25 Juli 2011

TUHAN TIDAK BERUBAH

Sumber : Elia Stories Care
oleh: Prof. James I. Packer, D.Phil.



Mereka mengatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah, pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Mereka katakan kepada kita bahwa kita akan menemukan dalam Alkitab mengenai pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya untuk hidup kita. Kita percaya pada mereka – tepat – karena yang mereka katakan adalah benar. Maka kita mengambil Alkitab kita dan mulai membacanya. Kita baca dengan mantap dan merenungkannya, karena kita tertarik – sungguh ingin mengenal Allah. Tetapi ketika kita baca, makin lama makin bingung. Meskipun terpesona, kita tidak dikenyangkan. Pembacaan Alkitab tidak menolong kita dan membuat kita bingung dan jika kebenaran diungkapkan, terasa sangat menekan. Kita heran sendiri mengapa sampai terjadi demikian.



Apa kesulitan kita? Yang mendasar adalah sebagai berikut. Pembacaan Alkitab membawa kita ke dalam dunia baru yaitu dunia Timur Dekat pada zaman ribuan tahun lalu, primitif dan barbar, dengan sistim agrikultural dan tidak mekanis. Dalam dunia seperti itulah kisah-kisah dalam Alkitab terjadi. Di dalamnya kita bertemu Abraham, Musa, Daud dan lainnya dan memerhatikan cara Allah berhubungan dengan mereka. Kita mendengar nabi-nabi mencela dengan terang-terangan akan penyembahan berhala dan melakukan penghakiman atas dosa. Kita melihat Orang dari Galilea melakukan mujizat, berdebat dengan orang Yahudi, mati bagi orang berdosa, bangkit dari kematian dan naik ke surga. Kita membaca surat-surat dari guru-guru Kristen yang ditujukan untuk melawan kesalahan-kesalahan menyolok yang sejauh kita ketahui sekarang tidak ada lagi. Semua itu sangat menarik tetapi nampaknya sangat jauh. Itu adalah bagian dari dunia dulu, bukan dunia sekarang. Kita merasa berada di luar dunia Alkitab, sebagai orang yang menjenguk ke dalamnya. Kita hanya penonton dan hanya itu. Pemikiran kita yang tak terkatakan adalah: Ya Allah melakukan segalanya, kemudian dan sangat mengagumkan bahwa orang-orang termasuk di dalamnya, tetapi bagaimana hal itu berhubungan dengan kita sekarang? Kita tidak hidup dalam dunia yang sama. Bagaimana catatan perkataan dan perbuatan Allah dalam zaman Alkitab, catatan hubungan Allah dengan Abraham, Musa, Daud dan sebagainya, menolong kita untuk hidup dalam zaman angkasa ini? Kita tidak dapat melihat bagaimana dua dunia ini digabungkan dan lagi-lagi kita menemukan bahwa kita merasa apa yang kita baca dalam Alkitab tidak mempunyai aplikasi bagi kita dan ketika sesering mereka gemetar dan takjub, perasaan tidak berada dengan mereka menekan kita.



Banyak pembaca Alkitab mengenal perasaan ini. Tidak semua tahu bagaimana menghadapinya. Beberapa orang Kristen pasrah, tetap memercayai catatan Alkitab, tapi tidak mencari atau mengharapkan bagi mereka sendiri suatu keintiman dan hubungan langsung dengan Allah sebagai yang diketahui oleh tokoh-tokoh Alkitab. Sikap sedemikian, terlalu biasa pada saat sekarang, merupakan efek dari pengakuan mengenai kegagalan untuk menembus masalah ini.



Tapi bagaimana perasaan terpencil dari pengalaman mengenai Allah yang alkitabiah dapat dikalahkan? Banyak hal dapat dikatakan. Tapi point yang penting adalah ini. Perasaan terpencil adalah ilusi yang lahir dari pencarian mata rantai antara situasi kita dengan beragam karakter Alkitab di tempat yang salah. Benar dalam pengertian ruang, waktu dan kebudayaan, mereka dan epos sejarah yang mereka miliki adalah sangat jauh dari kita.



Tetapi mata rantai antara mereka dan kita tidak ada pada level itu. Mata rantai itu adalah Allah sendiri. Karena Allah dengan siapa mereka harus berhubungan adalah Allah yang sama dengan Allah kita sekarang. Kita dapat mempertegas hal ini dengan mengatakan, pasti Allah yang sama; karena Allah tidak berubah dalam hal sekecil apapun. Terlihat dalam kebenaran yang di dalamnya kita harus tinggal, dengan tujuan untuk membuang perasaan bahwa ada lembah yang tidak terjembatani antara posisi orang-orang dalam zaman Alkitab dan zaman kita sekarang, yaitu kebenaran Allah yang tidak berubah.



Allah tidak berubah. Mari kita pikirkan.

1. Hidup Allah tidak berubah

Ia adalah dari kekekalan (Mazmur 93:2), “Raja Kekal” (Yeremia 10:10), “tidak rusak” (Roma 1:23), “tidak takluk kepada maut” (I Timotius 6:16). “Sebelum gunung-gunung dilahirkan dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah” (Mazmur 90:2). “Bumi dan langit, demikian kata pemazmur,“ akan binasa tetapi Engkau tetap ada dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka dan mereka berubah. “Akulah yang awal," kata Allah, “Aku juga terakhir.” (Yesaya 48:12). Ciptaan mempunyai awal dan akhir, tetapi tidak demikian Pencipta mereka. Jawaban untuk pertanyaan anak kecil, “Siapa yang menciptakan Allah?” adalah sederhana bahwa Allah tidak perlu dibuat karena Ia selalu di sana. Ia ada untuk selama-lamanya dan Ia selalu sama. Ia tidak bertumbuh lebih tua. Hidupnya tidak bertambah atau menyusut. Tidak bertambah kuasa baru, ataupun kehilangan yang pernah dimiliki-Nya. Ia tidak menjadi dewasa atau berkembang. Ia tidak menjadi lebih kuat, atau lebih lemah atau lebih bijaksana dengan bertambahnya waktu. Ia tidak dapat berubah untuk yang lebih baik, tulis A. W. Piner. Karena Ia telah sempurna; dan menjadi sempurna. Ia tidak dapat berubah menjadi kurang baik. Perbedaan utama dan mendasar antara Pencipta dan makhluk ciptaanNya adalah mereka dapat berubah dan natur mereka mengalami perubahan, sementara Allah tidak berubah dan tidak pernah dapat berhenti untuk menjadi Dia, seperti yang disebutkan dalam hymn:

Kita berbunga dan tumbuh seperti dedaunan di pohon kemudian layu dan binasa namun tidak ada yang merubah Engkau Itulah Allah sendiri – hidup yang tanpa akhir (Ibrani 7:16).



2. Karakter Allah tidak berubah

Tegang atau shock atau leukomoni dapat merubah karakter manusia tetapi tidak ada yang dapat merubah karakter Allah. Dalam kehidupan manusia, rasa, penampilan dan temperamen dapat berubah secara radikal: seorang yang baik dan tidak banyak berubah, dapat berubah menakutkan dan cepat marah, seorang dengan kehendak baik dapat menjadi sinis dan ..... Tetapi tidak pernah hal ini terjadi dengan Pencipta kita. Ia tidak pernah kurang kebenaran atau belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Karakter Allah adalah sekarang dan akan selalu tepat seperti dalam zaman Alkitab.

Terbentuk dari hubungan ini pernyataan dua nama Allah dalam kitab Keluaran. Penyataan nama Allah adalah jelas, lebih dari sekadar label; sebuah penyataan apakah Ia dalam hubungan dengan manusia. Dalam Keluaran 3 kita membaca bagaimana Allah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai “Aku adalah Aku” (ayat 14) – satu frase di mana Yahweh (Jehovah, TUHAN) di dalam bentuk yang dipersingkat (ayat 15). Nama ini bukan gambaran Allah tetapi sebagai deklarasi dari keberadaan-Nya dan kekekalanNya yang tidak berubah; mengingatkan umat manusia bahwa Ia mempunyai hidup dalam diri sendiri, dan bahwa apa Ia sekarang, Ia adalah kekal. Dalam Keluaran 34, kita membaca bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam sisi dari karakter kudus-Nya: penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya....” Proklamasi ini melengkapi Keluaran 3 dengan mengatakan kepada kita siapa Yahweh sesungguhnya dan bahwa Keluaran 3 melengkapi dengan mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah selama-lamanya sama seperti pada saat itu, 3000 tahun yang lalu, ketika Ia menyatakan kepada Musa siapakah Dia. Karakter moral Allah tidak berubah. Maka Yakobus, dalam bagian yang berhubungan dengan kebaikan dan kesucian Allah, kemurahan-Nya kepada manusia dan permusuhan kepada dosa, berbicara mengenai Allah yang pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.



3. Kebenaran Allah tidak berubah

Manusia kadang mengatakan hal-hal yang sebenarnya bukan yang mereka maksudkan, hanya karena mereka tidak tahu pikiran sendiri, juga karena pandangan mereka berubah, mereka sering menemukan bahwa mereka tidak dapat lebih lama berpijak pada hal-hal yang mereka lakukan pada masa lalu. Semua kita kadang harus menarik kembali kata-kata kita, karena mereka tidak lagi mengekspresikan apa yang kita pikirkan; kadang kita harus menelan kata-kata kita, karena fakta jelas menolaknya. Kata-kata manusia adalah hal-hal yang tidak bisa disandari. Tetapi tidak demikian dengan kata-kata Allah. Mereka teguh selama-lamanya, sebagai ekspresi sahih dan kekal dari pikiran Allah. Tidak ada situasi yang memaksa-Nya untuk menarik kembali kata-kataNya, tidak ada perubahan- perubahan dalam pemikiran-Nya sendiri yang menuntutNya untuk merubah mereka. Yesaya menuliskan, “... firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Hampir sama, pemazmur mengatakan, “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.” (Mazmur 119:89,152). Kata yang diterjemahkan kebenaran dalam ayat terakhir mempunyai ide kestabilan. Oleh sebab itu ketika kita membaca Alkitab, kita harus ingat bahwa Allah tetap teguh dalam janji, tuntutan, pernyataan- pernyataan tujuan dan kata-kata peringatan, semua diperuntukkan kepada orang percaya Perjanjian Baru. Tidak ada sisa dari zaman yang sudah berlalu, tetapi suatu pernyataan sahih yang kekal dari pikiran Allah kepada umat-Nya dalam segala generasi, sejauh dunia ini berjalan. Seperti Tuhan sendiri berkata kepada kita, “Kitab Suci tidak bisa dibatalkan.” (Yohanes 10:35). Tidak ada yang dapat mengakhiri kebenaran Allah yang kekal.



4. Jalan-jalan Allah tidak pernah berubah

Ia terus menerus bertindak terhadap manusia yang berdosa dalam cara yang Ia lakukan dalam kisah-kisah Alkitab. Tetap Ia menunjukkan kebebasan dan KetuhananNya dengan mengadakan diskriminasi di antara orang berdosa, antara mereka yang dapat mendengar Injil dan sebagian yang tidak mendengarkan; menggerakkan sebagian yang mendengar untuk bertobat sementara yang lain tinggal dalam ketidakpercayaan; kemudian mengajar orang-orang kudus-Nya bahwa Ia tidak berhutang belas kasihan kepada siapapun, semua adalah anugerah-Nya. Tidak ada yang melalui usaha mereka sendiri sehingga mereka dapat menemukan hidup. Ia tetap memberkati mereka yang Ia kasihi dengan cara yang merendahkan mereka agar segala kemuliaan hanya untuk-Nya. Tetap Ia membenci dosa umat-Nya dan menggunakan segala macam penderitaan dari dalam dan dari luar dan kesengsaraan untuk menghentikan hati mereka dari kompromi dan ketidaktaatan. Tetap Ia mencari persekutuan umat-Nya dan mengirim penderitaan dan sukacita dengan tujuan memisahkan kasih mereka dari hal-hal lain dan mengarahkan hanya kepada-Nya. Tetap Ia mengajar orang percaya untuk menghargai janji-janji yang diberikan-Nya dengan membuat mereka menantikan janji-janji itu dan memaksa mereka untuk berdoa tanpa henti untuk janji-janji tersebut sebelum Ia mencurahkannya. Maka kita membaca Ia berhubungan dengan umat-Nya dalam catatan Alkitab dan Ia tetap berhubungan dengan mereka. Tujuan dan prinsip-prinsip tindakanNya tetap konsisten; Ia tidak satu kalipun bertindak di luar karakterNya. Jalan manusia, kita tahu, adalah tidak konsisten, tetapi tidak demikian dengan jalan Tuhan.



5. Tujuan Allah tidak berubah

“Yang Kuat, Israel tidak akan berdusta atau menyesal” pernyataan Samuel, “karena Ia bukan manusia yang harus menyesal.” (1 Samuel 15:29). Bilangan 23:19, “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?” Menyesal berarti memeriksa kembali penilaian seseorang dan merubah rencana tindakan. Allah tidak pernah melakukan hal ini; Ia tidak perlu melakukan hal itu karena rencana-rencanaNya dibuat pada basis pengetahuan yang sempurna dan mengontrol segala hal masa lalu, sekarang dan yang akan datang, sehingga tidak akan ada keperluan mendadak atau perkembangan yang tidak diketahuiNya. Satu dari dua hal menyebabkan manusia merubah pikirannya dan mengulang rencananya, membutuhkan pandangan ke depan untuk mencegah segala sesuatu atau kurang pandangan ke depan untuk melaksanakannya. Tetapi Allah adalah Mahatahu dan Mahakuasa sehingga tidak perlu bagi-Nya untuk memperbaiki ketetapanNya (A. W. Pink). Mazmur 33:11, “Tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun temurun.” Apa yang Ia lakukan dalam waktu, Ia rencanakan dari kekekalan. Dan semua yang Ia rencanakan dalam kekekalan Ia bawa ke dalam waktu. Dan semua yang Ia miliki dalam kata-kata perjanjianNya Ia sendiri akan melakukan tanpa salah. Maka kita membaca mengenai ketidakberubahan dari kebijaksanaanNya yang membawa orang percaya kepada kepenuhan dalam menikmati warisan janji-janjiNya, ketidakberubahan sumpah yang Ia janjikan kepada Abraham, nenek moyang orang percaya, jaminan bagi Abraham dan milik kita juga. Ibrani 6:17, “Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta....” Maka demikian juga dengan pernyataan-pernyataan Allah lainnya. Mereka tidak berubah, tidak ada bagian dari rencana kekal-Nya yang berubah.

Memang ada sekelompok ayat Alkitab (Kejadian 6:6; 1 Samuel 15:11; 2 Samuel 24:16; Yunus 3:10; Yoel 2:13) yang berbicara mengenai Allah yang menyesal. Hubungan dalam tiap kasus adalah kebalikan dari tindakan Allah terdahulu kepada orang-orang khusus, konsekwen atas reaksi mereka terhadap perlakuan itu. Tetapi tidak ada sugesti bahwa reaksi ini tidak diketahui sebelumnya atau bahwa Allah dikejutkan dan tidak ada dalam rencana kekekalanNya. Tidak ada perubahan dalam tujuan kekal-Nya jelas dinyatakan ketika Ia mulai berhubungan dengan manusia dalam cara yang baru.



6. Anak Allah tidak berubah

Ibrani 13:8 dan sentuhanNya mengenai mempunyai kekuatan. Tetap benar bahwa Ia mampu untuk menyelamatkan mereka ke tempat tinggi yang datang kepada Allah melalui-Nya. Ibrani 7:25, “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Ia tidak pernah berubah. Fakta ini menjadi hiburan bagi umat Allah.

Sekarang di mana pengertian untuk jarak dan perbedaan antara orang percaya dalam zaman Alkitab dengan diri kita sendiri. Itu pengecualian. Atas dasar apa? Atas dasar bahwa Allah tidak berubah. Persekutuan dengan-Nya, memercayai firman-Nya, hidup dengan iman, berdiri atas dasar janji Tuhan, pada intinya adalah realita yang sama bagi kita sekarang seperti bagi mereka yang berada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemikiran ini memberikan penghiburan ketika kita menghadapi kekuatiran tiap-tiap hari; meskipun begitu banyak perubahan dan ketidakpastian hidup di zaman nuklir ini, Allah dan Kristus tetap sama – Mahakuasa untuk menyelamatkan. Tetapi konsep ini membawa kepada sebuah tantangan juga. Jika Allah kita sama seperti Allah dari orang percaya Perjanjian Baru, bagaimana kita dapat membenarkan diri sendiri dalam kepuasan dengan pengalaman persekutuan denganNya, dan dalam tingkatan pimpinan Kristen, akan mereka yang jatuh sedemikian jauhnya? Jika Allah tetap sama, ini bukan suatu masalah yang dapat kita hindari.





Sumber:

Nama Majalah: Momentum Edisi 7/Desember 1989

Judul Artikel: TUHAN Tidak Berubah

Penulis: J. I. Packer

Halaman: 28-31

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis