25 Juli 2011

JOHN G. PATON

Sumber : Elia Stories Care
Berikut ini adalah Biografi dari seorang misionari, John Paton, diterjemahkan dari Heroes of Faith on Pioneer Trails yang ditulis oleh Myers Harrison. Kiranya kisahnya menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Utusan Kristus kepada Orang-orang Kanibal di Hibrida Baru

Waktu itu hari Tahun Baru 1861, di pulau Tanna, kepulauan Hibrida Baru. Para misionari telah menghabiskan hari itu membawa obat-obatan, makanan dan air kepada penduduk desa, karena ratusan penduduk terkena penyakit campak yang mematikan. Banyak dari mereka yang mengambil obat-obat itu dan mengikuti instruksi dan kemudian sembuh, namun banyak orang lebih suka mencoba eksperimen mereka sendiri. Puluhan orang, yang tersiksa dengan rasa terbakar dan panas, meloncat ke dalam laut mencari kelegaan dan mati dengan segera. Yang lainnya menggali lobang di tanah, sepanjang tubuh mereka dan beberapa kaki dalamnya, dan berbaring di dalam sana, karena tanah yang dingin membuat mereka merasa nyaman. Dalam usaha yang sia-sia ini ratusan orang meninggal, di dalam kubur yang mereka gali sendiri, dan langsung dikuburkan di tempat mereka berbaring.

Pada sore hari, para misionari berlutut di rumah misi dan berdoa mengabdikan seluruh hidup mereka kepada Kristus dan juga untuk keselamatan para kanibal yang tinggal dekat mereka. Mereka dengan sepenuh hati mempercayakan keamanan diri mereka sendiri pada perlindungan Alah, tidak tahu bahwa bahkan pada saat itu juga, rumah itu sedang dikepung oleh para kanibal yang kejam, bersenjatakan pentung, batu tajam dan senapan angin, berketetapan untuk membunuh dan memakan para pendatang, yang memiliki Allah, yang menurut mereka, telah mendatangkan penyakit, topan, dan berbagai kesusahan lainnya atas mereka.

Setelah selesai berdoa, seorang misionari yang muda melangkah keluar dari pintu untuk menuju rumahnya sendiri dekat situ.


Dengan cepat dia dipukul dan jatuh ke tanah sambil berteriak, "Awas! Mereka mencoba membunuh kita!"

Misionari yang lebih tua berlari menuju pintu dan berseru kepada orang kanibal itu, "Allah Yehova melihat kalian dan akan menghukum kalian karena mencoba untuk membunuh hamba-Nya." Dua orang hitam mengayunkan tongkat mereka yang berat kepadanya, namun tidak kena, dan karenanya seluruh gerombolan itu melarikan diri menuju semak-semak.

Orang berkulit putih yang lebih muda sedemikian kagetnya, sehingga beberapa hari ini dia tidak dapat tidur. Bahkan, susunan sarafnya terganggu karena peristiwa pemukulan itu, dia selalu membayangkan ketakutan akan dibunuh dan dimakan oleh para kanibal itu, dan tiga minggu kemudian dia meninggal. Misionari yang lebih tua telah sering mengalami serangan seperti itu selama hidupnya dan masih akan hidup melewati lebih banyak lagi. John G. Paton–itulah namanya–menemukan bahwa penyertaan Allah adalah obat penawar ketakutannya dan jaminan bahwa nyawanya abadi hingga pekerjaannya selesai. "Selama krisis itu," ia tulis dalam biografinya, "saya merasakan ketenangan dan kekuatan jiwa, berdiri tegak dan seluruh diri saya bertumpu pada janji, `Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.' Janji yang tak ternilai! Betapa saya mengasihi Yesus karena janji ini dan bersukacita di dalamnya! Terpujilah nama-Nya!"

Janji yang murni! Rahasia jiwa yang tenang! Rahasia hati yang penuh sukacita! Janji yang dapat diandalkan! Janji yang dapat menanggung seluruh beban seseorang! "Aku menyertai kamu senantiasa."

Matius 28:20 adalah kata-kata terus bernyanyi, terus mengiang dalam setiap peristiwa yang berubah-ubah, setiap pengujian yang bertubi-tubi dan setiap pencapaian yang monumental dari John G. Paton. Mengenai nats ini, David Livingstone pernah mengatakan: "Ini adalah janji dari seorang Pribadi yang terhormat dan kata-katanya adalah titik." Ini adalah teks yang membuat sejarah karena nats ini berbicara mengenai Hadirat yang membuahkan pekerjaan yang ajaib dan tidak pernah gagal.


AYAT PEGANGAN JOHN G. PATON BERBICARA MENGENAI HADIRAT YANG MENGGUBAHKAN
John G. Paton lahir di sebuah peternakan dekat Dumfries, Skotlandia, pada tanggal 24 Mei 1824. Dia adalah anak sulung dari 11 bersaudara. Setelah belajar singkat pendidikan dasar dia mempersiapkan diri untuk belajar bisnis ayahnya dalam memproduksi kaos kaki. Selama 14 jam sehari ia bekerja di bengkel ayahnya dan sisa 2 jam yang seharusnya waktu makan, kebanyakan ia habiskan untuk belajar.

John pertama kali mempelajari indahnya dan ajaibnya Matius 28:20 di tengah-tengah kesederhanaan dan kesucian rumahnya di Skotlandia. Dengan kata-kata yang luar biasa indah, dia pernah mendeskripsikan ayahnya, James Paton, sebagai seorang laki-laki yang saleh, yang pergi tiga kali sehari ke `kamar doa' dan keluar dengan wajah yang bersinar seperti salah satu dari mereka yang berada di gunung dimana Yesus dimuliakan. "Dunia luar mungkin tidak mengetahui, tetapi kita sebagai anak-anaknya mengetahui dari mana datang terang yang bahagia itu yang selalu merekah dari wajah ayahku: itu adalah cerminan dari Hadirat Ilahi di dalam kesadaran yang dia hidupi," katanya.

Enam puluh tahun kemudian, putranya memberikan penghargaan yang mengesankan kepada kekuatan doa ayahnya: "Tidak pernah, di dalam gereja, di atas gunung atau di dalam lembah, saya dapat berharap untuk merasakan bahwa Tuhan Allah lebih dekat, lebih secara nyata berjalan dan berbicara kepada manusia, selain di bawah rumah yang atapnya terbuat dari jerami dan anyaman pohon oak tersebut. Meskipun segala sesuatu yang lain di dalam kepercayaan saya dapat terhapus dari ingatan oleh musibah yang tidak terbayangkan atau terhapus dari pengertian saya, jiwa saya akan menggembara ke masa lampau dan menutup dirinya sekali lagi di kamar doa itu, dan masih mendengar gaungan dari seruan-seruan ayahku kepada Allah, dan itu akan membuang seluruh keraguan dengan seruan penuh kemenangan. `Dia dapat berjalan dengan Allah, mengapa saya tidak?'"

Pendoa ini membayangkan dirinya bagaikan imam di keluarganya, yang urusan utamanya adalah untuk hidup di dalam kemuliaan dan untuk memimpin anak-anaknya kepada Hadirat Ilahi sebagai realitas yang sanggup mengubah seseorang. Bahwa anak-anak Paton menerima penuh warisan suci ini dapat dilihat dari perkataan John: "Ketika ayah saya berlutut dan semua dari kami berlutut mengelilingi dia di dalam ibadah keluarga, dia menuangkan seluruh jiwanya dengan air mata untuk pertobatan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah supaya mereka dapat melayani pelayanan Yesus, dan untuk setiap kebutuhan masing-masing pribadi dan keluarga, kami semua merasakan bahwa kami berada di dalam Hadirat Juru Selamat yang hidup, belajar mengenal dan mengasihi Dia sebagai Sahabat Ilahi kami. Ketika kami bangkit dari lutut kami, saya biasa memandang cahaya di wajah ayah saya dan berharap saya akan seperti dia di dalam roh."

Cahaya di wajah sang ayah: pandangan yang mengubah!

Untuk mengenal dan mengasihi Dia: Itu adalah hidup yang berubah!

Kehadiran dari Juru Selamat yang hidup: Tuhan yang telah dimuliakan!

Bukan para pelayan Tuhan atau penginjil atau Guru Sekolah Minggu yang memimpin John G. Paton kepada pertobatan, tetapi ayahnya sendiri. Setelah melihat nats Matius 28:20 dinyatakan melalui keagungan karakter ayahnya dan setelah merasakan sendiri nikmatnya yang tiada tara, ia terjun ke dalam sebuah pekerjaan yang akan menguji ketepatan dari janji `Aku menyertai kamu senantiasa' membuka matanya akan keagungan dari Matius 28:20.


AYAT ITU BERBICARA TENTANG HADIRAT YANG MENUNTUN
Sebagai seorang muda, John mendengar suara Tuhannya berkata, "Seberangilah lautan sebagai pembawa berita kasihku; dan lihatlah Aku menyertai engkau." Kristus sedang memimpinnya kepada pekerjaan dan latihan dengan cakupan yang lebih luas dan ia memutuskan untuk ikut. Sulit untuk meninggalkan rumahnya yang menyenangkan tetapi akhirnya hari perpisahan tiba. Jarak ke Kilmarnock sekitar 40 mil, di mana ia akan naik kereta menuju Glasgow. Perjalanan ke Kilmarnock hanya bisa ditempuh jalan kaki karena ia tidak sanggup membiayai perjalanan menggunakan kereta kuda. Semua miliknya dibundel jadi satu di dalam sebuah sapu tangan yang besar, tapi dia tidak berpikir dirinya adalah orang miskin, karena Alkitabnya dan Tuhannya besertanya.

Ayahnya berjalan bersamanya sejauh 6 mil dari rumah. Nasihat-nasihat dan air mata dan percakapan dengan ayahnya dalam perjalanan perpisahan itu tidak pernah dilupakan oleh sang putra. Di suatu ketika dalam perjalanan, mereka berdua terdiam. Ayahnya memegang topi di tangannya dan rambut pirangnya terurai di atas bahunya sementara tetesan air mata bercucuran dan doa-doa dipanjatkan dalam hati. Setelah tiba di tempat perpisahan, mereka saling berjabat tangan dan sang ayah berkata dengan penuh perasaan, "God bless you, my son! Allah ayahmu membuat engkau berhasil dan menjagamu dari semua kejahatan!"



Ayahnya sudah tidak sanggup berkata-kata lagi, bibirnya tetap bergerak dan berdoa di dalam hatinya; dengan penuh tetesan air mata, mereka berpelukan dan berpisah.

John menyelusuri jalan melewati sebuah belokan, mendaki sebuah tanggul untuk mendapatkan pandangan terakhir dan ternyata ia melihat ayah yang juga mendaki sebuah tanggul, berharap sekali lagi dapat melihat putranya. Orang tua itu mencari dengan sia-sia, karena matanya telah buram, kemudian ia turun dan mulai pulang ke rumah, pikirannya masih kosong dan hatinya menaikkan permohonan yang tulus. "Saya melihat dengan penuh air mata sampai ayah tidak terlihat lagi; dan kemudian, saya buru-buru melanjutkan perjalanan, berjanji dengan sungguh-sungguh, dengan pertolongan Allah, untuk hidup dan berlaku agar tidak mendukakan dan tetap menghormati ayah dan ibu yang telah Allah berikan kepada saya. Di masa-masa pengujian yang sulit pada tahun-tahun berikutnya, wujud sang ayah muncul di hadapan John dan bertindak sebagai malaikat penjaga," kata sang putra di buku Autobiografi-nya.

Pada tahun-tahun berikutnya, ia sangat sibuk menyebarkan traktat-traktat, mengajar di sekolah, dan bekerja sebagai misionari di salah satu bagian kota Glasgow. Dia menyadari bahwa perjalanan menyeberangi samudra tidak akan, seperti sulap, merubah dia menjadi seorang misionari, dan menjadi misionari, di atas semua yang lainnya, berarti menjadi seorang pemenang jiwa, sebab itu dia terus menerus berusaha memenangkan orang-orang yang terhilang di sekitarnya.

Salah satu orang yang ia coba selamatkan adalah seorang dokter yang adalah seorang pemabuk dan kafir. Setelah menjalin persahabatan dengan dokter itu, ia meminta dokter itu untuk berlutut dan berdoa pada suatu hari. Dokter itu menjawab, "Saya terkutuk, saya tidak dapat berdoa. Biarkan saya berdiri dan saya akan mengutuki Allah di depan muka-Nya." Pada akhirnya orang kafir yang jahat itu bertobat dan menghidupi kehidupan Kristen yang bersinar.

Sementara mengejar studi teologi dan medisnya, Paton muda tetap mendengar tangisan orang-orang tak percaya di Lautan Selatan yang akan binasa. Selama 2 tahun, gereja di mana ia menjadi anggota jemaatnya, Gereja Reform Presbiterian Skotlandia, sedang mencari seorang misionari untuk pergi ke kepulauan Hibrida Baru untuk bergabung dengan Rev. John English dalam pekerjaannya di daerah yang parah itu. Ketika Paton menawarkan dirinya untuk pelayanan ini, Dr. Bates, sekretaris dari Heathen Mission Committe, bersorak kegirangan.

Hampir setiap orang berpikir bahwa sangat bodoh bagi seorang anak muda yang menjanjikan untuk pergi dan tinggal bersama penduduk asli dari Pulau-pulau Pasifik Selatan yang kejam dan tidak memiliki peradaban. Satu orang tua berseru, "Orang-orang kanibal! Kamu akan dimakan oleh orang-orang kanibal!"

"Tn. Dixon, kamu sudah tua sekarang dan engkau sendiri segera terbaring dalam kubur, dimakan oleh ulat-ulat. Saya mengaku kepadamu jika saya dapat, saya ingin hidup dan mati melayani dan menghormati Tuhan Yesus, tidak menjadi masalah bagi saya apakah tubuh saya akan dimakan oleh kanibal atau ulat," jawab misionari muda yang ditunjuk.

Pada tanggal 16 April 1859, John G. Paton, ditemani oleh istrinya dan oleh Tn. Joseph Copeland, mengucapkan selamat tinggal kepada Skotlandia dan berlayar menuju Laut Pasifik Selatan. Di dalam hatinya sebuah lagu terus menerus berkumandang dan bunyi reff lagu itu adalah `Lo, I am with you all the way' "Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa."

"Aku menyerahkan masa depanku kepada Tuhan Allah ayahku, yakin di dalam lubuk hati saya, saya ingin melayani Dia dan mengikuti Juru Selamat." katanya.

Bersambung ke Bagian #2

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis