11 Desember 2009

KISAH O LITTLE TOWN OF BETHLEHEM

Sumber : Elia Stories
O little town of Bethlehem, how still we see thee lie!
Above thy deep and dreamless sleep the silent stars go by.
Yet in thy dark streets shineth the everlasting Light;
The hopes and fears of all the years are met in thee tonight.

For Christ is born of Mary, and gathered all above,
While mortals sleep, the angels keep their watch of wondering love.
O morning stars together, proclaim the holy birth,
And praises sing to God the King, and peace to men on earth!

How silently, how silently, the wondrous Gift is given;
So God imparts to human hearts the blessings of His heaven.
No ear may hear His coming, but in this world of sin,
Where meek souls will receive Him still, the dear Christ enter s in.

Where children pure and happy pray to the blessèd Child,
Where misery cries out to Thee, Son of the mother mild;
Where charity stands watching and faith holds wide the door,
The dark night wakes, the glory breaks, and Christmas comes once more.

O holy Child of Bethlehem, descend to us, we pray;
Cast out our sin, and enter in, be born in us today.
We hear the Christmas angels the great glad tidings tell;
O come to us, abide with us, our Lord Emmanuel!

Mengenai pengarang lirik :
Jika anda ke Universitas yang paling terkemuka didunia , yaitu universitas Harvard , anda akan menjumpai nama-nama tokoh penting . Disitu anda bisa menjumpai patung dari seorang pendeta yang dijuluki " pengkhotnah terbesar abad 19 " (Catatan : waktu itu DL Moody belum berkhotbah .)

Tokoh ini adalah Phillips Brooks (1835-93). Ia lahir dan meninggal di Boston, MA. Ia memasuki sekolah bahasa latin. di Harvard, dan karena brilian, ia dibuat patung di Harvard. Ia terus melanjutkan studinya di Protestant Episcopal Theological Seminary in Virginia Setelah lulus, ia menjadi pendeta Epicostal pada tahun 1860 di Philadelphia dan menjadi rektor dari Church of Advent in 1859 dan Holy Trinity Church in 1862. Pada 1869 ia dipanggil Boston sebagai of Trinity Church dan in 1891 ia menjadi bishop terpilih Protestant Episcopal church in Massachusetts. Karena ia Jenius dalam berpikir teologianya agak liberal .

Ia juga mengarang: The Candle of the Lord (1881), Sermons Preached in English Churches (1883), The Light of the World (1890), and The Law of Growth (1902). Pada tahun 1872 ia menolong untuk mendesain bangunan gereja Trinity yang sekarang berdiri di Boston's Back Bay (sebuah pantai Boston yang indah ). Sebelum anda kepantai anda akan melihat bangunan gereja tua. Gereja kecil warna hijau dekat pantai timur itulah Gereja yang dimaksud.

Bagaimana lagu ini digubah :
Sebelum ia menggubah lagu ini, ia berkunjung ke Israel selama 3 tahun. Pada waktu itu negara Israel belum ada dan masih dalam mandat Inggris. Bangunan dikota Bethlehem juga masih kuna dan belum semodern saat ini. Tapi satu hal yang pasti: gereja yang didirikan oleh kaum orthodox telah ada. Ia sangat terpesona dan banyak merenung berpikir. Katanya : "Jiwaku tetap bernyanyi, menerungkan betapa Tuhan mau menderita dan harus lahir disebuah kandang yang menyerupai goa, karena penginapan penuh. Betapa Tuhan yang Maha Kuasa mau menebus dosa kita karena kasih Nya yang ajaib. Padahal kalau Tuhan mau, ia bisa memilih mau jadi apa saja "

Mengenai musik :
Musik ini disebut St Louis, digubah oleh seorang organis hebat pada waktu natal. Namanya Redner dan sudah bekerja sebagai organis gereja Triniti selama 4 tahun.

Sekedar mengenai Bethlehem :
Dalam alkitab kota kelahiran Yesus yang saat ini penduduknya berjumlah kurang lebih 25.000 orang adalah tempat lahir dari Daud (Raja dari Yudea dan Israel ) dan Yesus Kristus . Aslinya disebut Aphrath = Bethlehem-Judah membedakan dari Bethlehem lain (lihat Joshua 19:15-16 )

Bethlehem disebut dalam Perjanjian lama pertama kali sebagai tempat dimana. Rachel, istri Yakob dikubur (lihat Kejadian 35 : 19 ). Sesuai kitab Ruth, kemudian menjadi rumah dari leluhur raja Daud dan raja Daud sendiri (1 Samuel 17:12). Mica 2: 5 mengatakan akan lahir Kristus di Bethlehem. Tempat Bethlehem akan dikenang terus oleh orang Kristen sebagai tempat kudus, karena telah lahir BAYI KUDUS : YESUS KRISTUS, Tuhan kita dalam kasih Nya kepada kita. Kita yang bobrok dibenarkan oleh iman, karena anugerahNya.

Disana ada Gereja tertua didunia yang dibangun oleh Konstantine Agung pada tahun 330. Gereja ini di renovasi oleh kaisar Roma Justinian I pada abad 6 , walau bangunan asli Gereja masih ada. Kota Bethelehem disebut juga Bayt Lahm . Pada sensus 1997 penduduknya 21.947. Selain injil Markus , pengarang injil lain menulis Bethlehem sebagai tempat kelahiran Kristus.

Karena itu mari kita nyanyikan lagu itu dengan mengenang kota Bethlehem, kota kudus tempat kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus.
Bethlehem kota kecil adalah tempat yang dipilih Yesus dalam karya Penyelamatan manusia oleh Tuhan.

Bunga Cantik Dalam Pot yang Retak/Beautiful flowers in the Rift Pot

Sumber :Come and Follow Jesus
Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal dilantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.

Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya. “Lho, dia ini juga hampir Cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun,” pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh…!

Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.” Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.

“Aku rasa mungkin karena wajahku .. Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi…”

Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku: “Oh aku bisa tidur di kursi goyang diluar sini, di veranda samping ini. Toh bis ku esok pagi juga sudah berangkat.”Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda.

Aku masuk kedalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku mengundang pria tua itu, kalau ia mau ikut makan. “Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Selesai dengan mencuci piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ke tubuhnya yang kecil ini.

Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat! Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.

Saatnya tidur, kami bukakan ranjang lipat kain berkemah untuknya dikamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di veranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal disini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak di kursi.”Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu.”

Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat. Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama beberapa tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya. Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman dia menjadi makin bernilai…

Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang. “Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduh, celaka.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!” Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya,mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.

Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan [timum] yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula. Dalam hati aku berkata,”Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam didalam bejana terindah yang kumiliki.”

Tapi temanku merubah cara pikirku. “Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu,” ia coba terangkan, “dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya ditaman.”

Ia pastilah terheran-heran sendiri melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu disurga. “Hah, yang ini luar biasa bagusnya,” mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu.” Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu didalam badan kecil ini.” Semua ini sudah lama terjadi, dulu dan kini, didalam taman Allah, betapa tinggi mestinya berdirinya jiwa manis baik ini.

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7b)

Sahabat adalah istimewa sekali. Mereka membuatmu tersenyum dan mendorongmu jadi sukses. Mereka meminjamimu sebuah kuping dan berbagi suatu kata pujian. Tunjukkan kepada sahabat-sahabatmu betapa kamu mempedulikannya.. Buatlah seseorang tersenyum hari ini.

“Your failure is not a reason for GOD to stop loving you”
--------------------
English Version

Our house was directly opposite the entrance of John Hopkins Hospital in Baltimore. We stayed bottom floor and rent the rooms upstairs in the patients to the clinic.

One summer evening, when I was preparing dinner, someone knocked on the door. When I opened, which I looked was a man with a face that was apparently bad. "Why, he is also almost just as tall as my 8-year-old," I thought as I watched the body bent and had all these wrinkles. But his face was terrible, so the next big side effect swollen, red and like raw meat., Hiiiihh ...!

But his voice was so gentle fun when he said, "Good night. I was here to see if you have a room for one night only. I came to treatment and arrived from the East coast, and there was no bus again until tomorrow morning. "He said it was trying to find a room since noon without success, no one seems to have a room.

"I think maybe because of my face .. I know it looks terrible, but my doctor says with a few more treatments ... "

For a moment I begin to doubt, but then the next words reassuring and reassured: "Oh, I can sleep in a rocking chair outside of here, on this side veranda. After all, my bus tomorrow morning to have gone. "I told him that we would find the bed for him, to rest on the porch.

I went into the finishing dinner. Once completed, I invited the old man, if he wanted to come eat. "Well, thank you, but I've got quite a lot of food." And he showed me a brown paper bag. Done with the dishes, I was out talking to him a few minutes. Did not take long to see that this old man has a heart too big for her body stuffed into this small.

He told me he caught fish to support her daughter, her five children, and his wife, who had helplessly forever paralyzed by injuries in the spinal cord. He told me it was not to gripe and complain; even real, every sentence is always preceded with thanksgiving to God for a blessing! He was grateful that there is no pain that accompanies the illness, which apparently is a kind of skin cancer. He thanked God that gave him the strength to go forward and survive.

Time for bed, we open the fabric folding camp bed for him dikamar children. The next morning when I woke up, sheets and blankets are neatly folded and the old man was in the veranda. He refused breakfast, but just before he left to take a bus, he paused, as if asking a great favor, he said, "Excuse me, can I come and stay here again next time when I had to go back treatment? I was not going to bother you one bit. Kok I can sleep well in the chair. "He paused and then added," Your children made me feel at home as at home. Adults seemed bothered by my face look bad, but kids do not seem bothered. "

I say please come back any time. When he came back, he arrived in the morning a little after seven o'clock. As a gift, he brought a large fish and a quart of the largest oyster shells I've ever seen. He said, the morning before he left, he skinned it to stay nice and fresh. I know the bus leaves at 4:00 in the morning, what time whether he had to get up to do all this for us. For several years he came and stayed with us, though he never came without bringing us fish or oysters or shellfish vegetables from her garden. Several times we received the shipment in the mail, always by special delivery, fish and oysters wrapped in a box full of spinach leaves or some kind of cabbage, washed clean every strand. Knowing that he had to walk about 5 km to deliver all that, and realized how little income, posts he became more valuable ...

When I received a gift that, often I thought of our neighbors commented on the day he came home when she first arrived. "Ehhh, you thank him overnight, yes, those wonderful disgusting ugly face that? Last night he refused. Oops, damn .., we're going to lose customers if you accept a man like so! "Oh yes, indeed we may lose one or two guests. But if they had known him, perhaps their illnesses would be so much easier to bear. I know our family will always be grateful, and could have known him; from him we learned what it means to accept the bad without complaint, and the good with gratitude to God.

Recently I visited a friend who has a greenhouse. When he showed the plant flowers, we arrived at a chrysanthemum [timum] the most beautiful of all, full of lush flowers covered with golden yellow. But I was amazed, seeing it embedded in an old bucket, a rusty dented too. In my heart I said, "If these plants, will certainly have the most beautiful plant in the pot I have."

But my friend change the way I thought. "Ahh, I'm short the pot at the time," he tried to explain, "and knew it would be lovely, I think does not matter as I use this junk bucket. It's just for a little while, until I planted the garden. "

He must have surprised myself to see I was laughing so excited, but I imagine events and scenarios like that in heaven. "Huh, it's wonderful that good," maybe that's the word of God when He came to the soul of an old fisherman's nice. "He certainly would not mind starting first in this little body." All this happened a long time, then and now, in garden of God, how high should have a good foundation of this sweet soul.

"Not that views human beings who see God; man sees what the eye before, but God sees the heart." (1 Samuel 16:7 b)

Is a very special friend. They make you smile and encourage you to be successful. They lend an ear and share a word of praise. Show your friends how much you care about .. Make someone smile today.

"Your failure is not a reason for GOD to stop loving you"
--------------------

Racun Penyembuh

Sumber : Come and Follow Jesus
Seorang gadis bernama Lili menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua.Dalam waktu singkat,Lili menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal.Kepribadian mereka berbeda,dan Lili sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertuanya.Lili juga dikritik terus-menerus.

Hari demi hari,minggu demi minggu,Lili dan ibu mertua tidak berhenti konflik dan bertengkar.Keadaan bertambah buruk,karena berdasarkan tradisi Cina,Lili harus memenuhi setiap permintaan sang mertua.Semua keributan dan pertengkaran dirumah itu mengakibatkan suaminya yang miskin itu sangat stress.Akhirnya,Lili tidak tahan lagi dengan tempramen buruk dan didominasi oleh ibu mertuanya,dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Lili pergi untuk menemui teman baik Ayahnya,Mr.Huang,yang menjual jamu.Lili menceritakan semua yang dialaminya dan meminta Mr.Huang mungkin dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannyahttp://www.facebook.com/l/1760e;selesai.Mr.Huang berfikir sejenak dan tersenyum,Lalu berkata

"Lili,saya akan menolong,tetapi engkau harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta"

Lili menjawab

"Baik,saya akan melakukan apa saja yang Tuan minta"

Mr.Huang masuk kedalam ruangan dan beberapa menit kemudian kembali dengan sekantong jamu.Dia memberitahu Lili

"Engkau tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat ini untuk menyingkirkan Ibu mertuamu,Karena nanti orang-orang akan curiga.Karena itu saya memberi sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu.Setiap hari masaklah daging babi atau ayam kesukaannya kemudian campurkanlah sedikit jamu ini.Nah,agar tidak ada orang yang mencurigaimu waktu ia meninggal,engkau harus berhati-hati dan bersikap sangat baik dan bersahabat.Jangan berdebat dengannya,taati dia,dan perlakukan dia seperti seorang Ratu".Lili sangat senang.Dia kembali kerumah dan memulai rencana pembunuhanibu mertuanya.

Minggu demi minggu berlalu,bahkan bulan demi bulan.Setiap hari Lili melayani Ibu mertua dengan masakan yang dibuat sacara khusus.Lili ingat apa yang dikatakan Mr.Huang tentang menghindari kecurigaan,ia mengendalikan emosinya,menaati Ibu mertua,memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah enam bulan,seluruh suasana rumah berubah.Lili telah belajar mengendalikan emosinya begitu rupa sehingga ia hampir tidak pernah meledakkan amarah atau kekecewaannya.Dia tidak pernah berdebat sekalipun dengan ibu mertuanya,yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.

Sikap ibu mertua kepada Lili berubah.Dia mulai menyayangi Lili seperti anaknya sendiri.Dia terus memberitahu teman-teman kenlannya bahwa Lili adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya.Lili dan ibu mertuanya sekarang berlaku seperti Ibu dan anak,suami Lili sangat senang melihat apa yang telah terjadi.

Suatu hari Lili datang menemui Mr.Huang dan minta pertolongan lagi.Dia berkata

"Mr.Huang tolonglah saya untuk mencegah racun itu untuk membunuh ibu mertua saya.Dia telah menjadi ibu mertua yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri.saya tidak ingin ia mati karena racun yang saya berikan ".Mr.Huang tersenyum dan mengangkat kepalany.ia berkata,
"Lili tidak usah khawatir,saya tidak pernah memberimu racun.jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya.satu-satunya racun yang penah ada adalah dalam fikiran dan sikapmu terhadapnya,tetapi semua telah lenyap oleh kasih yang engkau berikan kepadanya."

Saudara. . . Pernahkah engkau menyadari bahwa sebagaimana engkau memperlakukan orang,demikian juga mereka akan memperlakukan kita?Pepatah cina juga mengatakan :Orang mengasihi orang lain akan dikasihi juga oleh orang lain

Jadi fikirkanlah apa yang akan Kita perbuat untuk orang lain karena semua yang kita kerjakan adalah cermin dimana kita akan mendapatkannya juga.

Sekian semua

Tuhan Yesus Memberkati kita semua. . .
--------------------

HADIAH NATAL UNTUK ALMA

Sumber : Elia Stories
Berikut ini adalah kisah nyata yang ditulis oleh Mariane Holbrook dengan judul asli "LITTLE ALMA'S CHRISTMAS PRESENT".
Kisah nyata ini saya ambil dari www.christian-article-bank.com.
Semoga ada manfaatnya saat kita menyambut dan merayakan Natal tahun ini.

Hadiah Natal Untuk Alma
Oleh Mariane Holbrook

Saat itu adalah malam menjelang natal di tahun 1970 dan seorang anak perempuan kecil berdoa untuk sebuah boneka. Dia tak pernah memiliki boneka selama ini.

Alma memandang ke sekeliling rumahnya, rumah pertanian yang sederhana. Tidak ada pohon natal di sudut rumah. Tak ada lilin yang menyala di jendela. Tidak ada tumpukan kado Natal di atas meja. Tapi, rumah itu terlihat bersih dan hangat dan Alma merasa bahagia dan bersyukur.

Alma mencintai rumahnya dan dia juga mencintai gereja kecil bercat putih yang ada di desanya. Di gereja itu, dia mendengar kisah tentang Bayi Jesus yang juga miskin, yang bahkan tidak memiliki sebuah kasur untuk tidur, dan yang lahir di atas tumpukan jerami di sebuah gudang ternak. Dia mendengarkan cerita tentang kelahiran-Nya berulang-ulang dengan rasa kagum dan hormat.

Malam ini Alma merasa sangat bahagia. Program Natal Tahunan di gerejanya mengundang hampir seluruh keluarga yang tinggal di sebuah sisi bukit kecil, desa Pennsylvania itu untuk bernatalan di gereja. Alma, bersama ibu dan adik-adiknya, berjalan menuruni jalanan desa yang panjang, melalui salju tebal yang telah disesaki oleh kereta gerobak dan salju yang ditarik oleh kuda. Suasana Norman Rockwell tergambar saat itu, saat-saat Amerika permulaan, cuaca yang dingin, malam di musim dingin yang mempercepat langkah-langkah kaki manusia, namun menyegarkan jiwa.

Setelah duduk di dalam gereja, Alma memandang ke sekelilingnya. Murid-murid sekolah minggu telah menghias pohon natal yang berdiri di depan altar di dekat piano. Lilin-lilin di pohon natal itu memberikan sebuah cahaya lembut ke bagian atas gereja. Kemudian pendeta membaca kisah tentang kelahiran Jesus, kemudian mengundang setiap orang menyanyikan kidung puji-pujian setelah lagu-lagu Natal. Seorang pembantu gereja (penatua) memberikan kepada masing-masing anak kecil sejumlah cokelat dan permen yang dibungkus dalam sebuah kertas serbet dan diikat dengan pita merah.

Di bawah pohon Natal, terdapat tumpukan kado Natal yang tinggi. Saat itu merupakan kebiasaan bagi para keluarga untuk membawa hadiah mereka – yang akan diberikan kepada anggota keluarga yang lain dan teman – ke gereja dan hadiah itu akan dibuka di depan semua jemaat yang hadir. Tidak pernah lepas dari perhatian Alma, bahwa seperti biasanya, ibunya tidak membawa hadiah apa pun dan Alma pun tidak berharap apa-apa. Ayahnya jarang pulang ke rumah. Hal ini karena ayahnya adalah seorang penebang kayu dan seorang pengumpul ginseng. Ketika ayahnya pulang, uang yang tersedia sangat sedikit.

Akhirnya, pendeta berjalan menuju pohon Natal, mengambil kado pertama dan berkata,"Kado ini untuk Blanche dari kedua orang tuanya". Semua orang bertepuk tangan ketika Blanche dengan gembira berjalan ke depan untuk menerima hadiah. Hadiah itu berupa switer indah berwarna putih yang dijahit dengan tangan.

Pendeta mengambil kado demi kado, memanggil hampir setiap orang yang ada di gereja. Semua anak laki-laki mendapatkan kereta api mainan yang terbuat dari ukiran kayu dari ayah mereka; kereta salju mainan baru diangkat tinggi-tinggi oleh pendeta supaya dilihat oleh semua jemaat;berbotol-botol parfum dengan merek "April in Paris" dipersembahkan oleh para anak perempuan kepada ibu mereka. Sebuah gangsing dengan warna merah menyala berputar mengitari lantai kayu gereja. Semua memandang dengan gembira. Alma pun ikut tertawa dan bertepuk tangan. Dan dia menunggu dan menunggu kado dari pendeta.

Akhirnya, pendeta pun mengambil kado terakhir. Alma menahan napas. Kado ini pasti untuknya;boneka yang seringkali ia doakan. "Christine," pendeta memanggil sebuah nama,"kado ini untukmu". Christine membuka kotak yang panjang dan sempit itu dan dengan hati-hati mengeluarkan sebuah boneka porselin besar dengan rambut blonde, mengenakan gaun panjang merah muda dan topi yang sesuai. Christine memeluk boneka itu dengan erat, dan berlari ke arah ayah-ibunya untuk berterima kasih atas hadiah mewah itu.

Alma berdiri dengan tenang ketika lagu puji-pujian terakhir dinyanyikan dan setiap anak dengan satu lengan penuh berjuang membawa kado-kado itu ke kereta mereka. Akhirnya, Alma mengikuti keluarganya keluar dari gereja dan memulai perjalanan panjang ke rumah.

Dengan cepat, dia berjalan ke arah sebuah tonggak kayu dimana kuda biasa ditambatkan, dan tanpa sengaja menabrakkan keningnya hingga
terjatuh ke belakang ke arah gumpalan salju. Dengan rasa bingung, ia kembali berdiri dan berjalan sempoyongan untuk bergabung dengan keluarganya yang sama sekali tidak melihatnya jatuh. Sebuah benjolan seperti telur dengan cepat membesar di keningnya, sebuah benjolan tulang yang tetap terlihat jelas sepanjang hidupnya. Namun, Alma terlihat seperti menganggapnya layaknya sebuah lencana kehormatan dan dengan tertawa menyebutnya sebagai kado Natal di tahun 1907. Alma tidak menganggap kecelakaan itu sebagai kenangan pahit, tapi sebagai sebuah kemenangan. Alma, seorang penganut Kristiani yang bahagia sepanjang hidupnya hingga meninggal di usia yang ke 96.

Catatan :
Alma adalah ibu dari Mariane Holbrook, seorang pensiunan guru, pengarang dua buku, seorang musisi dan seniman.
Dia tinggal bersama suaminya di Pantai Carolina Utara.

HADIAH NATAL UNTUK ALMA

Sumber : Elia Stories
Berikut ini adalah kisah nyata yang ditulis oleh Mariane Holbrook dengan judul asli "LITTLE ALMA'S CHRISTMAS PRESENT".
Kisah nyata ini saya ambil dari www.christian-article-bank.com.
Semoga ada manfaatnya saat kita menyambut dan merayakan Natal tahun ini.

Hadiah Natal Untuk Alma
Oleh Mariane Holbrook

Saat itu adalah malam menjelang natal di tahun 1970 dan seorang anak perempuan kecil berdoa untuk sebuah boneka. Dia tak pernah memiliki boneka selama ini.

Alma memandang ke sekeliling rumahnya, rumah pertanian yang sederhana. Tidak ada pohon natal di sudut rumah. Tak ada lilin yang menyala di jendela. Tidak ada tumpukan kado Natal di atas meja. Tapi, rumah itu terlihat bersih dan hangat dan Alma merasa bahagia dan bersyukur.

Alma mencintai rumahnya dan dia juga mencintai gereja kecil bercat putih yang ada di desanya. Di gereja itu, dia mendengar kisah tentang Bayi Jesus yang juga miskin, yang bahkan tidak memiliki sebuah kasur untuk tidur, dan yang lahir di atas tumpukan jerami di sebuah gudang ternak. Dia mendengarkan cerita tentang kelahiran-Nya berulang-ulang dengan rasa kagum dan hormat.

Malam ini Alma merasa sangat bahagia. Program Natal Tahunan di gerejanya mengundang hampir seluruh keluarga yang tinggal di sebuah sisi bukit kecil, desa Pennsylvania itu untuk bernatalan di gereja. Alma, bersama ibu dan adik-adiknya, berjalan menuruni jalanan desa yang panjang, melalui salju tebal yang telah disesaki oleh kereta gerobak dan salju yang ditarik oleh kuda. Suasana Norman Rockwell tergambar saat itu, saat-saat Amerika permulaan, cuaca yang dingin, malam di musim dingin yang mempercepat langkah-langkah kaki manusia, namun menyegarkan jiwa.

Setelah duduk di dalam gereja, Alma memandang ke sekelilingnya. Murid-murid sekolah minggu telah menghias pohon natal yang berdiri di depan altar di dekat piano. Lilin-lilin di pohon natal itu memberikan sebuah cahaya lembut ke bagian atas gereja. Kemudian pendeta membaca kisah tentang kelahiran Jesus, kemudian mengundang setiap orang menyanyikan kidung puji-pujian setelah lagu-lagu Natal. Seorang pembantu gereja (penatua) memberikan kepada masing-masing anak kecil sejumlah cokelat dan permen yang dibungkus dalam sebuah kertas serbet dan diikat dengan pita merah.

Di bawah pohon Natal, terdapat tumpukan kado Natal yang tinggi. Saat itu merupakan kebiasaan bagi para keluarga untuk membawa hadiah mereka – yang akan diberikan kepada anggota keluarga yang lain dan teman – ke gereja dan hadiah itu akan dibuka di depan semua jemaat yang hadir. Tidak pernah lepas dari perhatian Alma, bahwa seperti biasanya, ibunya tidak membawa hadiah apa pun dan Alma pun tidak berharap apa-apa. Ayahnya jarang pulang ke rumah. Hal ini karena ayahnya adalah seorang penebang kayu dan seorang pengumpul ginseng. Ketika ayahnya pulang, uang yang tersedia sangat sedikit.

Akhirnya, pendeta berjalan menuju pohon Natal, mengambil kado pertama dan berkata,"Kado ini untuk Blanche dari kedua orang tuanya". Semua orang bertepuk tangan ketika Blanche dengan gembira berjalan ke depan untuk menerima hadiah. Hadiah itu berupa switer indah berwarna putih yang dijahit dengan tangan.

Pendeta mengambil kado demi kado, memanggil hampir setiap orang yang ada di gereja. Semua anak laki-laki mendapatkan kereta api mainan yang terbuat dari ukiran kayu dari ayah mereka; kereta salju mainan baru diangkat tinggi-tinggi oleh pendeta supaya dilihat oleh semua jemaat;berbotol-botol parfum dengan merek "April in Paris" dipersembahkan oleh para anak perempuan kepada ibu mereka. Sebuah gangsing dengan warna merah menyala berputar mengitari lantai kayu gereja. Semua memandang dengan gembira. Alma pun ikut tertawa dan bertepuk tangan. Dan dia menunggu dan menunggu kado dari pendeta.

Akhirnya, pendeta pun mengambil kado terakhir. Alma menahan napas. Kado ini pasti untuknya;boneka yang seringkali ia doakan. "Christine," pendeta memanggil sebuah nama,"kado ini untukmu". Christine membuka kotak yang panjang dan sempit itu dan dengan hati-hati mengeluarkan sebuah boneka porselin besar dengan rambut blonde, mengenakan gaun panjang merah muda dan topi yang sesuai. Christine memeluk boneka itu dengan erat, dan berlari ke arah ayah-ibunya untuk berterima kasih atas hadiah mewah itu.

Alma berdiri dengan tenang ketika lagu puji-pujian terakhir dinyanyikan dan setiap anak dengan satu lengan penuh berjuang membawa kado-kado itu ke kereta mereka. Akhirnya, Alma mengikuti keluarganya keluar dari gereja dan memulai perjalanan panjang ke rumah.

Dengan cepat, dia berjalan ke arah sebuah tonggak kayu dimana kuda biasa ditambatkan, dan tanpa sengaja menabrakkan keningnya hingga
terjatuh ke belakang ke arah gumpalan salju. Dengan rasa bingung, ia kembali berdiri dan berjalan sempoyongan untuk bergabung dengan keluarganya yang sama sekali tidak melihatnya jatuh. Sebuah benjolan seperti telur dengan cepat membesar di keningnya, sebuah benjolan tulang yang tetap terlihat jelas sepanjang hidupnya. Namun, Alma terlihat seperti menganggapnya layaknya sebuah lencana kehormatan dan dengan tertawa menyebutnya sebagai kado Natal di tahun 1907. Alma tidak menganggap kecelakaan itu sebagai kenangan pahit, tapi sebagai sebuah kemenangan. Alma, seorang penganut Kristiani yang bahagia sepanjang hidupnya hingga meninggal di usia yang ke 96.

Catatan :
Alma adalah ibu dari Mariane Holbrook, seorang pensiunan guru, pengarang dua buku, seorang musisi dan seniman.
Dia tinggal bersama suaminya di Pantai Carolina Utara.

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis