15 Januari 2011

BAPTISAN ANAK DAN SIDI

Sumber : Elia Stories
Itu kan Tidak Alkitabiah?



oleh: G. I. Purnama, S.Th.



Si Joni suatu kali mendengar seorang pengkhotbah berkata bahwa baptisan anak dan sidi tidak alkitabiah, sebab tidak ada contoh praktik baptisan anak dan sidi dalam Alkitab. Yang alkitabiah adalah penyerahan anak dan baptisan dewasa. Alasannya, seorang anak kecil (apalagi bayi) tidak mungkin beriman kepada Tuhan Yesus, sehingga tidak ada gunanya dibaptiskan. Tuhan Yesus pun waktu kecil tidak dibaptiskan, melainkan diserahkan kepada Tuhan di Bait Suci (Luk 2:22). Sesudah dewasa barulah Dia memberi diri dibaptis secara sadar (Mat 3:13-15).





Berbagai Salah Paham

Argumentrasi seperti di atas demikian menarik dan logis, sehingga banyak orang yang dibaptis anak meminta dibaptis ulang sesudah dewasa (biasanya baptisan ulang ini dilakukan di gereja atau persekutuan Karismatik). Hal semacam ini terjadi karena adanya kesalahpahaman terhadap konsep yang mendasari baptisan anak dan sidi.



Pertama, bila kita jujur terhadap Alkitab, sebenarnya ada ayat-ayat yang memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya praktik baptisan anak pada masa Perjanjian Baru. Lidia dibaptis dengan seisi rumahnya (Kis 16:15). Demikian pula kepala penjara Filipi dibaptis dengan keluarganya (Kis 16:33). Bila pembaptisan dilakukan terhadap seisi rumah atau sekeluarga, bukankah kemungkinan besar ada anak yang dibaptiskan? Memang, ayat-ayat tersebut tidak bisa disebut sebagai “bukti”, melainkan hanya merupakan kemungkinan.



Kedua, baptisan anak bukan berdasarkan iman anak, melainkan iman orangtua. Saat orangtua memberikan anak mereka untuk dibaptiskan, mereka berjanji kepada Tuhan untuk mendidik anak mereka dalam ajaran Tuhan, sehingga anak tersebut bisa mengakui sendiri imannya kepada Allah setelah dewasa. Pengakuan iman seorang dewasa yang telah menerima baptisan anak ini disebut sidi. Masalahnya, banyak orangtua yang memberikan anaknya untuk dibaptis, namun tidak melaksanakan tugas mendidik anak dalam ajaran Tuhan dengan baik, sehingga menjadi batu sandungan.



Ketiga, kita tidak menjumpai contoh praktik sidi dalam Alkitab, namun tidak berarti bahwa sidi tidak alkitabiah. Dasar Alkitab untuk sidi adalah perlunya mengakui iman di depan umum (Rm. 10:9, 10). Mereka yang dibaptis dewasa mengakui imannya saat dibaptiskan. Oleh karena itu, sidi tidak diperuntukkan bagi orang yang dibaptis dewasa.





Pentingnya Baptisan Anak

Mengapa gereja menyelenggarakan baptisan anak? Karena gereja memikirkan masa depan anak! Orangtua Kristen yang mengasihi anaknya tentu memikirkan nasib anak. Apakah anak mereka setelah dewasa akan menjadi orang beriman yang mewarisi janji keselamatan? Bagaimana nasib mereka bila mereka mati saat masih kecil? Orangtua yang mengasihi anak akan berharap agar anak mereka menikmati janji keselamatan yang ditawarkan dalam Kristus Yesus.



Untuk mengikutsertakan anak dalam janji keselamatan, pertama-tama kita perlu menyelidiki bagaimana Allah mengikatkan diri dalam ikatan perjanjian dengan umat-Nya pada masa Perjanjian Lama. Ikatan perjanjian itu ditandai oleh sunat (Kej 17). Sunat bukan hanya diberlakukan bagi orang dewasa, tetapi juga bagi anak-anak, saat mereka berumur delapan hari (ay 12).



Bila kita memperhatikan penilaian Rasul Paulus dalam Ibrani 11 tentang tokoh-tokoh Perjanjian Lama, jelas bahwa tokoh-tokoh tersebut berkenan kepada Allah karena iman. Tanpa iman, tidak mungkin seseorang bisa berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Dalam kitab Galatia, dijelaskan bahwa sunat tidak berarti tanpa iman (Gal 5:6). Sunat hanya tanda luar, tetapi imanlah yang membuat sunat itu berguna.



Bagaimana dengan sunat untuk anak? Mungkinkah anak umur delapan hari memiliki iman? Jelas tidak mungkin! Sunat untuk anak tidak didasarkan iman anak, melainkan iman orangtua. Demikian pula dengan baptisan anak: Seorang anak dibaptiskan bukan karena imannya sendiri, tetapi karena iman orangtua. Dalam iman, orangtua berjanji di hadapan Allah, bahwa mereka akan mendidik anaknya dalam ajaran Tuhan.



Pentingnya Sidi

Sidi penting karena baptisan anak bukanlah tiket ke surga. Orang yang dibaptiskan waktu masih kecil harus memiliki iman pribadi kepada Yesus Kristus sesudah dia menjadi dewasa, sebab dia belum mengakui imannya saat dibaptiskan. Karena pengakuan iman di depan umum merupakan tuntutan Kristus yang penting (Mat 10:32), orangtua harus membina anak tersebut agar pada saatnya berani memberikan pengakuan iman (sidi) secara terang-terangan di depan jemaat.



Pentingnya sidi ini menuntut agar orangtua bertanggung jawab mendidik anak. Bila anak yang dibaptiskan waktu kecil tidak mau mengikuti sidi, maka hampir bisa dipastikan bahwa penyebabnya adalah kegagalan orangtua mendidik anaknya dalam ajaran Tuhan. Orangtua Kristen yang bertanggung jawab tidak bisa menyerahkan pendidikan anak kepada tanggung jawab guru di sekolah atau guru di sekolah minggu saja, melainkan harus memberikan waktu dan perhatian untuk mendidik anaknya agar menjadi seorang yang beriman.



Kritik terhadap praktik baptisan anak umumnya disebabkan karena banyak anak yang dibaptiskan pada waktu masih kecil tidak mau mengakui imannya ketika dewasa. Kondisi semacam itu bukan disebabkan karena praktik baptisan anak itu salah, tetapi karena orangtua gagal mendidik anak!





Sumber: Buletin Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar (GKJMB) No. 7 - Tahun 4, November 1999

www.gky.or.id



Artikel Lain:

- Baptisan Roh Kudus

- Injil Bagi Semua Bangsa



Description: cid:image001.gif@01C7E2A7.B636D0D0 Ingin berlangganan gratis “Elia’s Stories” kirimkan email kosong ke elia-stories-subscribe@yahoogroups.com atau click Sign Up, selanjutnya, ‘reply’ balasan dari yahoogroups sebagai konfirmasi



Pengingkaran Hak Asasi Manusia

Hyun Joo yang berusia 10 tahun mempunyai getaran, iman di dalam Kristus. Adalah beresiko bagi para orang tua di Korea Utara menyingkapkan Injil kepada anak-anak mereka.



Bagaimanapun, orang tua Hyun Joo ingin ia tahu mengenai Yesus. Suatu hari mereka berdoa agar Allah akan memakai Hyun Joo untuk mengubah negara mereka.



Nopember tahun lalu, keluarga ini pergi ke sebuah rumah singgah di luar Korea Utara di mana mereka menghabiskan waktu dua minggu mempelajari Alkitab dan menerima pelatihan.



Suatu hari di bulan Maret, Hyun Joo sangat senang ketika ia baru pulang dari sekolah. Ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia telah mendapatkan nilai yang bagus. Ketika ibunya menanyakan kepadanya bagaimana ia melakukannya, ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia sedikit berdoa “di dalam hati.” Ibunya sangat kagum bahwa anak perempuannya dapat berdoa kepada Allah seperti itu. Ibunya membagikan cerita ini kepada saudarinya, Nyonya Kim, dan memintanya untuk berdoa bagi Hyun Joo.



Keesokan harinya, ketika Nyonya Kim pergi untuk mengunjungi Hee Sook (ibu dari Hyun Joo), rumah mereka kosong. Keluarga tersebut hilang ditelan bumi. Nyonya Kim mengetahui apa yang terjadi dari seorang teman.



Di sekolah, guru Hyun Joo telah bertanya kepada Hyun Joo bagaimana ia mendapatkan nilai bagus seperti itu. Hyun Joo menjawab, “oleh karena kemurahan Allah.” Guru tersebut menjadi sangat marah. Mengatakan sesuatu mengenai Tuhan selain pemimpin Korea Utara adalah suatu pelanggaran yang sangat serius. Sang guru menyeret gadis kecil ini keluar. Keluarga Hyun Joo juga menghilang di hari yang sama. Tidak ada yang mendengar kabar tentang mereka sejak saat itu. Mereka mungkin sudah dieksekusi atau dipenjara seumur hidup, hukuman bagi yang mengikuti Kristus di Korea Utara.



Korea Utara adalah salah satu rejim yang paling represif dan terisolasi di dunia, mengingkari setiap hak asasi manusia warga negaranya. Adalah kediktatoran satu orang ; semua agama dianggap tidak sah. Orang-orang Kristen harus menjalankan iman mereka secara tersembunyi dan terancam bahaya.



Son Jong Nam adalah contoh lain dari perlakuan keras negara ini. Son melarikan diri ke China pada tahun 1998 di mana ia menjadi Kristen di sana. Ia merasa terpanggil untuk menjadi seorang penginjil di Korea Utara. Sebelum ia dapat melakukan panggilannya, Son ditahan oleh polisi China pada tahun 2001 dan dipulangkan ke Korea Utara. Ia didakwa karena mengirimkan para misionari masuk ke Korea Utara, lalu ia dipenjarakan dan dianiaya dengan brutal selama tiga tahun. Ketika ia dibebaskan, kesehatannya begitu buruk, ia tidak mampu berjalan. Ia ditahan lagi pada Januari 2006, tuduhan menjadi seorang “pengkhianat negara” dan “menerima keKristenan.”



Selama lebih dari setahun, ia telah dikurung di dalam sebuah tempat yang gelap, penjara kematian bawah tanah di kota Pyongyang. Walaupun Son dijadwalkan untuk dihukum mati pada bulan Maret yang lalu, ia telah dipindahkan ke penjara Komando Keamanan Militer.



Di samping keadaan yang sulit dihadapi oleh orang-orang Kristen di Korea Utara, Tuhan sedang menambahkan jumlah mereka setiap hari.

NERAKA ITU NYATA, SAYA PERNAH DI SANA!

Sumber : Elia Stories
Oleh Jennifer Perez, (Judul asli: Hell is real, I went there! by Jennifer Perez)


Kesaksiaan seorang gadis 15 tahun yang dibesarkan dari keluarga kristen , kemudian berbalik dalam perjalanan hidup.. menemukan dirinya overdosis, sekarat, dikirim ke neraka. Sangat beruntung, diberikan kesempatan kedua dan misi untuk kembali ke dunia memperingatkan yang hilang, pengkhianat dan yang hangat-hangat kuku, dengan peringatan penting.

Description: cid:_2_0DAB6AB00DAB6888002E621E47257695


Allah memberkatimu saudara dan saudari, saya mau kamu membuka Alkitab dari Ayub 2 : 28 "Kemudian dari pada itu akan terjadi bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan"

Nama saya Jennifer Perez, berumur 15 tahun. Berat untuk orang muda seperti saya yang datang dan mengenal kesalahan saya. Tetapi dengan bantuan Roh Kudus, akan membantu saya, dan memberi kekuatan yang saya perlu. Pertama saya mau menyampaikan bahwa semua ini untuk hormat dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Saya tidak mau mengatakan suatu doktrin atau membuat doktrin apa pun yang baru. Saya hanya mau menceritakan apa yang telah saya lihat, dengar dan telah rasakan.

Saya mau menceritakan sedikit tentang keluarga saya. Orang tua saya orang Kristen, mereka selalu mengajarkan saya contoh yang baik dan jalan Tuhan. Saya menjadi seorang Kristen tiga tahun yang lalu, ketika saya menerima Yesus dengan seorang saudara, Nicky Cruze. Dua tahun saya di jalan Tuhan. Tetapi ketika saya mulai masuk SMU, saya meninggalkan jalan Tuhan. Saya menentang orang tua saya dan terjerumus ke dalam narkoba. Teman-teman sayalah yang mengajarkannya.

Saya berpikir saya telah menjadi Kristen supaya teman-teman meneladani dan menjadi Kristen. Ternyata, merekalah yang membawa saya keluar .Saya menentang orang tua saya, dan mereka mengira itu hanya kebiasaan anak yang beranjak dewasa. Tetapi sebetulnya, narkobalah pelakunya. Iblis masuk ke dalam saya. Pada saat saya menentang mereka. Mereka sangat ketat terhadap saya, tidak pernah dibiarkan pergi ke mana pun, bahkan tidak membolehkan saya tidur di rumah teman. Secara diam-diam saya akan melakukan sesuatu. Saya bolos sekolah. Saya bahkan tidak pergi ke sekolah. Saya sedang berada di ambang kehancuran, tetapi Tuhan mengangkat saya keluar dari semuanya itu. Seperti yang saya katakan, saya telah menjadi seorang Kristen.

Kesaksian saya mulai pada tanggal 2 Mei 1997. Saya punya teman dan teman-teman biasa, tidak lebih. Saya berpikir saya mengenalnya, tetapi kenyataannya tidak. Malam itu, dia menelepon saya dan mengajak keluar . Orang tua saya tidak berada di rumah. Mereka berada di persekutuan doa, seperti setiap Jumat. Saya katakan pada mereka bahwa saya sakit. Saya marah karena mereka tidak mengijinkan saya keluar walaupun saya katakan saya pergi dengan teman lain. Sewaktu mereka pergi, teman saya menelepon. Dia katakan, "Kenapa kau tidak keluar seperti yang lainnya?" Saya berpikir sebentar, "Saya tidak mau melawan orang tua saya, tapi mungkin secara tersembunyi orang tua saya tidak pernah akan tahu." Dan itulah yang saya buat.

Malam itu setelah orang tua saya tiba dan mereka sedang tertidur, saya telah siap keluar dan menelepon teman saya serta menyuruh dia menunggu di samping lorong jalan rumah saya. Saya menyuruh dia jangan melewati rumah saya karena akan membangunkan orang tua saya.

Saya menaruh bantal di bawah selimut dan melompat jendela. Rumah saya tingkat dua, dan semua jendela mempunyai kunci. Tapi sejak orang tua saya percaya pada saya, jendela saya tidak dikunci. Dan saya menggunakan kepercayaan orang tua saya. Saya melompat dari tingkat dua dan tiba di atas tanah. Tuhan telah merencanakan semua, karena saya dapat mematahkan kaki saya, dan segala sesuatu yang Tuhan rencanakan bagi hidup saya akan terhenti.

Saya berjalan. Teman saya telah menunggu. Sewaktu saya tiba, saya melihat tiga pemuda dan satu wanita lain. Saya berpikir, "Saya tidak akan melakukan sesuatu, memakai narkoba atau mabok." Tapi ada tiga pemuda dan satu gadis. Saya takut mereka mengambil keuntungan dari saya. Tetapi saya masuk, dan kami pergi. Sebelumnya, sewaktu ditelepon, teman saya katakan bahwa kami hanya berkeliling kota saja. Saya berkata, "Kedengarannya bagus." Itulah sebabnya saya pergi. Saya tidak pernah berpikir dia membawa saya ke motel. Ke sanalah mereka membawa saya.

Ketika tiba, mereka menurunkan saya di tempat pencuci pakaian, kepunyaan motel. Kami disuruh menunggu, dan mereka akan menjemput teman yang lain. Saya berkata, baik, dan berpikir mereka pergi menyewa kamar. Kami pun dijemput, dan dibawa ke kamar. Mereka katakan, "Jangan kuatir, percaya pada kami! Kami tidak melakukan apa-apa, kami hanya menunggu teman yang lain dan akan pergi bersama." Saya menaruh percaya pada mereka. Saya pikir mereka tidak akan menyakiti saya, tetapi kenyataannya saya tidak tahu siapa teman saya.

Pada awalnya kami hanya berbincang. Saya katakan, "Sementara kita menunggu, mengapa kita tidak minum?" Saya dan seorang teman keluar kamar, berjalan ke restaurant kecil di depan motel dan membeli tiga sprite kemudian berjalan kembali ke kamar. Sprite diisi kedalam cangkir-cangkir. Mereka tidak membawa apa pun yang mencurigakan, yang membuat saya berpikir akan dicampur ke dalam minuman atau berlaku sesuatu kepada saya. Semua kelihatan tidak bercela.

Saya pergi ke kamar kecil untuk menyisir rambut dan sewaktu kembali, cangkir minuman saya sudah tersedia. Saya mengunyah permen karet, stroberry dan meminum apa yang saya pikir adalah Sprite. Setelah itu saya tidak tahu apa yang terjadi.

Tetapi sewaktu melihat, saya merasa roh saya keluar dari tubuh. Saya di rumah sakit dan melihat dokter dan suster mengelilingi saya. Saya berada di luar tubuh dan melihat tubuh saya terbaring di tempat tidur. Ketika anda bercermin, dan melihat pantulan anda. Tetapi saya tidak melihat pantulan saya. Saya melihat tubuh saya terbaring. Ketika saya berpaling ada dua orang berpakaian merah, "Ikuti kami," dan saya dipegang masing-masing pada kedua lengan saya.

Saya dibawa ke suatu tempat, dan sewaktu saya melihat, itu adalah surga! Hal pertama yang saya lihat adalah tembok yang sangat luar biasa. Tembok berwarna putih dan tidak berakhir. Di tengah tembok itu ada pintu, sebuah pintu yang sangat besar tetapi tertutup.

Dalam perjanjian lama, Musa berbicara tentang Kemah Suci dan menerangkan gambarannya. Dan saya diingatkan semuanya. Tembok itu terlihat seperti demikian. Di samping pintu ada kursi yang besar dan ada kursi yang kecil di sebelah kanan. Kedua kursi itu terbuat dari emas murni. Di sebelah kanan saya ada pintu berwarna hitam yang besar, sekelilingnya sangat gelap tetapi saya tahu itu pintu karena ada pegangannya. Pintu itu kotor. Sebelah kiri terlihat Surga. Ada pepohonan, air terjun kristal, rumput hijau. Tempat yang damai, tetapi tidak ada orang di sana.

Bapa di hadapan saya. Tak dapat saya melihat wajahNya karena KemuliaanNya sangat besar, berkilau, bercahaya dan bersinar di seluruh surga. KemuliaanNya membuat segala isi surga bersinar. Tiada matahari, bulan, dan bintang, Dialah terang itu. Saya telah melihat tubuhNya, dan tubuhNya ada bersama anakNya. Mereka ada di dalam keduanya. Mereka satu tubuh. Mereka bersama, anda melihat mereka terpisah, tetapi mereka satu di dalam satu tubuh, mereka bersatu.

Di samping mereka ada dua malaikat, Gabriel dan Mikhael. Saya mengetahui nama keduanya karena tertulis pada dahi mereka dengan emas.

Ketika saya di depan Bapa, saya merasa kotor! Saya jatuh berlutut dan menangis. Sangat malu terhadap diri saya. Saya tidak mau melihat Mereka, walaupun saya dapat, karena saya malu terhadap diri saya sendiri. Sebagaimana saya di depan Tuhan, Dia menunjukan film hidup saya dari awal hingga sekarang. Dia mengatakan bagian yang terpenting adalah saat saya menerima Tuhan. Saya mengatakan kepada teman selama di dunia bahwa saya orang Kristen, tetapi tidak berbuah, dan Dia mengatakan bahwa saya harus masuk ke neraka.

Malaikat Gabriel datang dan memegang lengan saya. Dia membawa saya ke pintu yang kotor itu yang saya bahkan tidak mau melihatnya. Saya mencoba berhenti tetapi saya hanyalah roh, dan kami masuk melalui pintu itu. Ketika saya berada di dalam pintu itu, sekelilingnya sangat gelap, saya bahkan tak dapat melihat diri saya. Kemudian kami jatuh sangat cepat. Saya merasakan panas semakin dekat. Mata saya tertutup. Saya tidak mau melihat kami berada di mana.

Ketika kami berhenti, mata saya terbuka dan saya berdiri pada jalan yang besar. Tidak tahu ke mana ujungnya. Tetapi haus adalah hal pertama saya rasakan. Sangat haus! Saya terus katakan pada malaikat, "Saya haus, saya haus." Tetapi sepertinya dia tidak mendengarkan. Saya mulai menangis dan ketika air mata jatuh di pipi saya, berubah menjadi uap. Ada bau terbakar, seperti ban terbakar. Saya menutup hidung, tetapi malah makin menusuk. Semua kelima indra saya sangat peka. Sewaktu saya mencoba berlindung, bau terbakar itu semakin menusuk. Juga bulu pada tangan saya, mereka menghilang. Saya merasa panas, sangat panas.

Waktu melihat sekeliling, saya melihat orang-orang disiksa iblis. Ada seorang wanita menderita. Iblis sedang menyiksa dia. Iblis ini memotong kepalanya dan dengan tombaknya yang panjang iblis ini menikam wanita ini di seluruh tubuhnya. Tidak peduli di mata, di tubuh, di kaki, di tangan, dia tidak peduli. Kemudian dia akan menaruh wanita ini kembali di tubuhnya dan terus menerus menikam dia. Wanita ini menangis dan berteriak mengerikan.

Kemudian saya melihat iblis lain. Iblis ini sedang menyiksa seorang anak muda 21-23 tahun. Anak ini mempunyai rantai di lehernya dan berdiri di jurang api. Di mana-mana dia ditikam oleh iblis dengan tombak yang panjang, di matanya, di mana saja. Kemudian iblis menjambak rambutnya dan dengan rantai mendorong orang ini masuk ke dalam api, dan menarik keluar dan menusuk dia berulang-ulang. Hal ini terjadi berulang kali dan setiap kali dia didorong masuk ke jurang api. Saya tidak dapat mendengar teriakannya, tetapi ketika iblis membawa dia keluar, dia berteriak mengerikan. Saya berusaha menutup telinga tetapi saya masih tetap saja mendengar. Pendengaran saya lebih peka.

Saya melihat iblis yang lain, dan iblis ini jelek. Dua iblis sebelumnya juga jelek tapi yang ini lebih jelek. Karakter berbagai binatang ada pada iblis ini tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dia berkeliling dan menakut-nakuti orang dan orang-orang menjadi lebih takut.

Dan kemudian saya melihat iblis yang lain, tetapi iblis ini indah, kelihatannya seperti malaikat Allah, tetapi tidak. Perbedaan malaikat Allah dan iblis adalah bahwa iblis tidak mempunyai nama yang tertulis pada dahi mereka dari emas seperti pada malaikat Allah .

Setelah itu saya melihat pada malaikat Gabriel dan dia melihat ke atas. Saya mengira dia tidak mau melihat kesengsaraan yang lainnya. Saya berpikir sendiri, "Mengapa dia masih di sini? Bukankah giliran saya sekarang yang akan disiksa oleh iblis?" Saya juga haus dan menangis pada malaikat, "Saya haus saya haus!" Saya berpikir dia mendengar karena dia melihat kepada saya dan berkata, "Tuhan akan memberikan engkau satu kesempatan lagi."

Segera setelah mengatakanya, dahaga, kengerian, dan kesakitan saya, lenyap. Saya merasakan damai. Kemudian dia memegang tangan saya dan kami mulai keluar. Tiba-tiba nama saya dipanggil, "Jennifer, tolong saya, tolong saya!" Saya melihat ke bawah. Saya mau melihat siapa yang memanggil saya tetapi api menghalang pemandangan tersebut. Kedengaran seperti suara perempuan. Saya bisa melihat tangannya meminta saya menolong dia. Ada keinginanan saya yang mau menolong dia. Saya coba tapi tidak dapat karena tangan saya menembus dia. Saya ingin sekali menolong dia, tapi anda lihat, tidak ada harapan baginya. Saya tidak dapat menolong dia.

Kemudian saya melihat teman-teman, orang yang saya kenal, dan orang lain. Sangat jelas tetapi saya tidak mengenal mereka. Saya tidak tahu mereka, tetapi ketika melihat teman-teman sekolah, saya terluka! Saya berpikir, "Mungkin kesaksian jelek yang saya berikan pada mereka, yang mengatakan Kristen tetapi berbalik, membuat mereka tidak mau tahu tentang Tuhan dan meninggalkan Dia. Mungkin sayalah yang membawa mereka." Itulah pikiran saya. Di neraka tidak ada waktu, waktu lalu, sekarang, masa depan, semuanya sama, mereka ditujukan ke sana. Tetapi seperti pada awal, saya tidak mau membuat doktrin baru, tetapi itulah yang saya lihat bagi mereka. Orang-orang yang saya lihat di neraka masih hidup hingga hari ini.

Malaikat membawa saya kembali kepada hadirat Allah. Ketika saya berada di hadapanNya saya berlutut menangis dan menangis. Saya tidak mau melihat wajahNya karena saya malu atas diri saya sendiri. Tetapi Tuhan dengan suara yang manis, "Saya mencintaimu." Sama seperti Dia mencintai anda yang mendengar. Tetapi Dia berbicara langsung pada saya. Dia berkata Dia mengampuni saya atas segala sesuatu yang telah saya perbuat terhadap Dia. Saya diampuni!

Allah melihat saya dan Dia menunjukan banyak hal. Dia menunjukan bumi, dunia. Di sekeliling dunia saya melihat sesuatu yang lembut, seperti atmosfer terbentang di seluruh dunia ini, terlihat sangat lembut dan saya ingin menyentuhNya. Waktu menyentuhNya, saya sadar bahwa itu adalah Roh Kudus karena Dia membaptis saya dan saya mulai berbicara dalam bahasa Roh.

Selama itu, saya melihat ke atas dan banyak roh-roh jahat keluar dari saya. Ketika saya memakai narkoba, itu akan membuat kacau dan membuka pintu dan roh jahat ini akan masuk. Mereka menganggu saya. Cara saya bertindak itu bukan pribadi saya, tapi roh jahat yang berada di dalam saya. Dalam Firman Allah dikatakan bahwa pada waktu rumahmu bersih, roh jahat akan mencoba untuk kembali dengan membawa tujuh roh jahat lainnya. Rumah saya dibersihkan dan diselamatkan. Dan roh jahat keluar ketika saya dibaptis, mereka mempunyai tujuh teman, dan ketujuh teman mempunyai ketujuh teman lainnya, saya bahkan tidak dapat menghitungnya! Tetapi Tuhan membersihkan saya dari roh-roh jahat itu.

Tuhan menunjukan masa depan. Dia menunjukan dunia dan apa yang terjadi, yang akan datang. Penglihatan yang terjadi sampai masa akhir. Dia tidak menunjukan kejadian pada masa akhir tetapi apa yang akan terjadi sebelumnya. Setiap hari semakin dekat dan dekat dan saya katakan sekarang bahwa masa itu semakin dekat! Anda perlu menguji diri anda sendiri, hidup anda, dan tanyakan diri anda, "Apakah saya bersedia pergi bersama Tuhan?" Tuhan menunjukan pada saya, tetapi Dia melarang saya memberitahu kepada siapa pun tetapi menunggu dan melihat, dan masa itu sudah dekat. Saya tidak mau membantah Allah. Itulah sebabnya saya tidak akan memberitahu apa yang saya lihat. Tetapi saya mengatakan dan memperingatkan bahwa masa itu (akhir jaman) sudah dekat.

Saya membaca di Yoel 2:28, itu adalah nubuat terakhir, semuanya sudah digenapi. Nubuat inilah yang belum digenapi dan saya mengatakan bahwa nubuat ini sedang digenapi. Banyak orang-orang muda bangun dan berkhotbah tentang Firman Allah. Iblis mau membuat anak-anak muda sebagai tentaranya tetapi Tuhanlah yang empunya kuasa. Dan jika anda betul-betul menerima Yesus dan melayani Dia, Dia memberikan anda kekuatan melawan iblis sehingga anda dapat membawa Firman Allah ke seluruh dunia seperti yang Ia perintahkan dalam Kitab Suci.

Dia mengatakan misi saya, dan misi itu adalah mengatakan kepada anak-anak muda tentang penglihatan saya. Walaupun saya tidak mau melakukannya, itu adalah perintah yang diberikan Tuhan bagi saya dan saya akan memenuhinya.

Ketika saya kembali ke tubuh saya, saya terbangun dan menemukan diri saya di rumah sakit. Saya melihat jarum di lengan, alat mengecek detak jantung dan tabung-tabung. Segera orang tua saya berjalan masuk dan mulai menangislah saya. Mereka terlihat sangat marah tetapi Tuhan mengatakan agar saya menceritakan semuanya dan itulah yang saya buat. Saya menceritakan segala sesuatu.

Ketika perawat masuk, dia mengatakan bahwa mereka sangat kuatir tentang saya. Dia katakan saya pingsan kemudian sadar kembali berulang-ulang. Berturut-turut saya tidak sadarkan diri. Hal ini terjadi tiga kali. Mereka katakan bahwa kadang saya bahkan tidak kembali dan mereka sangat kuatir tentang saya. Mereka juga berkata bahwa busa keluar dari mulut saya dan saya berbicara dengan kata-kata yang mereka tidak mengerti.

* * * * *

Pada kejadian malam itu, ibu saya mimpi buruk. Anjing kecil yang tidur dengan saya pergi ke kamar orang tua saya dan mencakar lengan ibu dan mencoba membangunkan dia. Ketika dia bangun, dia masuk ke kamar saya dan melihat buntalan selimut. Dia mengira saya sedang tidur dan berjalan kembali ke kamarnya. Kemudian melihat polisi di luar rumah kami.

Ketika dia melihat ke luar jendela, dia melihat polisi berjalan ke arah rumah kami segera dia membangunkan ayah. Polisi meminta mereka menelepon departemen kepolisian untuk mengetahui situasi saya. Mereka menemukan saya overintoxikasi. Pada saat itu Tuhan berbicara pada ayah saya dan mengatakan jangan kuatir karena segala sesuatu ada di tanganNYA. Ayah tidak kuatir. Saya tinggal tiga hari dirumah sakit.

Seminggu kemudian kami berbicara dengan detektif, mereka mengatakan tentang malam itu. Gadis lain yang di mobil, juga tidak diijinkan keluar dan ayahnya sangat kuatir. Dia mencari anaknya, berkeliling kota mengemudi dan tidak menemukan anaknya. Sehingga melapor pada polisi dan polisi mengumumkan jenis mobil yang dikendarai teman saya kepada semua mobil patroli. Seorang polisi bebas tugas, di seberang jalan di sebuah tempat penjualan mobil. Mau membeli mobil bekas. Dia menoleh dan melihat mobil teman saya kemudian menelepon polisi.

Ketika polisi menginvestigasi, mobil teman saya diparkir di tempat lain, sehingga mereka tidak tahu di mana gadis ini. Kami sedang berada di kamar lantai dua. Polisi mulai memeriksa dari kamar itu, dan mulai mengecek setiap kamar, menanyakan pemilik kendaraan yang berada di luar. Mereka tidak mencari gadis itu, mereka hanya mencari pemilik mobil.

Mereka mengetok lalu membuka pintu dan menemukan saya tergeletak dilantai, tetapi kemudian pergi. Teman saya mengira polisi telah pergi, tetapi mereka pergi memanggil ambulans. Segera polisi yang lain datang dan melihat apa yang terjadi. Ketika pintu dibuka, saat itu teman yang saya ceritakan, yang saya percayai, hendak memperkosa saya. Tetapi Tuhan menggunakan Polisi menghentikan dia dan mereka tidak melakukan apa-apa terhadap saya. Itulah sebabnya saya bersyukur pada Tuhan karena rahmatNya besar atas saya.

Dan juga doa-doa orang tua saya. Saya berbicara kepada para orang tua, jangan pernah berhenti berdoa bagi anak-anak anda. Jika mereka tidak berjalan dalam Tuhan, tetaplah berdoa, jangan menyerah. Orang tua saya tidak menyerah. Lihat di mana saya sekarang: menyampaikan Firman Allah, memanggil anak-anak muda datang dan melayani Allah karena mereka memerlukan Dia

Saya mau berpesan pada semua anak-anak muda, pikirkanlah diri anda dan ujilah diri anda. Ingat, mengapa saya harus peduli apa yang dikatakan orang tentang saya. Pernah saya berpikir apa kata orang nanti tentang saya, tetapi sekarang saya mengerti mereka tidak perduli tentang saya. Mereka tidak berada di depan saya sewaktu Tuhan berhadapan muka dengan saya. Saya teringat sewaktu saya di hadapan Tuhan. Teman saya tidak menolong saya, keluarga saya tidak menolong saya, pastor, gereja tidak menolong saya. Saya seorang diri dan saya harus saya sendiri. Di hadapanNya anda tidak dapat menipu, karena Dia sangat kudus. Dan sewaktu saya di sana, saya merasa tidak bisa masuk karena hidup dalam dosa dan di surga itu kudus.

Hari ini jika anda belum menerima Tuhan Yesus, terimalah Dia hari ini. Ini adalah keputusan yang sangat penting di dalam seluruh kehidupan anda. Saya tidak mengatakannya untuk menakuti anda tetapi supaya anda dapat melihat rahmatNya, kasihNya bagi kita. Dia Bapa, telah memberikan anakNya mati bagi kita, sehingga setiap tetesan darahNya mengalir dan menyucikan dosa-dosa kita. Jika anda mau menerima Yesus, itu adalah keputusan yang terpenting di seluruh hidup anda. Datanglah pada Tuhan, jangan kuatir apa kata orang lain tentang anda.

Jika mau melayani Tuhan, lakukan dengan segenap hati, jangan katakan dengan mulut, katakan juga dengan hati dan pikiran. Jangan kuatir tentang masa depan dan hari ini; anda tidak pernah tahu kapan anda akan mati. Saya hanya 15 tahun dan tidak pernah dalam pikiran saya akan mati pada umur 15. Tidak pernah!

Tetapi anda perlu memikirkannya. Hidup ini bukan milik saya, hidupmu bukan milikmu, kita sedang meminjam hidup ini. Hidup ini kepunyaan Allah. Kita mengambil keuntungan dengan tidak peduli, hidup seperti dunia ini, melakukan perbuatan duniawi. Dunia mempunyai banyak hal yang menggiurkan, tetapi ingat Allah mempunyai lebih banyak. Dunia mempunyai neraka dan kematian tetapi Allah mempunyai kehidupan yang abadi. Kehidupan yang abadi selamanya.

Saat ini jika anda mau menerima Yesus, tundukan kepala dan tutuplah mata anda, ucapkanlah doa demikian, "Allah, dalam nama Yesus, kudatang padaMu. O Tuhanku dan Allahku, saya menerima Engkau sebagai Juru Selamat pribadi saya saat ini. Masuklah ke dalam hidup saya. Seperti kesaksian saudari saya bahwa neraka itu nyata, dia pernah di sana. Tuhan, saya tidak mau ke sana, bahkan tidak mau berpikir ke sana. Ya Tuhan saya mohon ampun atas dosa-dosa saya. Ampuni segala sesuatu yang telah saya perbuat bahkan yang terkecil dan tersembunyi. Ya Tuhan, saya menyatakan semuanya di hadapanMu supaya Engkau mengampuni semuanya. Ya Tuhan, saya percaya bahwa Engkau telah mati disalibkan dan bangkit dari kematian. Saya percaya bahwa Engkau masuk ke dalam hati saya dan bertahta, tinggallah dalamku. Saya akan membaca FirmanMu, dan berada dalam FirmanMu. Saya akan ke gereja. Ya Tuhanku, saya tahu bahwa Engkaulah Gereja itu. FirmanMu berkata, saat dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaMu, Engkau ada. Ya Tuhan, saya mau berada di tempat kediamanMu. Saya berdoa dan memohon semua ini dalam nama Yesus, Amin."

Jika telah mengucapkan doa ini, saya ucapkan selamat datang di kerajaan surga. Sekarang anda memiliki saudara dan saudari di seluruh dunia. Ini keputusan penting anda dan jangan ambil keuntungan dari keputusan ini. Jangan kembali ke dunia. Dunia memimpin pada kebinasaan tetapi Allah memimpin pada kehidupan kekal. Setiap saat hiduplah seperti pada jaman akhir dan hari terakhir dalam hidup. Jika kesaksian ini menyentuh hati anda, berikan pada teman anda, supaya merekapun menerima Yesus. Jangan biarkan waktu berlalu karena mungkin ini adalah hari terakhir anda!

KESAKSIAN ZAKARYIA EZZAT

Sumber : Elia Stories
Namaku adalah Zakaryia Ezzat. Aku lahir di US (United States = Amerika Serikat = AS) dari ayah Muslim Sunni Mesir dan ibu Kristen Protestan Amerika keturunan Scottland (Inggris). Tak lama sebelum aku lahir, terjadi hal penting yang nantinya akan menentukan keadaan lingkunganku. Ibuku dipaksa oleh Mesjid Islam di Lansing, Michigan, untuk menandatangani kontrak yang berisi dia harus membesarkan aku dan saudara perempuan kembarku bernama Sarah sebagai Muslim, dan tidak secara Kristen. Sewaktu aku lahir, ayahku membisikanku Syahadat Islam “la Illaha ilAllâh wa Muhammad Rasul Allâh” sebagai tanda aku terlahir sebagai Muslim. Sejak saat itu, aku berdasarkan nama dan lingkunganku, aku wajib hidup sebagai Muslim.

Ketika aku berusia 2 tahun, keluargaku pindah ke Kairo, Mesir. Kami hidup di daerah terkenal Kairo bernama Seyata Zeynab. Di saat itulah hidupku semakin menyatu dengan Islam. Meskipun ibuku adalah Kristen taat, dia tidak pernah memaksakan kepercayaannya pada anak²nya. Ibuku tahu jika anak²nya tinggal terus di Mesir, maka kami pun tidak hanya jadi Muslim tapi juga tidak akan pernah mengenal lingkungan bebas kepercayaan. Di dunia Barat, kebebasan beragama dianggap lumrah, tapi tiada toleransi beragama di Mesir, kecuali jika kau adalah Muslim Sunni. Lebih dari itu, jika aku murtad dan lalu memeluk Kristen, maka aku akan dibunuh atau dipenjara. Hal ini karena di Mesir, Muslim dilarang beralih agama. Jika ayahmu Muslim, maka kau sudah jelas harus jadi Muslim dan hal ini tidak boleh diganggu-gugat. Hanya dengan pemaksaan seperti inilah maka Islam bisa terus eksis di lingkungan masyarakat. Jika terdapat kebebasan, maka tentunya banyak Muslim meninggalkan Islam, dan sirnalah Islam sebagai agama dominan.

Ibuku berhasil meninggalkan Mesir sewaktu aku berusia 4 tahun. Ayahku tidak bisa segera mengikuti kami karena Pemerintah Mesir tidak mengijinkan dia meninggalkan negeri itu. Akhirnya ayah berhasil dapat kerjaan di US sebagai professor dan karenanya bisa datang ke US dan bergabung bersama aku, ibuku, dan saudara perempuanku. Sejak saat itu, ayahku senantiasa membawaku dan saudara perempuanku ke mesjid setiap hari Jum’at. Bukan di Mesir, tapi di US-lah aku belajar tentang Islam. Agar mahir berbahasa Arab, ayahku meminta ustadz Ahmed Al-Jamal dari Pusat Islam di Mt. Pleasant, Michigan, untuk mengajarku. Suatu hari kami sedang membahas kata². Satu kata yang tercantum adalah “Israel” dan Ahmad lalu berteriak pada buku itu dan melihatku dan mengajarku kalimat pertama Arab yang berbunyi “Ana bakrah Yisrael” yang artinya adalah “Aku benci Israel.”

Setiap hari Jum’at di mesjid aku belajar tentang hal² dasar Islam. Aku pun segera tahu bahwa mesjid menyebarkan kebencian luar biasa terhadap Yahudi dan Amerika. Kaum Yahudi dipandang sebagai manusia paling rendah dan tidak dapat dipercaya sama sekali. Tatkala aku mendengar khotbah² penuh kebencian luar biasa, aku tidak menanggapinya secara serius atau malah mengabaikan begitu saja. Saat aku masih jadi mahasiswa tingkat satu, aku ingat satu khotbah yang disampaikan oleh seorang Palestina bernama Tariq di mesjid Mt. Pleasant, Michigan. Fokus khotbahnya adalah perbuatan² keji Yahudi dan penindasan terhadap masyarakat Arab. Di akhir khotbah dia berkata bahwa jika dia ada di Palestina saat ini, maka dia akan jadi pembom bunuh diri. Tariq bukanlah orang yang tak berpendidikan. Sebaliknya, dia adalah profesor fisika yang sangat cerdas di Central Michigan University. Orang berpendidikan ini baru saja mengakui di hadapan semua umat di mesjid bahwa dia akan melakukan tindakan teroris. Terorisme di Timur Tengah merupakan buah dari ajaran² fundamental Qur’an. Kesimpulanku ini kuyakini bukan karena aku jadi pejuang al-Qaeda, tapi dari mengunjungi sekitar 20 mesjid di berbagai daerah di US. Lagipula, setelah Tariq selesai berkhotbah, tiada satu pun umat Muslim yang menyangkal atau mempertanyakan pernyataannya. Ini menunjukkan bahwa umat Muslim di mesjid itu pun setuju atau mendukung niatnya.

Di semester pertama perguruan tinggi, kuliah tahun kedua, aku tinggal di asrama mahasiswa di kampus. Di saat itu aku berteman dengan orang Yemen bernama Khalid. Selain kami, tiada orang Arab dan Muslim di asrama, sehingga kami pun jadi akrab. Suatu hari kami makan bersama di kantin bersama para mahasiswa lainnya. Kami semua bicara tentang Arab, Yahudi, dan kedudukan negara Israel. Khalid bicara bahwa dia tidak benci Yahudi dan Yahudi punya kedudukan tinggi dalam Qur’an karena mereka adalah masyarakat ahli kitab. Tapi setelah para mahasiswa lain selesai makan dan meninggalkan meja, Khalid berbisik padaku, “Zakaryia, suatu hari nanti kita akan memerangi dan bunuh Yahudi, dan kita akan menang.” Sungguh menarik bahwasanya sikapnya jadi sangat berubah setelah para kafir meninggalkan meja.

Pada saat kuliah semester kedua, tahun ketiga, aku mengunjungi Mesir untuk mengikuti program intensi di Alexandria University. Aku mengunjungi keluargaku di Kairo. Aku banyak bercakap-cakap dengan saudara misanku yang bernama Khalid. Khalid banyak bicara tentang Islam dan agama. Suatu saat dalam percakapan aku berkata pada Khalid, “Tuhan mencintai semua orang, bukan?” Khalid berkata padaku, “Tidak. Tuhan tidak mencintai semua orang. Dia menginginkan orang jadi baik, tapi dia tidak cinta semua orang. Perkataanmu itu sangat berbau Kristen.”

Selama aku di Mesir, aku sering mengunjungi kawanku Ibrahim di toko tempat cuci baju dry-cleaner. Orang² di sana menganggapku sebagai Muslim sehingga mereka tidak merubah cara bicara seperti jika bicara dengan kafir Barat. Suatu hari seorang insinyur kaya datang ke dry cleaner itu dan dia memandangku dan bertanya siapa namaku. Aku lalu memberitahunya. Dia dia sebentar dan bertanya apakah aku Muslim, dan aku menganggukkan kepala. Dia lalu duduk bersamaku dan mulai berkhotbah tentang Islam padaku. Dia terutama membicarakan Hari Kiamat di literatur Islam. Katanya, Hari Kiamat Islam tidak akan datang sebelum terjadi perang besar antara umat Muslim vs. Yahudi (dan juga Kristen yang ogah memeluk Islam). Dia mengutip Hadis Sahih Bukhari, buku 52, nomer 176-177 yang menyatakan: “Rasul Allâh berkata, “Kau (Muslim) harus memerangi kaum Yahudi sampai mereka bersembunyi di belakang batu². Batu² akan mengkhianati mereka dan berkata, “Wahai Abdullah (budak Allâh), ada Yahudi nih bersembunyi di belakangku; bunuh dia.”

Pendek kata, dia menjelaskan padaku bahwa di Hari Kiamat, kami para Muslim akan membantai seluruh umat Yahudi di dunia. Dia lalu menjelaskan padaku bahwa damai di bumi hanya akan terjadi setelah Islam jadi agama dunia dan setiap kafir dibunuh atau ditundukkan oleh negara Islam. Pria Muslim ini bukanlah Muslim radikal, tapi dia adalah insinyur kaya-raya yang berpendidikan tinggi. Terlebih lagi, dia tidak asal bicara tanpa referensi; semua yang dikatakannya didukung Qur’an dan ahadis.

Sewaktu aku mulai membaca Qur’an dalam bahasa Arab, aku mulai lebih mengerti ajaran² Qur’an dan Islam secara umum. Titik balik pandanganku terjadi saat aku membaca Qur’an Sura 9 ayat 5 yang menyatakan: Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Saat itu aku sedang berada di kamar yang kusewa dengan seorang rekan. Aku melihat Alkitab di sisi tempat tidurnya. Aku bertanya padanya apakah aku boleh meminjamnya. Dia mempersilakan dan aku pun mulai membaca Alkitab. Aku melihat pesan kasih dan toleransi dari Alkitab dan pesan itu sangat berbekas dalam hatiku. Meskipun aku mendapat pengaruh Kristen dari ibuku, baru setelah membaca Alkitablah aku mengambil keputusan serius untuk mengijinkan Yesus Kristus masuk dalam hidupku. Ibuku sangat bahagia ketika aku jadi Kristen karena dia mengira aku masih Muslim. Akan tetapi, aku belum berani mengaku sebagai Kristen karena latar belakang Islamku yang kental dan hukuman mati bagi murtadin.

Sekembalinya ke US, aku tidak langsung menunjukkan diriku telah murtad dan memeluk Kristen. Aku tetap mengunjungi mesjid setiap hari Jum’at. Suatu hari aku berada di mesjid dan melihat seorang pria bule membawa kamera besar. Aku bertanya pada temanku Syarif siapakah orang itu. Syarif berkata padaku bahwa orang itu adalah wartawan dari Reno Gazette Journal dan dia sedang menyusun tulisan tentang Islam. Syarif lalu berbisik padaku, “Aku harus memperingatkan Imam untuk bersikap lain.” Jika Islam memang adalah agama damai, mengapa lalu Imam harus berpura-pura dan berubah sikap setiap kali kafir datang untuk menelaah?

Semua hal berubah setelah aku mengundang Walid Shoebat dan Kamal Salim untuk bicara di kampus. Kedua orang ini dianggap umat Muslim sebagai musuh terbesar Islam karena mereka adalah murtadin yang memeluk Kristen. Mengundang mereka untuk bicara di kampus tentunya mengundang pertanyaan apakah aku ini Muslim atau Kristen. Tak lama kemudian, semua Muslim di lingkunganku mengetahui bahwa aku telah murtad. Aku pun lalu mengalami berbagai penindasan dan tuduhan sebagai rasis, islamofobik, dll.

Description: Image
DVD kesaksian dari Kamal Salim, http://www.koomeministries.com/saleem.htm

Description: Image
Walid Shoebat, http://www.shoebat.com/

Yang terpenting yang harus kulakukan adalah mengasihi semua orang yang membenciku karena aku tidak bisa melawan benci dengan benci. Sebagai orang Kristen, aku harus mencintai semua orang, termasuk Yahudi di Israel dan Muslim di dunia Arab. Untuk melawan kebencian, kau harus mengungkapkan kebencian itu terlebih dahulu, dan dengan cara itu, banyak Muslim yang sedang dalam keadaan status quo (mempertanyakan keberadaan diri dan iman) akan menyadari apakah Islam yang sebenarnya dan lalu berbalik membantu pihak Barat. Apa yang mereka lihat sekarang adalah kelemahan pihak Barat dan mereka mengira mereka akan terancam jika bergabung dengan pihak Barat.

Zak Ezzat will be interviewed on The Tovia Singer Show this Tuesday Dec 23, 2008 at 4 pm EST http://www.israelnationalradio.com



Sumber: http://www.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=60601

BAHASA ROH MENURUT CALVIN DAN IMPLIKASINYA BAGI

Sumber : Elia Stories
oleh: Pdt. Drs. Timotius Fu, M.Div., M.Th.



Beberapa tahun lalu, saya berkesempatan mengikuti sebuah seminar theologi yang dipimpin oleh seorang pendeta terkenal dari Amerika Serikat. Sebelum seminar dimulai, sekitar 2000 peserta yang hadir diajak terlebih dahulu mengikuti acara Praise and Worship. Setelah menyanyi beberapa pujian, tiba-tiba musik diperlambat dan pembawa acara mengangkat tangan, menutup mata, dan mulutnya mengeluarkan “komat-kamit” suku kata-suku kata yang tidak dimengerti oleh seorang pun. Kontan, sebagian besar peserta mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh pembawa acara tersebut. Akibatnya, suasana jadi ribut dengan bahasa-bahasa aneh, teriakan-teriakan yang liar, serta sebagian peserta terlihat menangis atau ketawa tidak terkendali. Setelah “pertunjukan” tersebut berlangsung sekitar 20 menit, pembawa acara mengumumkan bahwa tiba saatnya para peserta mengusir segala kuasa gelap dan gangguan lainnya dari dalam ruang pertemuan, dan untuk itu semua yang hadir harus melakukannya dengan “berbahasa roh.”1 Di bawah komando sang pembawa acara, kembali ruangan kebaktian menjadi ribut dan kacau, masing-masing mengeluarkan bunyi-bunyian aneh yang bagi mereka adalah “bahasa roh” yang dipakai untuk mengusir Setan dan para pengikutnya dari ruangan tersebut.



Menyaksikan fenomena seperti itu, perasaan saya bercampur baur, ada rasa takut sehingga bulu kuduk berdiri, ada rasa canggung karena menjadi orang “aneh” di tengah-tengah mereka, dan ada rasa ingin tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Dalam kondisi itu muncul dalam pikiran saya sebuah seri pertanyaan: “Seandainya John Calvin masih hidup dan hadir dalam kebaktian ini, bagaimana reaksinya? Apakah dia akan menerima dan mempraktikkan hal yang sama? Atau dia akan menentang, bahkan mengajarkan fenomena tersebut sebagai tindakan yang tidak alkitabiah?”



Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tulisan ini disajikan dengan harapan agar kita semua memiliki pandangan yang tepat tentang natur dari karunia bahasa roh serta implikasinya bagi kehidupan bergereja masa kini.





PENGAJARAN CALVIN TENTANG BAHASA ROH

Natur Bahasa Roh

Calvin secara konsisten menafsirkan fenomena bahasa roh sebagai kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing yang sama sekali tidak pernah dipelajari oleh pembicara sebelumnya. Hal ini terlihat jelas dari komentarnya atas peristiwa dan pengajaran mengenai karunia bahasa roh yang tercatat dalam Alkitab, baik di Kisah Para Rasul maupun 1 Korintus 12-14.



Mengkomentari fenomena berbahasa roh yang terjadi pada hari Pentakosta, ia menulis:

He showeth that the effect did appear presently, and also to use their tongues were to be framed and applied. But because Luke setteth down shortly after, that strangers out of divers countries hear the apostles speaking in their own tongue. . . . I suppose that it doth manifestly appear hereby that the apostles had the variety and understanding to tongues given them, that they might speak unto the Greek in Greek, unto the Italians in the Italian tongue, and that they might have true communication (and conference) with their hearers.2



Hal yang sama diungkapkan dalam khotbahnya di hari Pentakosta:

How then were the Apostles, having always been isolated as foolish and unlearned people in this corner of Judea, able to publish the Gospel to all the world, unless God accomplished what He had previously promised: namely, that He would be known by all tongues and by all nations?3



Terhadap kejadian serupa yang tercatat di rumah Kornelius (Kis. 10), Calvin hanya memberi dua kalimat untuk menjelaskan natur dari bahasa roh, yakni: “He expresseth what gifts of the Spirit were poured out upon them, and therewithal he noteth the use; to wit, that they had variety of tongues given them, so that they did glorify God with many tongues.”4



Penafsiran yang sama ditunjukkan Calvin ketika ia mengomentari pengajaran rasul Paulus di 1 Korintus 12-14. Secara spesifik ia menuliskan bahwa “in the use of the word tongue, there is not a pleonasm (a figure of speech – involving a redundancy of expression). . . . The term denotes a foreign language.”5 Selanjutnya, berulang kali—dalam bagian Alkitab ini—ia mengartikan karunia bahasa roh sebagai kemampuan yang diberikan kepada Roh Kudus kepada seseorang untuk berbahasa asing tanpa terlebih dahulu mempelajarinya, misalnya: “karunia untuk berkatakata dengan bahasa roh” (12:10) ditafsirkan sebagai kemampuan untuk berbicara bahasa bangsa asing;6 “berdoa dengan bahasa roh” (14:14) diartikan sebagai “to frame a prayer in a foreign language”;7 dan bahasa roh bagi orang percaya di kota Korintus yang dianalogikan dengan bahasa Ibrani dan Yunani bagi Calvin dan orang sezamannya.8



Dengan penafsiran di atas, Calvin menyangkal kemungkinan untuk menafsirkan praktik bahasa roh sebagai suatu kepenuhan Roh Kudus yang menghasilkan fenomena ecstatic dengan mengucapkan bunyi-bunyian atau suku kata-suku kata yang sepenuhnya bukan bahasa manusia, sehingga menjadi asing bagi segala bangsa.9



Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagi Calvin, karunia berbahasa roh dalam Alkitab hanya memiliki satu makna, yakni sebuah karya Roh Kudus atas orang percaya sehingga mampu berbahasa asing tanpa terlebih dahulu mempelajarinya. Selanjutnya, pandangan ini yang mewakili pandangan Calvin dalam tulisan ini.





Fungsi Bahasa Roh

Di mata Calvin, bahasa roh adalah sebuah karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya.10 Namun, karunia ini—sama seperti karunia yang lainnya juga—tidak serta merta diberikan kepada semua orang11 pada setiap saat, tetapi hanya diberikan oleh Roh Kudus dalam kondisi tertentu dengan tujuan tertentu.12 Sesuai dengan keyakinannya, semua karunia roh diberikan Roh Kudus kepada orang percaya dengan satu tujuan utama, yakni untuk membangun tubuh Kristus, sehingga penerapan karunia apa pun kalau bukan bertujuan membangun tubuh Kristus adalah pelanggaran dari tujuan Roh Kudus memberikan karunia-karunia tersebut.13



Sesuai dengan penjelasan di atas, karunia bahasa roh juga harus dipraktikkan demi pembangunan tubuh Kristus, yakni: pertama, karunia bahasa roh diberikan dalam hubungan yang sangat erat dengan pekabaran Injil. Tujuan karunia bahasa roh dalam aspek ini secara khusus ditemukan dalam catatan di Kisah Para Rasul. Pada saat itu, para rasul atau pekabar Injil di abad pertama mengalami keterbatasan karena faktor bahasa. Dengan memberikan kemampuan berbahasa asing kepada para rasul, Allah telah menghilangkan salah satu penghalang utama pekabaran Injil. Hal ini dapat dibaca lewat komentarnya atas peristiwa para murid berbahasa roh pada hari Pentakosta:

The diversity of tongues did hinder the gospel from being spread abroad any farther; so that, if the preachers of the gospel had spoken one language only, all men would have thought that Christ had been shut up in the small corner of Jewry.14



Dalam khotbahnya di hari Pentakosta, ia juga mengungkapkan bahwa Roh Kudus memberikan manifestasi bahasa roh kepada para rasul dengan dua tujuan, yakni agar Injil dapat disampaikan kepada segala bangsa dalam bahasa mereka masing-masing dan agar konsep yang salah bahwa keselamatan hanya disediakan bagi bangsa Yahudi dapat dibuang, seperti yang dapat dibaca lewat kutipan berikut ini:

It is true that it is said that all will speak the Hebrew language in order to join in a true faith, but the truth is better declared to us when it is said that all believers, from whatever region they may be, will cry, “Abba, Father,”invoking God with one accord; although there may be diversity of language. That, then, is how the Spirit of God wished to display His power in these tongues, in order that the Name of God might be invoked by all and that we might together be made partakers of this covenant of salvation which belonged only to the Jews until the wall was torn down.15



Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan dari rasul Paulus bahwa “karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman” (1Kor. 14:22). Bagi Calvin, kalimat di atas berarti karunia ini berfungsi sebagai sebuah mukjizat untuk dipertunjukkan kepada orang yang belum percaya agar mereka diyakinkan untuk menerima Injil, seperti yang dapat dibaca dari tulisannya:

The advantages derived from tongues were various. They provided against necessity— that diversity of tongues might not prevent the Apostles from disseminating the gospel over the whole world: there was, consequently, no nation with which they could not hold fellowship.16



Hasil dari pekabaran Injil adalah bangsa-bangsa yang datang dari aneka ragam latar belakang dan bahasa dapat bersatu di hadapan Tuhan, seperti yang tertuang dalam pikirannya: “But God did furnish the apostles with the diversity of tongues now, that he may bring and call home, into a blessed unity, men which wander here and there.”17



Konsep yang sama diungkapkannya ketika mengomentari kejadian di rumah Kornelius (Kis. 10:46) dengan mengatakan bahwa “that the tongues were given them . . . seeing the gospel to be preached to strangers and to men of another language.”18



Kedua, praktik bahasa roh dalam pertemuan jemaat. Bagi Calvin, bahasa roh—sama dengan karunia yang lain—memiliki satu tujuan utama, yakni untuk membangun jemaat19 dan membawa berkat bagi semua orang (for the common benefit).20 Supaya dapat membangun jemaat, maka semua bentuk praktik bahasa roh harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang hadir dalam pertemuan ibadah tersebut, seperti yang dapat dibaca dalam tulisannya:

For the gift of tongues was conferred— not for the mere purpose of uttering a sound, but, on the contrary, with the view of making a communication. For how ridiculous a thing it would be, that the tongue of a Roman should be framed by the Spirit of God to pronounce Greek words, which were altogether unknown to the speaker, as parrots, magpies, and crows, ar taught to mimic human voices!21



Sesuai dengan pengajaran rasul Paulus di 1 Korintus 12-14, Calvin menerapkan prinsip bahwa dalam setiap pengajaran yang menggunakan bahasa roh harus diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh semua pendengar; dan seandainya tidak ada penerjemah, maka tidak seorang pun diizinkan berbicara dengan bahasa roh dalam pertemuan ibadah.22 Baginya, karunia bahasa roh yang dipadukan dengan karunia menerjemahkan menghasilkan karunia bernubuat, seperti ungkapannya: “For if interpretation is added, there will then be prophecy.”23



Sebaliknya, praktik bahasa roh yang tidak diterjemahkan dalam sebuah pertemuan ibadah merupakan sebuah pelanggaran atau penyalahgunaan, yang digambarkan Calvin dengan berbagai istilah berikut: (1) Misdirected ambition: sebuah ambisi untuk menyombongkan diri24 atau mempertontonkan kehebatan pribadi dalam barbahasa asing di balik praktik berbahasa roh di hadapan umum;25 untuk hal ini Calvin menyebut bahasa roh sebagai empty vauntings.26 (2) Speaking to no purpose: sebuah praktik berbahasa asing yang tidak membawa manfaat apa pun bagi pendengar, yang menurut Calvin bahwa “thy voice will not reach either to God or man, but will vanish into air.”27 (3) Speaking as a barbarian: sebuah manifestasi bahasa roh yang membingungkan para pendengar karena pada dasarnya tidak ada seorang pun yang mengerti;28 para pendengar pada gilirannya nanti akan menghina mereka yang berbahasa roh, yang oleh Calvin digambarkan sebagai “how foolish then it is and preposterous in a man, to utter in an assembly a voice which the hearer understand nothing – in which he perceives no token from which he may learn what the person means!”29



Ketiga, praktik bahasa roh dalam doa orang percaya. Sehubungan dengan hal ini, Calvin berpegang kepada prinsip bahwa semua doa harus diucapkan dalam bahasa yang dapat dimengerti. Baginya, doa tanpa pengertian tidak mungkin diterima oleh Allah, seperti yang dapat dibaca dalam tulisannya: “But this must be fully admitted: that it is by no means possible, either in public prayer or in private, that the tongue without the heart is accepted by God.”30 Di bagian lain, ia menulis bahwa berdoa dalam bahasa roh namun tanpa pengertian adalah sebuah pelanggaran atas fungsi dan tujuan dari karunia tersebut, sehingga tindakan tersebut merupakan sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah.31 Ia bahkan mengritik gereja Katolik Roma yang saat itu mempraktikkan hal ini, menurutnya:

It is also plain that public prayers are not to be couched in Greek among the Latins, nor in Latin among the French or English (as hitherto has been everywhere practiced), but in vulgar tongue, so that all present may understand them, since they ought to be used for the edification of the whole Church, which cannot be in the least degree benefited by a sound not understood.32



Hal yang sama juga diajarkannya mengenai doa pribadi ketika ia menulis bahwa “the tongue is not even necessary to private prayer.”33 Namun, ia memberikan sebuah pengecualian penggunaan bahasa roh dalam doa, yakni ketika seseorang dalam kondisi yang sedemikian rupa sehingga tidak mampu mengucapkan kata-kata dan secara spontan mengeluarkan bahasa roh atau bahasa tubuh lainnya. Tetapi, dalam kondisi demikian pun, orang tersebut tidak boleh kehilangan pengendalian atas pikiran dan pengertian, seperti yang ia tuliskan:

For although the best prayers are sometimes without utterances, yet when the feeling of the mind is overpowering, the tongue spontaneously breaks forth into utterance, and our other members in gesture. Hence that dubious muttering of Hannah (1Sam. 1:13), something similar to which is experienced by all saints when concise and abrupt expressions escape from them..34





IMPLIKASI DARI PENGAJARAN CALVIN BAGI GEREJA MASA KINI

Tidak dapat disangkal bahwa sejarah gereja mencatat Calvin sebagai salah satu “bintang yang paling bersinar di tengah-tengah masa kegelapan gereja.”Buah pemikiran dan karyanya telah menjadi salah satu acuan utama kehidupan bergereja sepanjang masa, salah satunya adalah berhubungan dengan pengajarannya tentang karunia bahasa roh.



Pemaparan pengajaran di atas membawa beberapa implikasi praktis bagi kalangan orang percaya hari ini. Pertama, karunia bahasa roh tidak berfungsi sebagai penentu tingkat spiritualitas seseorang. Zaman ini, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang mengajarkan bahwa kemampuan berbahasa roh merupakan tanda tingginya tingkat kerohanian seseorang,35 bahkan tidak sedikit yang menjadikannya sebagai prasyarat untuk menerima keselamatan.36 Pandangan demikian telah dianulir oleh pengajaran Calvin yang menyatakan bahwa karunia bahasa roh hanya memiliki dua fungsi, yakni sebagai alat untuk mengabarkan Injil dan sebagai alat untuk membangun jemaat. Dengan kata lain, dalam pandangannya, bahasa roh tidak ada hubungan dengan tingkat spiritualitas seseorang. Baginya, tingkat spiritualitas seseorang ditentukan oleh ada tidaknya ia menyatu dengan Yesus Kristus dalam semua aspek kehidupan sehari-hari, seperti yang dapat dibaca dari tafsirannya terhadap perumpamaan tentang pohon anggur dan carang-carangnya:

Now, there are three principal parts; first, that we have no power of doing good but what comes from himself; secondly, that we, having a root in him, are dressed and pruned by the Father; thirdly, that he removes the unfruitful branches, that they may be thrown into the fire and burned.37



Selanjutnya, berbicara tentang pruning, ia menulis:

By these words, he shows that believers need incessant culture, that they may be prevented from degenerating. . . . When he says that the vines are pruned, that they may yield more abundant fruit, he shows what ought to be the progress of believers in the course of true religions.38



Masih dalam konteks yang sama, ia menyimpulkan bahwa:

Christ has no other object in view than to keep us as a hen keepeth her chickens under her wings (Matth. xxiii. 37), lest our indifference should carry us away, and make us fly to our destruction. In order to prove that he did not begin the work of our salvation for the purpose of leaving it imperfect in the middle of the course, he promises that his Spirit will always be efficacious in us, if we do not prevent him.39



Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas dapat diumpamakan dengan carang-carang yang bergantung sepenuhnya kepada pohon untuk mendapatkan makanan, perawatan, dan perlindungan agar dapat menghasilkan banyak buah.



Pandangan Calvin di atas juga didukung oleh beberapa penulis modern. Di antaranya adalah Dallas Willard yang mengartikan spiritualitas sebagai sebuah renovation of the heart, sebuah proses di mana seseorang menerima kehidupan yang baru dari Yesus Kristus dan secara konstan hidup di dalam hadirat-Nya untuk menerima makanan rohani bagi setiap hari.40



Pernyataan yang senada juga diungkapkan oleh R. Paul Stevens dan Michael Green yang mengartikan spiritualitas sebagai sebuah kehidupan yang dipenuhi dengan pengalaman bersama Allah, sehingga orang-orang percaya dapat menemukan Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di dalamnya pekerjaan, hubungan dengan sesama, dan kehidupan di gereja serta dunia.41 Bagi mereka, spiritualitas yang sejati hanya dapat dicapai dengan ketaatan kepada pengajaran Alkitab dan sebuah hati yang takut akan Allah.42



Sementara itu, Barry L. Callen mengungkapkan bahwa spiritualitas Kristen lebih dari sekadar usaha mencari Tuhan lewat pengajaran dan liturgi keagamaan, melainkan sebuah hati yang terpanggil dan siap untuk mengiring Tuhan dan terbuka untuk dipimpin oleh Roh Kudus dalam kehidupan setiap hari,

For the church to be authentically Christian, spiritual as God intends, the primary influences must be an intentional alliance with Jesus Christ and a genuine openness to the power of the Holy Spirit. . . . The Spirit wants to move the church beyond the spiritual deadness of mere religion.43



Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas Kristen yang sejati ditemukan di dalam hubungan yang erat dan konstan dengan Yesus Kristus, dengan firman Allah, dengan ketaatan kepada pengajaran Allah. Karunia bahasa roh mutlak tidak dapat membawa orang percaya kepada tingkat tersebut karena Roh Kudus tidak memberikan karunia ini untuk mencapai tujuan tersebut.



Kedua, manifestasi karunia bahasa roh dalam pertemuan jemaat harus dilaksanakan dalam konteks membangun jemaat. Calvin tidak pernah melarang orang berbahasa roh, namun ia selalu memegang prinsip bahwa dalam pertemuan jemaat, karunia bahasa roh harus dipraktikkan untuk kebaikan semua yang hadir serta berjalan dengan tertib dan lancar. Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang terjadi dalam pertemuan atau kebaktian di kalangan tertentu.



Hari ini tidak sulit ditemukan kelompok orang percaya, atas nama sebuah puji dan sembah dalam ibadah, secara simultan mengucapkan (lebih tepat meneriakkan) kalimat-kalimat dalam suku kata yang tidak dapat dimengerti manusia (unintelligible) dalam suasana yang kacau dan tidak terkendali. Adakah manfaat dari fenomena tersebut? Jawabannya adalah tidak, baik bagi yang mempraktikkan atau yang menyaksikan, karena pada dasarnya apa yang diucapkan tidak dimengerti oleh siapa pun juga. Jika ada orang yang mengaku bahwa sewaktu atau setelah mempraktikkan apa yang mereka sebut sebagai bahasa roh tersebut, mereka merasa “lebih dekat kepada Allah, lebih rohani, lebih sukacita, atau melihat kemuliaan Allah,” semua pengakuan tersebut tentu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara alkitabiah, karena Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa bahasa roh berfungsi untuk hasil-hasil yang disebutkan di atas. Jadi, apa yang sudah dilakukan di atas bukan hanya tidak membawa berkat, sebaliknya Calvin sudah memperingatkan bahwa mereka sangat mungkin dianggap sebagai orang yang memiliki misdirected ambition untuk menampilkan sebuah pertunjukan rohani agar dinilai lebih hebat, lebih suci, atau lebih rohani.



Sedangkan, bagi para pendengar atau mereka yang tidak mempraktikkan, kejadian tersebut alih-alih membawa berkat atau manfaat, sebaliknya tentu menciptakan sebuah kebingungan yang besar, karena pada dasarnya mereka sama sekali tidak mengerti apa yang sedang diucapkan atau apa yang sedang terjadi. Kejadian seperti itulah yang digambarkan oleh Calvin sebagai praktik speaking to no purpose atau speaking as a barbarian. Dengan kata lain, apa yang sedang terjadi sebenarnya merupakan sebuah penyalahgunaan atau penyimpangan dari karunia yang diberikan oleh Roh Kudus,44 sehingga kebaktian atau ibadah yang dipenuhi dengan fenomena seperti itu tentu bukan hal yang berkenan kepada Tuhan.



Ketiga, karunia bahasa roh tidak berperan di dalam gerakan kebangunan rohani. Pembahasan mengenai Calvin tidak pernah lepas dari konteks Reformasi gereja pada abad ke-16. Dalam catatan sejarah gereja, gerakan Reformasi gereja merupakan sebuah kebangunan rohani yang tidak tertandingi, baik dari segi luasnya pengaruh maupun pembaharuan spiritualitas orang percaya. Uniknya, selama proses gerakan ini tidak tercatat sedikit pun peran karunia bahasa roh di dalamnya.45 Kenyataan di atas seharusnya tidak membuat kita heran karena pada dasarnya karunia bahasa roh diberikan oleh Roh Kudus bukan untuk tujuan kebangunan rohani, seperti yang dijelaskan lewat pengajaran Calvin di atas serta kenyataan bahwa sejarah tidak merekam sedikit pun jejak praktik bahasa roh dalam kehidupannya.



Memang, hari ini cukup banyak gereja yang mengalami “kebangunan rohani”46 mengaku bahwa sumber kebangunan tersebut adalah karunia bahasa roh. Namun, pengakuan tersebut perlu diimbangi dengan kenyataan bahwa tidak semua gereja yang berbahasa roh mengalami kebangunan rohani dan sebaliknya tidak semua gereja yang mengalami kebangunan rohani berbahasa roh. Lagi pula, tidak sedikit “kebangunan rohani” yang dimaksud lebih difokuskan kepada hal-hal lahiriah, seperti bertambahnya pengunjung kebaktian, jumlah persembahan, atau kesuksesan lahiriah lainnya; yang tentu bukan tolok ukur yang sebenarnya bagi sebuah kebangunan rohani yang sejati.





KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan beberapa hal:

Pertama, natur bahasa roh yang dikaruniakan Roh Kudus kepada orang percaya adalah kemampuan seseorang untuk mengucapkan bahasa asing tanpa terlebih dahulu mempelajarinya. Bahasa asing yang dimaksud adalah bahasa manusia yang dapat dimengerti oleh pemakai aslinya.



Kedua, Roh Kudus memberikan karunia ini dengan dua tujuan: sebagai alat untuk mengabarkan Injil dan sebagai alat untuk membangun jemaat. Oleh sebab itu, setiap aplikasi dari karunia ini harus diterapkan dalam koridor dua tujuan pemberian di atas.



Ketiga, karunia bahasa roh dapat disalahgunakan, baik untuk tujuan menyombongkan diri dengan menjadikan karunia berbahasa roh sebagai bahan pertunjukan maupun dalam bentuk “kebodohan,” yakni mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti baik oleh pembicara maupun pendengar, sehingga apa yang dilakukan tidak mencapai tujuan apa pun juga serta tidak membawa manfaat kepada siapa pun juga.



Keempat, karunia bahasa roh tidak dapat dijadikan baik sebagai tolok ukur tingkat kerohanian—apalagi sebagai prasyarat keselamatan—seseorang, maupun alat untuk mencapai kebangunan rohani sebuah Gereja, karena karunia ini diberikan bukan untuk tujuan tersebut.



Catatan kaki:

1. “Bahasa roh” versi orang-orang yang mempraktikkannya dalam pertemuan tersebut.

2. Commentaries (Grand Rapids: Baker, 1984) 18.78-79.

3. “First Sermon on Pentecost”dalam John Calvin: Selections from His Writings (ed. John Dillenberger; Missoula: Scholars, 1975), hlm. 564.

4. Commentaries 18.453.

5. Commentaries 20.435 [penekanan oleh Calvin].

6. Ibid., hlm. 403.

7. Ibid., hlm. 444.

8. Ibid., hlm. 459.

9. Calvin secara eksplisit mengungkapkan hal ini dengan menjelaskan bahwa istilah “another tongue”(yang diterjemahkan menjadi bahasa roh) berasal dari kata hetera glossa yang berarti a foreign or not known language—bahasa yang tidak dimengerti; bukan agnoste glossa yang berarti an unknown language—bahasa yang tidak dikenal (lih. catatan kaki no. 1 di Ibid., hlm.435).

10. Terbukti dari tulisannya yang menyebut fenomena ini sebagai “gift of the Spirit”(Commentaries 19.210; Commentaries 20.453).

11. Mengenai hal ini, ia menulis: “In the same place he affirmeth that it is a special gift, wherewith all men are not endued” (Commentaries 18.77).

12. Ibid., hlm. 453.

13. Institutes III.2.9.

14. Commentaries 18.75.

15. “First Sermon on Pentecost”, hlm. 564.

16. Commentaries 20.454.

17. Commentaries 18.75.

18. Commentaries 18.453.

19. Seperti yang ditulisnya: “In short, let us simply have an eye to this as our end—that edification may redound to the Church”(Commentaries 20.437).

20. Ibid., hlm.436.

21. Ibid., hlm. 445.

22. Ibid., hlm. 458-459.

23. Ibid., hlm. 437.

24. Ibid., hlm. 442.

25. Calvin ingin supaya orang yang berbahasa roh berdoa agar di tengah-tengah terdapat orang lain yang diberi karunia untuk menerjemahkan, kalau tidak, “let him abstain in the meantime from ostentation” (Ibid., hlm.443).

26. Ibid., hlm. 436.

27. Ibid., hlm. 440.

28. Calvin menulis: “For all hear a sound, but they do not understand what is said” (Ibid., hlm.435).

29. Ibid., hlm. 441.

30. “Concerning Prayer, Together with an Explanation of the Lord’s Prayer” dalam John Calvin: Selections from His Writings, hlm. 316.

31. Yakni: “The principle we must always hold is, that in all prayer, public or private, the tongue without the mind must be displeasing to God” (Institutes III.20.33).

32. Ibid.

33. Ibid.

34. Ibid.

35. Seperti pernyataan Larry Christenson, “Moving from theological to practical consideration, however, this pattern in its entirely— including speaking in tongues— can prove extremely helpful. For many people it has been a key to a deeper walk with the Lord, more power for serving Him, and for being an effective witness” (Speaking in Tongues and Its Significance for the Church [London: Fountain Trust, 1968], hlm. 54). Roberts Liardon juga menyuarakan hal yang sama dengan mengatakan bahwa bahasa roh akan membuat orang percaya menjadi lebih kuat, lebih peka secara rohani, terbangun imannya, mulutnya disucikan, rohnya disegarkan, dan mendapatkan kuasa untuk menjadi saksi (Mengapa Iblis Tidak Ingin Kita Berdoa dalam Bahasa Roh? [Jakarta: Metanoia, 2000], hlm. 33-37).

36. Terdapat kelompok tertentu yang mengajarkan bahwa setiap orang yang ingin diselamatkan harus terlebih dahulu menerima baptisan Roh Kudus yang ditandai dengan kemampuan berbahasa roh. Ini berarti bahwa bahasa roh adalah prasyarat keselamatan seseorang. Kalau ini benar, berarti Calvin dan banyak tokoh iman lainnya tidak diselamatkan karena tidak berbahasa roh sewaktu menerima baptisan Roh Kudus.

37. Commentaries 18.107.

38. Ibid., hlm. 108.

39. Ibid., hlm. 109.

40. Dalam hal ini, Willard menulis, “Man does not live on bread alone. Those are, of course words from Jesus. And this is truly the way of the heart or spirit. If we want to live fully, we must live with him at that interior level. And he gives this life as a gift. The spiritual renovation, the spiritual which comes from Jesus is nothing less than an invasion of natural human reality by a supernatural life from God. We can live by nourishing ourselves constantly on his presence, here and now, beyond his death and ours” (Renovation of the Heart [Leicester: InterVarsity, 2002], hlm. 5).

41. Dalam hal ini, Stevens dan Green menulis: “Spirituality, as we are defining here, is our lived experience of God in the multiple contexts of life in which the seeking Father finds us. This experience of God enables us to discover the transcendent meaning of everyday life including our work, relationships, life in the church and world” (Living the Story: Biblical Spirituality for Everyday Christians [Grand Rapids: Eerdmans, 2003] x).

42. Ibid., hlm. x-xii.

43. Authentic Spirituality: Moving Beyond Mere Religion (Grand Rapids: Baker, 2001), hlm. 19.

44. Atau bahkan tidak sedikit orang menganggap itu sebagai manifestasi dari kuasa gelap atau fenomena psikologis dari orang yang jiwanya terganggu (lih. E. Glenn Hinson, “The Significance of Glossolalia in the History of Christianity”dalam Speaking in Tongues: A Guide to Research on Glossolalia [ed. Watson E. Mills; Grand Rapids: Eerdmans, 1986], hlm. 189-193).

45. George W. Dollar menulis bahwa “Actually, speaking in tongues played no part in the Reformation movement” (“Church History and the Tongues Movement,” Bibliotheca Sacra 120/480 [October, 1963] hlm. 318).

46. Penulis sengaja menambahkan tanda kutip pada istilah “kebangunan rohani” karena banyak Gereja secara keliru mengidentikkan kebangunan rohani sebagai pertumbuhan kuantitas pengunjung kebaktian, kesuksesan hidup anggota jemaat, dan manifestasi mujizat di antara orang percaya.



Sumber: VERITAS 10/1 (April 2009), hlm. 59-71



Profil Pdt. Timotius Fu: Pdt. Drs. Timotius Fu, M.Div., M.Th. adalah dosen Theologi Sistematika dan Praktika di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang. Beliau menyelesaikan studi Doktorandus (Drs.) di Universitas Negeri Tanjungpura, Pontianak; Master of Divinity (M.Div.) di Singapore Bible College, Singapore; dan Master of Theology (M.Th.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang.



Editor dan Pengoreksi: Denny Teguh Sutandio.



Artikel Lain:

- Dosa Dan Keterhilangan

- Hukum Taurat Dan Anugerah

- Problematika Asumsi Dunia

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis