FOR GOD SO LOVED THE WORLD THAT HE GAVE HIS ONLY BEGOTTEN SON, THAT WHOEVER BELIEVES IN HIM SHOULD NOT PERISH BUT HAVE EVERLASTING LIFE
3 September 2009
Harta Karun dan Mutiara
Hidup kita di dunia ini sekedar singgah untuk minum. Kita tidak akan terus tinggal dalam dunia ini. Kita seperti musafir yang sedang menempuh perjalanan. Mungkin di dunia ini Tuhan memberi kesempatan kita untuk membuat tenda. Tenda itu bisa dalam bentuk rumah, pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan kita.
Tenda itu sedang kita bangun dalam kehidupan kita di dunia ini tapi tidak selamanya kita berada di dunia karena tujuan akhir hidup kita adalah surga yang kekal dan penuh sukacita. Kita semua berlomba untuk dapat masuk Kerajaan Surga. Seperti apakah Kerajaan Surga itu?
Ada dua perumpamaan tentang Kerajaan Surga. Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Kerajaan Surga seperti harta yang terpendam. Itu berarti ada yang berharga sedang tersembunyi dan membangkitkan keinginan untuk memilikinya. Firman Tuhan mengatakan Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di Ladang dan ketika harta itu ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi.
Orang yang menemukan harta itu dipenuhi sukacita. Dia membayangkan memiliki rumah mewah dan mendapatkan seluruh keinginannya. Karena ia sangat bersukacita, ia pergi menjual seluruh harta miliknya lalu membeli ladang itu. Ia tahu persis di ladang itu tersimpan harta yang sangat berharga.
Untuk memperoleh Kerajaan Surga kita harus menjual harta milik kita. Apa yang harus kita jual? Kesombongan yang perlu kita jual; dendam kesumat harus kita pangkas. Segala sesuatu harus kita "jual" hingga kita tidak memiliki apa-apa dan dapat berkata, "Tuhan saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa." Selama kedagingan masih berkuasa dalam hidup kita, maka Kerajaan Surga tidak dapat kita terima. Datanglah kepada Yesus Kristus dan terimalah Dia sebagai juru selamat Anda karena memang hanya Dia lah sang Juruselamat sejati manusia.
Mutiara Asli
Kerajaan Surga dapat diumpamakan seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Jika kita pergi ke suatu pulau yang terkenal dengan keindahan lautnya, maka pada saat kita menyelam di laut tersebut, kita akan menemukan banyak kerang-kerang mutiara. Ketika kerang itu sedang bernafas, ia membuka cangkangnya.
Lalu ada sebuah pasir yang masuk dalam cangkang sehingga kerang ini kesakitan. Ada benda yang sangat mengganggu dan membuat kerang ini gelisah. Ketika ia gelisah, merasa kesakitan karena pasir yang masuk tubuhnya, ia berusaha sedemikian rupa untuk mengatasinya. Kerang itu mengeluarkan lendir yang akan terus dipicu untuk membungkus pasir tersebut. Dengan lendiri tersebut pasir itu mulai diproses menjadi butiran mutiara.
Sesungguhnya Yesus adalah mutiara yang sejati. Ketika Dia merelakan diri-Nya untuk diutus Bapa turun ke dunia, Ia harus mengalami setiap penderitaan, disiksa,disalib, ditombak, dihujani kutukan, diberi mahkota duri. Ia sakit menggeliat seperti mutiara yang kemasukan pasir.
Mengapa Yesus mau melakukan semuanya ini? Karena Dia mengasihi Anda dan saya. Dia ingin yang sakit disembuhkan, yang putus asa diberi pengharapan, yang tidak mempunyai masa depan diberi masa depan yang penuh pengharapan. Dia adalah kerang yang menggeliat. Pada akhirnya setelah waktunya, kerang itu akan menghasilkan mutiara yang asli.
Mutiara yang asli berwarna putih. Putih melambangkan kekudusan. Mutiara murni berwarna putih melambangkan hidup kita harus kudus. Setelah kita memperoleh harta mutiara, yaitu keselamatan yang cuma-cuma dari Tuhan Yesus Kristus, kita pun dituntut hidup kudus.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mutiara dipakai sebagai simbol? Selain berwarna putih, mutiara berbentuk bulat, tidak ada ujung dan pangkal. Apakah artinya? Itulah gambaran kasih Yesus. Kasih anak sepanjang galah, kasih orangtua sepanjang jalan. Tapi, kasih Yesus tidak berujung dan tidak berpangkal. Artinya, kasih Yesus begitu bulat dan sempurna.
Kita hidup di tengah masyarakat dengan latar belakang, pendidikan, dan status yang berbeda. Sering kali hal ini membuat gesekan. Di rumah pun kadang keluar kata-kata pedas yang menimbulkan luka. Tapi, bagi mutiara-mutiara asli, goresan-goresan itu akan mudah mudah menutup. Kasih Kristus yang ada dalam hati membuat kita bisa memaklumi kondisi orang lain sehingga kita dapat mengampuni orang yang menyakiti hati berulang-ulang kali. Sungguh betapa indahnya jika hal ini terjadi dalam kehidupan umat Kristiani di dunia dimana inti dari mutiara yang asli yakni kasih tanpa batas itu benar-benar diterapkan antarsatu dengan lainnya.
Kasih Yesus sedemikian rupa dalam hidup kita, sehingga Dia tidak mempertahankan diri-Nya. Dia mau mengosongkan diri-Nya, supaya yang miskin menjadi kaya, yang sakit menjadi sembuh, yang hina menjadi mulia. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Tebarkan kasih. Kasih Kristus, kasih yang mengampuni, kasih yang tidak berujung pangkal. Kasih itu juga yang akan kita pertahankan dalam hidup kita.
Pertahankan mutiara yang abadi itu dalam kehidupan kita. Pegang Dia erat-erat dalam kehidupan Anda, maka Anda akan memiliki Kerajaan Surga, tidak hanya nanti di sana tapi Kerajaan Surga dapat Anda tarik dalam keluarga, pekerjaan, atau di mana pun. Genggam mutiara yang abadi, yaitu Yesus Kristus yang ada dalam hidup Anda. Amin
Sumber : Mujizat itu Nyata
CYPRIANUS MENULIS ON THE UNITY OF THE CHURCH (TAHUN 251)
Kategori: Cerita – Sejarah
Hubungan apa yang terjalin antara warga Gereja dan pemimpinnya? Dengan jalan apa Gereja dapat mendisiplinkan warganya? Hal-hal inilah yang harus digumuli gereja pada zaman apapun.
Pada pertengahan abad ketiga, jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas dikemukakan oleh Cyprianus, seorang kaya dan berbudaya, yang lahir sekitar tahun 200 dalam keluarga kafir. Ketika ia menjadi Kristen, ia menanggalkan pola hidup lamanya, membagi-bagikan uang dan hartanya kepada orang miskin, serta bersumpah akan hidup suci. Tentang perubahan ini ia menulis: “Kelahiran kedua ini telah menciptakan manusia baru dalam diri saya, dengan hembusan Roh dari surga.”
Sebagai seorang mantan guru retorika dan orator terkenal, Cyprianus yang fasih berbicara dan saleh ini menanjak melalui jenjang karir di Gereja sampai menjadi Uskup Kartago sekitar tahun 248.
Meskipun ia terlatih dalam sastra Yunani dan Romawi klasik. Cyprianus bukanlah seorang teolog. Tidak seperti Tertullianus, orang yang dia kagumi, Cyprianus adalah orang pragmatis, yang tidak menghiraukan pertengkaran tentang teologi pada masanya. Yang diinginkannya hanyalah persatuan di gereja. Di gereja yang tidak ada kesatuan, ia mencoba menyatukan orang-orang Kristen melalui kuasa para uskup.
Kaisar Romawi, Decius, telah menganiaya orang-orang Kristen dan menyebabkan beberapa orang menyangkal iman mereka. Decius tidak berniat menjadikan mereka martir, karena hal itu akan menarik perhatian yang lebih besar bagi kekristenan. Tetapi, ia menyiksa orang-orang Kristen dengan harapan mereka akan mengakui bahwa “Kaisarlah Tuhan”. Mereka yang berbuat demikian dikenal sebagai orang-orang yang telah “murtad”.
Orang-orang Kristen yang bertahan, yang disebut ‘pengikut setia’ itu sering kali memandang rendah orang-orang murtad tersebut. Maka sebuah konsili para uskup dibentuk untuk membuat peraturan-peraturan ketat dalam hal penerimaan kembali para orang murtad tersebut. Akibat ketatnya peraturan ini, seorang imam bernama Novatus memulai sebuah gereja saingan yang memberi kesempatan bagi orang-orang murtad itu menjadi anggotanya.
Meskipun Cyprianus tidak mengalami penyiksaan karena imannya, ia tidak setuju dengan perpisahan ini. Ia yakin bahwa orang percaya sejati harus menjalani hukuman untuk menebus dosa, untuk membuktikan imannya. Hukuman untuk penebusan dosa itu terdiri dari penyesalan selama suatu masa tertentu dan setelah itu, orang tersebut dapat diterima kembali dalam Perjamuan Kudus. Begitu ia menyelesaikan ‘masa penyesalannya’, ia akan tampil di hadapan jemaat dengan berpakaian goni serta melumuri badan dengan abu, dan di situlah sang uskup akan menyatakan pengampunan baginya. Cyprianus merumuskan ini sebagai sistem berskala – semakin besar dosanya, maka semakin lama pula masa penyesalannya. Idenya mendapat sambutan dan menjadi disiplin Gereja paling kuat – yang terkadang disalahgunakan.
Pada tahun 251 Cyprianus mengadakan konsili di Kartago dan disitulah ia membacakan On The Unity Of The Church (Persatuan di dalam Gereja), karyanya yang terkenal dan yang sangat berpengaruh dalam sejarah gereja. Gereja, katanya, adalah lembaga ilahi, yaitu mempelai Kristus, dan hanya ada satu mempelai. Hanya di dalam gereja manusia akan mendapatkan keselamatan, diluar itu yang ada hanyalah kegelapan dan kebingungan. Di luar Gereja, sakramen dan para rohaniwan – bahkan Alkitab – tidak ada artinya. Seorang, secara pribadi, tidak dapat menjalankan kehidupan kristen melalui kontak langsung dengan Allah; ia membutuhkan Gereja. Karena kristus mendirikan Gereja di atas Petrus, si Batu Karang, Cyprianus berkata bahwa semua uskup dalam arti tertentu adalah penerus Petrus – dan oleh karenanya harus dipatuhi. Meskipun ia tidak menyatakan bahwa uskup Roma berada di atas para uskup lainnya, namun Cyprianus memandang keuskupan itu sebagai sesuatu yang khusus karena hubungan Petrus dengan kota tersebut.
Pernyataan-pernyataan Cyprianus seperti “di luar gereja tidak ada keselamatan” dan “seseorang tidak dapat mengatakan Allah sebagai Bapanya tanpa mengakui Gereja sebagai ibunya”, telah mendorong orang-orang memberi tempat yang amat penting bagi para uskup. Seorang uskup dapat menentukan keanggotaan gereja. Akibatnya, ia berkuasa mengatakan “engkau telah diselamatkan”, “engkau belum diselamatkan. Bukannya meyakini bahwa Roh (Kudus) bekerja melalui gereja, Cyprianus justru mengisyaratkan bahwa Roh (Kudus) bekerja melalui para uskup.
Dengan diterimanya ide ini, tentu saja, para uskup mendapat kuasa lebih besar. Cyprianus juga mencetuskan ide bahwa misa adalah pengorbanan tubuh dan darah Kristus. Karena para imam menjalankan fungsinya dalam ibadah atas nama kristus, maka hal inipun meningkatkan kuasa mereka.
Cyprianus meninggal karena penyiksaan Kaisar Valerianus. Karena ia menolak melakukan persembahan korban bagi dewa-dewi kafir, maka kepala uskup Kartago itu dipenggal pada tahun 258.
Karena terancam perpecahan, Gereja pada masa Cyprianus berpegang pada ide-idenya. Uskup tersebut tentunya tidak menduga akibat dari cara-cara yang dirintisnya untuk mempersatukan gereja. Pada Abad Pertengahan, beberapa uskup yang rakus dan tidak bermoral menggunakan kuasanya untuk kepentingan pribadi, ketimbang untuk hal-hal rohani. Struktur hierarki yang menciptakan “persatuan” juga telah menyebabkan keretakan di antara rohaniwan dan kaum awam.
Sumber :
SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS
PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA
SENG ADA MAMA LAI
Make your own Glitter Graphics