaca yang seiman, meski dengan sembunyi-sembunyi saya tahu kalau selama ini suami saya ternyata masih rajin ke gereja. Agar kepergiannya tidak saya ketahui, biasanya ia ke gereja dengan menyamar, hanya mengenakan sandal jepit, kaus oblong dan Alkitab kecil diselipkan di dalam saku.

Agaknya ia takut ketahuan keluarga saya. Mula-mula saya kerap berkata Alkitab itu najis. Tapi waktu itu saya buka, saya mendapat firman itu lagi. Saya bilang, "Ya Tuhan, kok saya memperoleh ayat itu lagi?". Saya tutup Alkitab itu dan besoknya saya buka kembali. Namun lagi-lagi ayat itu yang saya temukan. Saya sampai berpikir waktu itu, "Kok ayatnya ini semua? Apa tidak ada bacaan lain?" Padahal Alkitab Perjanjian Baru itu tebal. Saya jadi penasaran, dan akhirnya mulai membukanya dari yang pertama.

Sejak saat itu saya jadi tekun mendalami Alkitab. Tapi gengsi saya masih menggunung. Malu diketahui suami, semua itu saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Saya mulai membanding-bandingkan mana ajaran yang paling benar. Saya bahkan pernah baca dua kitab suci sekaligus dan mencoba membandingkannya. Roh Tuhan rupanya bekerja dalam jiwa saya. Setelah sadar bahwa Alkitab merupakan kebenaran Firman Allah, maka saya mencoba berkata kepada-Nya: "Tuhan, saatnya saya bertobat dan berlutut di hadapan Engkau". Ya, sejak itu Tuhan mulai berkarya dalam hidup saya. Saya berani bilang pada suami, "Kamu boleh ke gereja, tapi pakai sandal jepit dan jangan sampai kelihatan tetangga".

Tetapi seperti pepatah "Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga", begitulah yang terjadi pada kami. Aktifitas kami berdua ke gereja akhirnya ketahuan juga. Sejak itulah keluarga kami mulai mengalami masa penganiayaan. Tiga tahun kami mengalami pergulatan yang menyesakkan. Bahkan dua anak saya, pernah diancam akan dimasukkan ke sumur. Setiap pagi saat saya membuka toko, di depan toko saya temukan banyak kotoran manusia terserak dimana-mana. Bahkan di atas kotoran itu pernah ditancapkan sebuah salib dan diberi komentar "Lihatlah Tuhanmu lagi tidur". Atau "Seperti inilah Tuhanmu".

Polisi agaknya melihat kami sedang diteror dan diancam, karena itu mereka mulai menjaga toko kami. Kami sendiri sudah pasrah, dan hanya menggantungkan semua perkara kepada Tuhan. Puncaknya rumah kami pernah dikepung dan hendak dibakar massa. Akan halnya bapak, beliau yang begitu benci kepada saya pernah mengizinkan orang-orang untuk menghabisi kami semua. Begitu juga dengan tante-tante, mereka bahkan pernah bilang pada bapak, "Lebih baik nggak punya anak dari pada kamu punya anak menjadi kafir". Yang lebih tragis, sejak itu toko saya menjadi sepi. Paling banyak saya hanya mendapat pemasukan Rp. 2 ribu sehari.

Ketika anak ketiga kami lahir, ia tak pernah merasakan bermain dengan anak-anak sebayanya di kampung. Mereka ditolak masuk kampung. Bukan itu saja, anak-anak juga dicemooh, dikatakan , "Kristen ...Kristen". Sudah tak terhitung paha anak saya disulut rokok. Atau rambutnya dipangkas tak beraturan. Sejak itu saya melarang anak-anak keluar rumah. Ajaibnya, meski keluarga kami mengalami tekanan yang begitu dahsyat, ternyata diam-diam adik saya mengikuti jejak kami. Prosesnya nyaris sama, yakni setelah ia diselamatkan Tuhan dari sakitnya. Tetapi sejak mengikuti jalan Kristus ia harus membayar dengan mahal, penganiayaan yang dialaminya lebih berat. Suatu hari adik saya bahkan hendak dibunuh. Pedang dan clurit sudah melingkar di tubuhnya. Saya yang mendengar laporan itu lalu berkata pada suami, "Pa, jika aku mati, aku rela karena kematianku demi Yesus. Aku titip anak-anak padamu. Sekarang, aku harus berangkat menolong dan menyelamatkan adikku".

Ketika saya berangkat air mata bercucuran membasahi pipi. Di tengah perjalanan mulut saya tak pernah lepas sedetikpun dari doa. Begitu saya sampai di lokasi tempat adik saya hendak dihabisi, orang-orang tercengang melihat saya. Sebab dari mulut saya terus meluncur doa yang saya kutip dari dua kitab suci sekaligus. Dan meski hati ini tergetar melihat tubuh adik saya basah kuyup oleh minyak tanah, mulut saya tetap melantunkan doa-doa pada Yesus.

Tuhan yang penuh kasih itu menjamah kami dengan hangat. Adik saya dilepas massa. Dan kamipun berangkulan. Lalu kepada adik, saya minta dia untuk tinggal di rumah kami. Saya telah membuktikan kekuatan Yesus. Oleh karena itu saya tidak takut mati karena Yesus. Saya tidak takut mati demi Yesus.

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia" (Yakobus 1 : 12)



SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis