25 Juli 2011

JOHN G. PATON

Sumber : Elia stories Care
Sambungan Dari Bagian #3


AYAT ITU BERBICARA TENTANG HADIRAT YANG MEMAMPUKAN
Saat di Skotlandia, Paton menikah dengan Margaret Whitecross, dan mereka bersama-sama berlayar ke Laut Selatan. Mereka tiba di Aneityum pada bulan Agustus 1866, dan dia mendengar bahwa Abraham tua yang setia telah mendapatkan upahnya di surga. Abaraham pernah diberi dan dihadiahi sebuah jam mahal oleh teman misionarinya yang mengirimnya dari Australia. Ketika dia akan meninggal, dia berkata, "Berikan itu kepada Missi Paton dan beritahukannya bahwa saya harus pergi kepada Yesus, di sana waktu mati."

Tn. dan Ny. Paton mendirikan sebuah badan misi baru di Aniwa, pulau terdekat dengan Tanna, untuk memimpin orang-orang Aniwa kepada Kristus sambil menantikan hari ketika dia dapat kembali ke tempat yang merupakan harapan dan penderitaannya dulu. Mereka membangun sebuah rumah untuk mereka sendiri tinggali dan dua rumah untuk anak-anak yatim piatu. Kemudian sebuah gereja, rumah produksi dan beberapa bangunan didirikan. Mereka menyadari bahwa penduduk Aniwa sebenarnya sama bejatnya dengan penduduk Tanna. Ketahyulan yang sama, kekejaman dan kebejatan kanibal yang sama, mental barbar yang sama, kurang memikirkan kepentingan orang lain adalah buktinya. Barang-barang milik para misionari terkadang dicuri dan banyak usaha yang dilakukan untuk membunuh mereka. Semua jenis pengalaman, dari yang lucu sampai mengerikan, masuk ke dalam kehidupan mereka.

Pertama-tama Paton tinggal di pondok penduduk yang kecil. Saat dia sibuk dalam pembangunan sebuah rumah yang agak jauh sedikit, kapaknya terjatuh dan mengiris dalam pergelangan kakinya. Dia mendesak beberapa pribumi untuk mengantarkannya ke gubuknya. Ketika mereka meminta pembayaran, dia memberikan beberapa kail ikan, yang memang sangat dibutuhkan, dan memberikan beberapa kepada salah satu dari orang-orang itu. Orang ini mengantarkannya beberapa langkah, kemudian membaringkannya dan meninggalkannya. Orang kedua dibayar serupa dan setelah beberapa langkah membaringkannya sama seperti orang yang pertama; demikian pula orang ketiga dan seterusnya. Sementara itu, Paton menderita amat sangat dan mengalami perdarahan yang serius.

Setelah sembuh dan kembali membangun rumah, dia menyadari bahwa suatu hari dia membutuhkan beberapa alat yang ada di gubuk. Menuliskan sebuah catatan di atas kayu, kemudian ia menyerahkan kepada seseorang kepala suku, bernama Namakei, dan memintanya untuk memberikan catatan itu kepada Ny. Paton. "Tetapi apa yang kamu inginkan?" tanya kepala suku tua itu dengan heran.

"Kayu itu akan memberitahu dia," jawabnya.

Namakei berpikir bahwa hal tersebut adalah semacam gurauan, tetapi melakukan segala yang diminta. Kemudian dia sangat terkejut ketika Ny. Paton mengirim apa yang suaminya minta. Misionari itu mengambil keuntungan dari kejadian itu untuk menceritakan kepada dia tentang Alkitab, yang melaluinya dia dapat mendengar Allah "berbicara" kepadanya. Sebuah keinginan yang menggebu-gebu terbangunkan di dalam jiwa orang tua itu untuk melihat Firman Allah yang tercetak dalam bahasanya sendiri, dan membuat dia memberikan pertolongan yang besar dalam pernerjemahan, yang juga menginspirasikan dia untuk belajar membaca. Ketika bagian pertama dari Alkitab telah dicetak ia bertanya dengan sungguh-sungguh: "Missi, dapatkah Firman itu berbicara? Apakah itu berbicara dalam bahasa saya?"

"Ya, itu dapat."

"O Missi, buatlah itu berbicara kepada saya!"

Paton membacakannya beberapa ayat dan kepala suku itu berseru dengan girang, "Ayat itu berbicara! Ayat itu berbicara dengan kata-kata saya! Tolong berikan itu kepada saya!" Setelah mendekapnya, ia menyerahkannya kembali dengan kecewa dan berkata, "Missi, ia tidak berbicara kepada saya!"

Paton menjelaskan bahwa dia harus terlebih dahulu belajar untuk membaca, barulah ia membuat buku itu berbicara. Mengetahui bahwa penglihatan kepala suku itu sangat buruk, dia menemukan sepasang kacamata yang cocok dengannya dan Namakei menangis bahagia, "Saya telah mendapat kembali penglihatan yang saya miliki ketika saya masih muda. O Missi, buatlah buku itu berbicara kepada saya sekarang!

Dia diberi tiga huruf pertama dalam alphabet. Kemudian dia menghafal ketiga huruf itu dan berlari kepada misionari tersebut dan katanya: "Saya telah menghafal A, B, C. Sekarang itu sudah ada dalam otak saya. Berikan kepada saya tiga huruf lagi."

Namakei belajar dengan rajin.


Saat dia dapat membaca, dia berkata kepada masyarakat yang ada di sana: "Datang dan saya akan membiarkan kamu mendengar bagaimana Firman Allah berbicara dalam bahasa kita. Dengarkanlah perkataan yang indah ini, yang memberitahukan mengapa Missi datang untuk hidup di antara kita orang celaka dan tentang teman-Nya Yesus, yang selalu pergi berserta dengannya, untuk membuatnya kuat dalam segala usahanya."

Dia membaca dengan terbata-bata Firman itu: "Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa."

Seperti Nebudkadnezar mengobservasi Orang Keempat, yang seperti Anak Allah, dalam tungku perapian bersama Sadrakh, Mesakh dan Abednego, demikianlah orang-orang biadab yang ada di Hibrida Baru melihat bahwa misionari itu tidak sendirian dan tidak berdiri di atas kekuatannya sendiri.



AYAT ITU BERBICARA TENTANG HADIRAT YANG MENGUBAH
Melalui keputusasaan dan pencobaan yang bertubi-tubi, para misionari terus bekerja, tahu bahwa Dia yang bersama dengan mereka adalah Allah yang penuh kuasa dalam penyelamatan dan penuh kuasa untuk mengubah. Paton bersaksi: "Dalam dunia penyembah berhala, setiap orang yang sungguh bertobat otomatis menjadi seorang misionari. Hidup yang berubah, bersinar di tengah-tengah kegelapan, adalah sebuah kabar baik dalam huruf cetak besar yang dapat dibaca semua orang."

Namakei berubah menjadi sebuah bukti yang mengesankan akan "ciptaan baru di dalam Kristus," walaupun memerlukan cukup banyak waktu untuk berpindah dari masa memuji Yesus hingga akhirnya masuk ke dalam masa memiliki dan menjadikan-Nya Raja dalam kehidupannya. Berkaitan dengan kelangkaan akan air yang hebat di Aniwa dan banyaknya penyakit akibat meminum air kotor, Paton memutuskan untuk menggali sebuah sumur. Ketika ide itu diusulkan ke Namakei, kepala suku tua itu berpikir Missi telah kehilangan pikirannya. Tetapi pria putih itu bekerja keras selama berhari-hari, meskipun teriknya matahari tropis bersinar menyinari tubuhnya. Ketika sumur itu runtuh pada satu malam, ia menggalinya lagi dengan sepenuh tenaga. Namakei berusaha untuk membujuknya untuk berhenti dari usahanya yang gila dan bodoh, memberitahunya bahwa air hanya datang dari atas dan jika ia menemukan air ia akan jatuh menuju ke laut dan dimakan oleh hiu-hiu. Akhirnya pria putih itu keluar dari sumur Yehova dengan seember penuh air. Namakei dengan ragu mengambilnya dan merasakan airnya dan kemudian berseru: "Hujan! Ini adalah hujan!


Dunia menjadi terbalik semenjak Yehova datang ke Aniwa." Dengan hati-hati ia dan orang-orang lainnya mengintai ke dalam sumur untuk melihat "Hujan Yehova" memancar dari bawah.

"Apakah sumur ini hanya untuk anda dan keluargamu?" tanya mereka.

"Tidak, kalian semua boleh datang dan minum sebanyak yang kamu perlukan."

Dengan sangat gembira, orang-orang berlarian untuk menyebarkan berita itu. Tetapi Namakei berkata, "Missi, bolehkah saya menolongmu di pelayanan Sabat berikutnya? Saya mau berkhotbah tentang sumur." Missi itu langsung setuju.

Mendengar apa yang telah terjadi, sekumpulan massa besar berkumpul di dalam gereja Sabat berikutnya. Namakei menyampaikan sebuah pesan yang berkuasa dan mengesankan, penutupannya adalah sebagai berikut: "Teman-teman Aniwa, sesuatu di dalam hatiku memberitahuku bahwa Allah yang tidak kelihatan itu ada dan aku akan melihat Dia suatu hari ketika timbunan debu yang sekarang membutakan mata tuaku dihilangkan, persis seperti kita melihat air itu yang begitu lama tidak terlihat, ketika lumpur dan batu dihilangkan dalam proses pembuatan sumur. Mulai hari ini, rakyatku, saya harus menyembah Allah yang telah membukakan bagi kita sumur itu. Biarlah setiap orang yang berpikir seperti saya sekarang pergi dan membawa berhala Aniwa sehingga mereka dapat dihancurkan. Biarlah kita berdiri untuk Allah Yehova yang mengirim Putra-Nya Yesus untuk mati bagi kita dan membawa kita ke surga." Khotbah ini, bersamaan dengan contoh kegigihan kepala suku, membuat banyak orang berbalik dari berhala-berhala kepada Allah yang sejati.

Setelah banyak permintaan, Namakei mendapatkan izin untuk pergi ke Aneityum dengan Paton untuk menghadiri pertemuan tahunan para misionari. Dia sekarang sangat tua dan rapuh. Di pertemuan ia gembira mendengar bagaimana orang-orang dari berbagai macam pulau menerima Injil dan berbalik dari jalan penyembahan berhala. "Missi," katanya, "saya mengangkat kepala saya seperti sebuah pohon. Saya bertumbuh semakin tinggi dengan sukacita."

Setelah beberapa hari di Aneityum, kepala suku tua itu merasa sakit ketika dia sedang beristirahat di bawah bayangan pohon Banyan. "O Missi," dia berbisik, "Saya hampir mati! Beritahu rakyatku supaya terus menyenangkan Yesus. O Missi, biarkanlah aku mendengar kata-katamu di dalam doa. Missiku yang terkasih, aku akan bertemu dengan kamu di rumah Yesus."

Peristiwa itu adalah kematian yang penuh kemenangan dari seseorang yang dulunya kanibal, tetapi yang telah datang di bawah sentuhan yang mengubahkan dari Tuhan yang Hidup.

Orang kudus lainnya, yang diubahkan dari seorang yang tidak beradab dan brutal, adalah Naswai. Dia adalah seorang guru dari sebuah sekolah di desanya dan sangat bersemangat di dalam hal-hal yang berhubungan dengan Kristus. Dalam satu peristiwa, sekelompok orang datang dari Fotuna untuk melihat bagi diri mereka sendiri apa yang telah Injil lakukan di Aniwa. Naswai membuat penyampaian yang sangat kuat, ia berkata: "Orang-orang Fotuna, ketika kamu kembali, beritahu orang-orangmu bagaimana kami orang-orang Aniwa berubah. Sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah, kami bertengkar, membunuh, dan saling memakan. Kami tidak memiliki kedamaian, tidak ada sukacita, di dalam hati atau di rumah atau di negeri kami. Sekarang Yehova telah mengubah seluruh hati kami yang gelap dan kami sebagai saudara/i seiman, dalam kedamaian dan kebahagiaan."

Putri Namakei, Litsi, telah dilatih semenjak kanak-kanak oleh para misionari. Ia menjadi sebuah contoh yang mulia tentang wanita Kristen. Menjadi seorang putri dari kepala suku yang paling penting di pulau itu, ia disebut "Ratu Aniwa." Pada waktunya, ia menikahi seorang pria bernama Mungaw. Suatu malam, Mungaw ditembak oleh Nasi, kepala suku dari pulau Tanna. Beberapa waktu kemudian, Litsi pergi ke Tanna karena digerakkan oleh rasa dendam yang teramat sangat dan kudus. Dia pergi sebagai seorang misionari kepada orang-orang yang kepala sukunya telah membunuh suaminya. Orang-orang Kristen lain dari Aniwa bergabung dengannya, dan mereka menyebarkan Injil yang mulia ke negeri yang gelap itu. Demikianlah akhirnya, beberapa orang yang telah ditobatkan Paton di Aniwa memberitakan Kristus kepada orang-orang miskin dan hina di pulau berdarah di mana ia telah diasingkan bertahun-tahun sebelumnya.

Demikianlah sedang dijawab, doanya yang begitu sering ia panjatkan di tempat yang suci itu, dimana ia menguburkan istrinya dan bayinya yang berumur 3 bulan setelah mencapai Tanna. Ia berkata: "Kapanpun Tanna berbalik kepada Tuhan dan dimenangkan bagi Kristus, orang-orang akan menemukan kenangan dari tempat itu masih hijau. Disanalah saya mengklaim bagi Allah negeri tempat saya menguburkan keluargaku yang telah meninggal dalam iman dan pengharapan."

Iman apa? Pengharapan apa? Iman di dalam janji! Pengharapan di dalam Alkitab! "Lihatlah, Aku besertamu senantiasa." Diyakinkan oleh Hadirat yang manis dan menyertai itu, ia mengetahui bahwa perubahan-perubahan luar biasa akan terjadi – orang-orang biadab itu akan menjadi orang kudus, para pembunuh akan menjadi para misionari, orang egois menjadi pelayan, dan semua penghuni kekejaman dan kegelapan akan bersuara bersamaan dengan puji-pujian sang Penebus.



AYAT ITU BERBICARA TENTANG HADIRAT YANG MENCUKUPI DAN TAK PERNAH GAGAL
Adalah hari yang bersejarah ketika Paton mengunjungi kembali Tanna. Nowar yang tua, kepala suku yang bersahabat itu, sangat gembira melihatnya dan Mrs. Paton, dan meminta mereka untuk tinggal. Dia berjanji akan menyediakan makanan dan perlindungan. Namun sepertinya dia menyadari, bahwa apa yang dapat ia berikan sama sekali tidak cukup dan juga tidak diperlukan, karena para misionari memiliki sumber kuasa yang lebih besar daripada semua tipu muslihat manusia. Dia mengingat kejadian-kejadian yang tak terhitung banyaknya, ketika kebenaran ini sungguh nyata. "Kemudian," Paton bercerita, "dia memimpin kami ke cabang pohon chestnut dimana saya berlindung saat malam yang sepi ketika semua harapan sudah tidak ada lagi, dan ia berkata kepada Mrs. Paton dengan tulus, `Allah yang melindungi Missi dalam pohon ini akan selalu menyertaimu!'" Bahkan mata para biadab dapat melihat bahwa misionari tersebut memiliki Hadirat Allah Mahakuasa yang tak pernah gagal.

Pada umurnya yang ke-83, John G. Paton meninggal di Australia pada tanggal 28 Januari 1907. Tubuhnya dibaringkan di Boroondara Cemetery dan di nisan kuburnya tertulis ayat yang mengubah seluruh hidupnya.

Mengenai ayat ini, anaknya, F.H. Paton menuliskan: "Dalam percakapan pribadi maupun ceramah umum, ayahku selalu saja mengutip kata-kata ini, `Lihatlah, Aku menyertaimu senantiasa' sebagai inspirasi akan ketenangan dan keyakinannya pada masa genting, dan pengharapannya saat menghadapi situasi yang mustahil. Betapa hal ini disadari oleh keluarganya, sehingga kami memutuskan untuk menuliskan ayat ini pada batu nisannya yang di Boroondara Cemetery. Bagi kami semua, ayat ini sepertinya menyimpulkan semua elemen inti dalam imannya dan sumber keberanian dan ketabahannya."

Ayat yang terdapat pada bibirnya!

Ayat yang terdapat dalam hatinya!

Ayat yang terdapat di atas batu nisannya!

Inspirasi dari keyakinannya!

Elemen inti dalam imannya!

Sumber keberanian dan ketabahannya!

"Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman!"

"Sampai kepada akhir zaman."

Kalimat terakhir pada volume kedua buku Autobiografi misionari hebat ini berbunyi: "Marilah kita bersekutu bersama lagi, dalam Hadirat dan kemuliaan Sang Penebus." Hadirat Allah yang mencukupi dan tak pernah gagal ada bersama dengan John G. Paton "sampai kepada akhir" perjalanan hidupnya dan sampai kehidupan yang tak terlukiskan di surga. Ia tidak memasuki tempat itu sebagai orang asing. Ia hanya memperbaharui persekutuan yang telah dia miliki dan yang mempermuliakan hari-hari hidupnya dibumi ini. Ia telah masuk ke dalam "hadirat dan kemuliaan sang Penebus," di mana kesenangan berlanjut selamanya.

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah!

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis