1 Juni 2012

Apakah Yesus mengklaim diriNya adalah Allah?

Sumber :http://y-jesus.org/indonesian/more/jcg-apakah-yesus-mengklaim-dirinya-adalah-allah/
Banyak orang bersedia menerima Yesus Kristus sebagai orang baik, atau nabi besar, tapi berpandangan bahwa Yesus tidak pernah mengklaim diriNya adalah Allah. Mereka yang menolak ke-Tuhan-an Yesus dengan merujuk pada ayat-ayat yang mendukung keyakinan mereka bahwa Yesus tidak pernah bermaksud disembah sebagai Allah. Kendati begitu, bukti-bukti mengindikasikan sejak jaman para rasul, Yesus sudah disembah sebagai Tuhan. Setelah para rasul meninggal, beberapa pemimpin gereja abad pertama dan kedua menulis mengenai ke-Tuhan-an Yesus. Akhirnya, tahun 325, para pemimpin gereja menegaskan keyakinan mereka bahwa Yesus sepenuhnya Allah.[1]
Sejumlah orang berargumentasi bahwa gereja “menciptakan” ke-Tuhan-an Yesus dengan menulis ulang injil. Baru-baru ini, novel fiksi paling laku sedunia, The Da Vinci Code berhasil terjual lebih dari 40 juta kopi dengan membuat klaim semacam itu. (Lihat “Apa ada Konspirasi Da Vinci ?”).
Meskipun buku itu telah membuat pengarangnya, Dan Brown, kaya raya, catatan fiksinya dijuluki oleh para ahli sebagai sejarah yang buruk. Kenyataannya, Perjanjian Baru telah dipandang sebagai “catatan yang paling handal dari semua dokumen historis kuno” (Lihat. “Apakah Injil itu benar?”).
Dalam artikel ini kita akan memeriksa apa yang dikatakan Yesus Kristus mengenai diriNya. Apa yang dimaksudkan Yesus dengan istilah “Anak Manusia” dan “Anak Allah?” Jika Yesus bukan Allah, kenapa para musuhNya menuduh dia telah “menghujat?” Lebih penting lagi, jika Yesus bukan Allah, kenapa Dia menerima penyembahan. Pertama-tama, kita lihat dengan singkat apa yang dipercaya orang Kristen terhadap Yesus Kristus. Dari Pencipta Jadi Tukang Kayu? Inti KeKristenan adalah keyakinan bahwa Allah datang ke Dunia secara Pribadi di dalam AnakNya. Alkitab mengajarkan Yesus bukanlah mahluk ciptaan seperti malaikat, tetapi Dia adalah Pencipta alam semesta. Sebagai teolog, J.I Packer menulis, “Injil mengatakan kepada kita bahwa Pencipta kita telah menjadi Penebus kita.”[2] Perjanjian Baru mengungkapkan, atas kehendak Bapa, Yesus untuk sementara mengesampingkan kuasa dan kemuliaanNya untuk menjadi bayi mungil tak berdaya. Setelah besar, Yesus bekerja di bengkel tukang kayu, mengalami rasa lapar, capai, menderita rasa sakit, dan kematian seperti kita. Kemudian pada usia 30 tahun, Dia memulai pelayananNya. Allah Yang Esa Alkitab mengungkap Allah adalah Pencipta alam semesta. Dia tak terbatas, kekal, maha kuasa, maha tahu, hadir sebagai pribadi, maha benar, maha kasih, maha adil, dan maha suci. Dia menciptakan kita menurut gambarNnya untuk menyembahNya. Menurut Alkitab, Allah membuat kita untuk selalu selama-lamanya berhubungan dengan Dia. Ketika Allah berbicara kepada Musa di semak berapi 1500 tahun sebelum Kristus, Dia menegaskan kembali bahwa Dia adalah Allah yang Esa. Allah mengatakan kepada Musa namaNya adalah Yahweh, (AKU). (Kebanyakan dari kita lebih biasa dengan terjemahan Inggris, Jehovah atau LORD (TUHAN)[3] Sejak saat itu, dasar dari ayat (Shema) Yudaisme adalah: “Dengarlah, hai orang Israel; TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.” (Ulangan 6:4) Kedalam dunia yang punya keyakinan monoteisme inilah Yesus hadir, berkhotbah, dan mulai melontarkan klaim yang mengejutkan siapapun yang mendengarnya. Dan menurut Ray Stedman, Yesus adalah tema sentral ayat-ayat kitab suci Yahudi (Perjanjian Lama).
“Disini, dalam bentuk manusia hidup bernapas, adalah seseorang yang cocok dan memenuhi semua simbol dan nubuatan mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Maleakhi. Ketika pindah dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, kita temukan bahwa satu orang, Yesus dari Nazareth, adalah titik perhatian kedua Perjanjian.[4]
Namun jika Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama, klaimNya harus mengkonfirmasi bahwa “Allah adalah Allah yang esa,” dimulai dari apa yang dikatakanNya mengenai diriNya. Mari kita lihat lebih jauh. Nama Kudus Dari Allah Ketika Yesus memulai pelayananNya, mujizat-mujizatNya dan pengajaran radikalNya langsung menarik sejumlah besar orang dan menciptakan hiruk-pikik kegembiraan. Ketika popularitasNya menyelimuti massa besar, para pemimpin Yahudi (Farisi, Saduki, dan Ahli Taurat) mulai melihat Yesus sebagai ancaman. Kemudian, mereka mulai mencari jalan untuk memerangkap Dia.

Satu hari, Yesus berdebat dengan beberapa orang Farisi di rumah ibadah, ketika mendadak Dia mengatakan kepada mereka bahwa Dia adalah “terang dunia.” Hampir aneh menggambarkan kejadian itu, ketika tukang kayu yang berkelana dari dataran rendah Galilea mengatakan kepada para ahli agama bahwa Dia adalah “terang dunia?” Karena keyakinan bahwa Yahweh adalah terang dunia, mereka langsung menjawab dengan marah: “Engkau bersaksi tentang diriMu, kesaksianMu tidak benar.” (Yohanes 8:13).

Kemudian Yesus mengatakan kepada mereka, 2.000 tahun lalu, Abraham telah melihat Dia. Mereka meresponnya dengan keraguan: “UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” (Yohanes 8:57) Kemudian Yesus makin mengejutkan mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada.” (Yohanes 8:5) Tiba-tiba, tukang kayu tanpa gelar agama mengklaim diriNya kekal. Apalagi, Dia menggunakan titel AKU (ego eimi)[5], nama suci Allah untuk diriNya sendiri!

Para pakar religius, yang hidup dan bernapas dalam firman Perjanjian Lama, mendeklarasikan hanya Yahweh saja adalah Allah. Mereka tahu firman yang diutarakan melalui Yesaya: “Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu.” (Yesaya 43:11 ) Karena hukuman terhadap penghujatan adalah dilempari batu sampai mati, para pemimpin Yahudi dengan marah mengambail batu untuk membunuh Yesus. Mereka pikir Yesus telah menyebut diriNya sendiri, “Allah”. Pada saat itu, Yesus bisa saja mengatakan,”Tunggu dulu!” Kamu salah paham — saya bukan Yahweh.” Tetapi Yesus tidak mengubah pernyataannya, meski sedang menghadapi resiko terbunuh. Lewis menjelaskan kemarahan mereka: “Dia mengatakan …. Aku diperanakkan oleh Allah yang Esa, sebelum Abraham, Aku ada’, dan ingat apa kata “AKU” dalam bahasa Ibrani. Itu adalah nama Allah, yang tidak boleh diucapkan oleh setiap manusia, nama yang menyebabkan kematian bagi yang mengucapkannya.”[6]

Ada orang-orang yang berargumen ini hanyalah kejadian khusus (terisolasi) saja. Namun Yesus juga menggunakan “AKU” bagi diriNya pada beberapa kejadian lain. Mari kita lihat beberapa kejadian dan mencoba membayangkan reaksi kita ketika mendengar klaim radikal Yesus: “Aku terang dunia.” (Yohanes 8:12) “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” (Yohanes 14:6) “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yohanes 14:6) “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25) “Akulah gembala yang baik (Yohanes 10:11) “Akulah pintu (Yohanes 10:9) “Akulah roti hidup” (Yohanes 6:51) “Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1) “Akulah Alfa dan Omega” (Wahyu 1:7,8)

Ketika Lewis mengamati, jika semua klaim itu tidak berasal dari Allah sendiri, Yesus akan dianggap gila. Tapi apa yang membuat Yesus kredibel bagi mereka yang mendengarNya adalah mujizat kreatif yang dilakukanNya, dan otoritas pengajaran bijakNya. Anak Manusia Beberapa orang mengatakan Yesus tidak memaksudkan nama AKU berarti Dia adalah Allah. Mereka berargumentasi Yesus merujuk diriNya sendiri sebagai “Anak Manusia”, membuktikan bahwa Dia tidak mengklaim ke-Tuhan-an. Jadi dalam konteks apa gelar “Anak Manusia” itu, dan apa artinya?

Packer menulis tentang nama, “Anak Manusia” merujuk pada peran Yesus sebagai Raja Penyelamat, memenuhi nubuatan mesias dari Yesaya 53.[7] Yesaya 53 merupakan nubuatan tentang mesias paling lengkap dan jelas memperlihatkan Dia sebagai Penyelamat yang menderita. Yesaya juga merujuk Mesias sebagai “Allah Perkasa”, “Bapa yang kekal”, “Raja damai” (Yesaya 9:6). Sebagai tambahan, banyak pakar mengatakan Yesus merujuk diriNya sebagai pemenuhan nubuatan Daniel tentang “Anak Manusia”. Daniel bernubuat bahwa “anak manusia” akan diberi kuasa atas seluruh manusia dan menerima penyembahan: “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu dan ia dibawa ke hadapannya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.”(Daniel 7:13, 14) Jadi siapa “anak manusia” dan kenapa dia disembah, padahal hanya Allah saja yang boleh disembah. Yesus mengatakan kepada murid-muridNya, pada saat Dia kembali ke Bumi, “Maka setiap orang akan melihat Anak Manusia datang bersama awan-awan dengan kuasa dan kemuliaan besar.” (Lukas 21:27). Apakah di sini Yesus menyatakan Dialah pemenuhan nubuatan Daniel? Anak Allah Yesus juga mengklaim sebagai, “Anak Allah.” Gelar ini tidak berarti Yesus adalah anak biologis Allah. Istilah “Anak” juga bukan berarti menyiratkan lebih rendah posisinya, seperti anak manusia yang pada dasarnya lebih rendah dihadapan ayahnya. Seorang anak juga mempunyai DNA ayahnya, dan kendati dia berbeda, mereka berdua manusia. Para ahli menjelaskan istilah “Anak Allah” dalam bahasa asli merujuk pada keserupaan, atau “dari unit yang sama”. Yesus memaksudkan itu bahwa Dia punya esensi ke-Tuhan-an, atau dalam istilah abad 21, “DNA Allah”. Professor Peter Kreeft menjelaskan, “Apa yang Yesus maksudkan ketika Dia menyebut diriNya Anak Allah?” Anak manusia adalah manusia. (Kedua istilah ‘anak’ dan ‘manusia’, sama artinya untuk laki-laki dan perempuan.) Anak monyet adalah monyet. Anak anjing adalah anjing. Anak hiu adalah hiu. Dan demikian juga Anak Allah adalah Allah. ‘Anak Allah’ adalah gelar ke-Tuhan-an”[8] Dalam Yohanes 17, Yesus berbicara tentang kemuliaan, yang dialami, Dia dan Bapa sebelum dunia dijadikan. Tapi dengan menyebut diri “Anak Allah”, apa Yesus mengklaim sama dengan Allah? Packer menjawab: Ketika Alkitab memproklamirkan Yesus sebagai Anak Allah, pernyataan itu berarti sebagai penegasan ke-Tuhan-anNya.[9] Jadi nama-nama yang Yesus pakai untuk diriNya menunjuk pada fakta bahwa Dia mengklaim kesamaan (kesetaraan) dengan Allah. Tapi apakah Yesus berbicara dan bertindak dengan otoritas Allah? Mengampuni Dosa Dalam agama Yahudi, mengampuni dosa hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Pengampunan selalu personal; seseorang tidak bisa memberi pengampunan atas nama orang yang menderita akibat kesalahan orang lain (haruslah yang menderita itu yang memberikan pengampunan) , terutama jika Orang itu itu adalah Allah. Namun pada beberapa peristiwa, Yesus bertindak seakan-akan Dialah Allah dengan mengampuni pendosa. Para pemimpin agama akhirnya meledak dengan kemarahan mendidih terhadap Yesus, ketika Dia mengampuni dosa orang yang lumpuh di hadapan mereka. “Mengapa orang ini berkata-kata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?”(Markus 2:7) Lewis membayangkan reaksi kekagetan dari semua orang yang mendengar Yesus: “Kemudian tiba syok sebenarnya,” tulis Lewis, “Di antara orang Yahudi itu tiba-tiba ada orang yang berbicara seakan-akan Dia adalah Allah. Dia mengklaim mengampuni dosa. Dia mengatakan Dia selalu ada (kekal). Dia mengatakan Dia akan datang untuk menghakimi dunia pada akhir jaman (kiamat). Sekarang, mari kita memperjelas hal ini. Diantara penganut agama banyak allah (atau dewa-dewa), setiap orang mungkin bisa mengatakan dia adalah bagian dari Allah, atau orang yang bersama Allah ….. tapi orang ini, karena Dia Yahudi, tidak bisa berarti semacam bagian dari Allah. Allah, dalam bahasa mereka, berarti Mahluk diluar dunia, yang telah membuat dunia dan secara tak terhingga sangat berbeda dari segala sesuatu. Dan ketika anda memahami itu, anda akan lihat bahwa apa yang dikatakan orang itu, sederhananya, hal paling mengejutkan yang pernah diucapkan dari bibir manusia.”[10] Klaim Kesatuan Dengan Allah. Mereka yang mendengar Yesus, mengamati kesempurnaan moralNya, dan melihat Dia melakukan mujizat, akan berpikir apakah Dia adalah Mesias yang sudah lama dijanjikan. Akhirnya para penentangnya mengelilingi Dia di Bait Allah, bertanya, “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab, “pekerjaan-pekarjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu; itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.” Dia membandingkan para pengikutnya dengan domba dan mengatakan, “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.” Kemudian Dia mengungkapkan kepada mereka bahwa, “BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun,” dan tindakanNya atas perintah Bapa.Yesus sudah pasti menanggalkan kerendahan hatiNya. Tapi kemudian Yesus menjatuhkan bom, mengatakan kepada mereka (Johanes 10:25-30) “Bapa dan Aku adalah satu” Jika Yesus hanya bermaksud Dia setuju dengan Allah, maka tidak akan ada reaksi keras. Tapi , sekali lagi orang Yahudi mengambil batu untuk membunuhNya. Kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu,” Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau memnghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” (Johanes 10:32 – 33). Pada saat Yesus menyiapkan para muridNya menghadapi kematianNya di salib dan kenaikan (ke surga), Tomas ingin tahu kemana Dia pergi dan jalan menuju ke situ. Yesus menjawab Tomas: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun bisa datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes14:6) Jika engkau mengenal Aku, maka engkau telah mengenal BapaKu. Engkau sudah mengenal dan melihat Dia.” (Johanes 14:5-9) Mereka bingung. Filipus kemudian bertanya kepada Yesus untuk “memperlihatkan kepada kami Bapa.” Yesus menjawab Filipus dengan kalimat mengejutkan ini: “Telah sekian lama Aku bersama-sama denganmu Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa!” Dengan kata lain Yesus katakan, “Filipus jika kamu ingin melihat Bapa, lihatlah Aku!” Dalam Yohanes 17, Yesus mengungkapkan kesatuanNya dengan Bapa telah ada sejak semula, “sebelum dunia dijadikan”. Menurut Yesus, tidak pernah terjadi Dia tidak bersama-sama Allah dalam kemuliaan dan esensinya. Otoritas Allah Orang Yahudi selalau memandang Allah maha kuasa. Kekuasaan (otoritas) adalah istilah yang dikenal baik di Israel, yang sedang dijajah Romawi. Pada masa itu, perintah Kaisar bisa langsung mengirim pasukan ke medan perang, mengutuk atau menghukum penjahat, dan menetapkan hukum dan mengatur pemerintahan. Pada kenyataannya, kekuasaan Kaisar begitu besar sehingga dia sendiri mengklaim dirinya sama dengan Tuhan. Sebelum meninggalkan dunia, Yesus menjelaskan cakupan otoritasnya: “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Apa yang dimaksudkan dengan Yesus telah “diberikan” kuasa? 
(Matius 28:18). Dalam kalimat menakjubkan ini, Yesus mengklaim mempunyai ke-maha kuasa-an bukan saja di dunia tapi juga di sorga. John Piper menjelaskan, “Inillah kenapa teman dan musuh Yesus kaget dan kaget lagi atas apa yang Dia katakan dan lakukan. Dia bisa berjalan di sebuah jalanan, terlihat sama seperti orang biasa lain, kemudian berbalik dan mengatakan sesuatu seperti, “Sebelum Abraham, Aku ada.” Atau, “Jika kamu melihat Aku, kamu sudah melihat Bapa.” Atau, dengan sangat tenang, setelah dituduh menghujat, dia akan mengatakan, “Anak Manusia punya kuasa di dunia untuk mengampuni dosa.” Kepada orang meninggal Dia mengatakan, “Keluar”, atau “Bangkitlah.” Dan mereka taat. Kepada badai di laut Dia akan mengatakan, “Tenang.” Dan kepada potongan roti Dia akan mengatakan, “Jadilah makanan untuk ribuan (orang)”. Dan itu langsung terjadi.[11] Beberapa mungkin berargumen karena kekuasaan datang dari BapaNya, tidak berarti Yesus itu Allah. Namun Allah tidak pernah memberikan kuasaNya untuk menciptakan mahluk yang akan disembah. Melakukan itu artinya melanggar Perintah Allah sendiri. Menerima Penyembahan Tidak ada lebih mendasar di agama Yahudi dari fakta bahwa hanya Allah yang disembah. Nyatanya, perintah pertama di Sepuluh Perintah adalah, “Jangan menyembah tuhan lain selain Aku.” (Keluaran 20:3 ) Jadi, dosa paling berat seorang Yahudi adalah menyembah mahluk lain selain Allah, atau menerima penyembahan. Jadi jika Yesus bukan Allah, maka akan jadi penghujatan untuk menerima penyembahan. Setelah kebangkitan Yesus, para murid menceritakan kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan hidup (Johanes 20:24-29). Tomas tidak percaya dan mengatakan kepada mereka dia akan percaya jika dia sudah mecucukkan jarinya ke luka di tangan dan perut Yesus. Delapan hari kemudian, semua murid berkumpul di ruang yang terkunci, tiba-tiba Yesus hadir dihadapan mereka. Yesus melihat Tomas dan berkata kepadanya,” Taruh jarimu di sini dan lihat tanganKu. Taruh tanganmu di luka perutKu.” Tomas tidak memerlukan bukti lebih banyak lagi. Dia langsung percaya dan berseru kepada Yesus: “Tuhanku dan Allahku!” Tomas menyembah Yesus sebagai Allah! Jika Yesus bukan Allah, Dia pasti akan langsung memperingatkan Tomas. Tapi daripada memperingatkan Tomas karena menyembahNya sebagai Allah, Yesus malah memuji dia: “Kamu percaya karena telah melihatKu Diberkatilah mereka yang tidak melihat namun percaya.” Yesus menerima penyembahan atas sembilan peristiwa. Dalam konteks keyakinan Yahudi, penerimaan Yesus atas penyembahan berbicara banyak atas klaim ke-Tuhan-anNya. Meskipun begitu, para murid belum mengerti sepenuhnya sampai Yesus naik ke surga. Sebelum Yesus terangkat, Dia mengatakan kepada para murid untuk “membaptiskan murid-murid baru dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19), menempatkan Roh Kudus dan diriNya pada tingkat yang sama dengan Bapa.[12] Alfa Dan Omega Ketika Rasul Yohanes dibuang ke Pulau Patmos, Yesus mengungkapkan visi-visi akhir jaman kepadanya. Dalam visi-visi itu, Yohanes menggambarkan kejadian menakjubkan ini: “Lihat! Dia datang dengan awan-awan dari surga. Dan setiap orang akan melihat Dia — bahkan dia yang menusuknya …. Aku Alfa dan Omega —- permulaan dan akhir, firman Tuhan Allah. ‘Aku yang pertama, yang selalu, dan akan datang, Yang Mahakuasa.” Jadi siapa Orang yang disebut “Alfa dan Omega,” “Tuhan Allah,” Yang Mahakuasa”? Kita diberitahukan Dialah yang di tusuk. Yang membuatnya jelas bahwa Alfa dan Omega adalah Yesus. Dia yang telah ditusuk (ditombak) di atas salib. Yohanes, yang paling dekat dengan Yesus dibandingkan para murid lain, melihat citra sebuah Pribadi berbicara dengan dia. Dia menulis, “…ada seorang serupa Anak Manusia …… Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, Dan matanya bagaikan nyala api ….. dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (Wahyu 1:13, 14, 16b) Kita tidak bisa memahami emosi Yohanes ketika dia melihat satu Pribadi seperti matahari bersinar penuh kekuatan, dengan mata seperti jilatan api. Dia langsung jatuh seperti orang mati di depan Pribadi yang dia lihat. Jika (Pribadi) itu Yesus, kenapa Yohanes tidak mengenal Dia? Apa mungkin dia berpikir itu adalah malaikat? Mari kita dengar kata-kata Yohanes. “…tapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir. dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya.” (Wahyu 1:17-18) Yang Esa berbicara kepada Yohanes dengan mengidentifikasi dirinya sebagai, “yang Pertama dan yang Akhir”, sebuah rujukan jelas akan keabadian. Dan karena hanya Allah yang abadi, ini pasti Allah. Namun pada kalimat yang sama dia mengatakan kepada Yohanes bahwa dia adalah “yang hidup yang pernah mati,” jadi, kita tahu hal ini bukanlah Allah Bapa karena Bapa tidak pernah menderita kematian seperti manusia. “Lalu aku melihat takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya . . . Ia yang duduk di atas takhta itu berkata, …… . . Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir……” (Wahyu 20:11; 21:5 – 6) Apakah Tuhan Yesus Kristus yang memerintah dari tahta putih besar. Yesus telah mengatakan kepada para murid bahwa Dia akan menjadi hakim manusia. Dia berjanji bagi siapa yang percaya kepadaNya akan selamat dari penghakiman dosa, tapi mereka yang menolak akan dihakimi. Kesimpulan Jadi apakah Yesus mengklaim diriNya Allah, atau Dia hanya salah mengerti saja. Mari kita lihat pada klaim Yesus lainnya dan bertanya, apakah Yesus akan membuat klaim seradikal itu jika Dia bukan Allah? Yesus menggunakan nama Allah untuk diriNya. Yesus menyebut diriNya “Anak Manusia”. Yesus menyebut diriNya “Anak Allah”. Yesus mengklaim mengampuni dosa. Yesus mengklaim ke-satu-an dengan Allah. Yesus mengklai seluruh kuasa. Yesus menerima penyembahan. Yesus menyebut diriNya “Alfa dan Omega”. Orang mungkin berkata, “bagaimana kita bisa mempercayai klaim Yesus? Bukti apa yang Dia tinggalkan?” Tiga hari setelah penyaliban Dia, murid-mudridNya mengklaim mereka melihat Dia hidup . Jika cerita mereka bohong, maka kebohongan akan terungkap setelah penguasa Romawi menyiksa mereka secara mengerikan, dengan cara-cara yang pernah diketahui manusia. Tapi keyakinan dan kejujuran mereka mengatasi Roma dan mengubah dunia kita (Lihat “Apa benar Yesus Bangkit dari kematian ?“). Lewis menjelaskan alasan-alasan keyakinan mereka, “Apa yang dibalik ruang dan waktu, apa yang belum diciptakan, abadi, menjadi alami, turun dari alamNya, dan naik kembali.”[13] Pakar brilian ini sebelumnya berpendapat Yesus hanyalah mitos, sama seperti allah-allah buatan manusia pada jaman Romawi dan Yunani kuno. Namun ketika dia mulai melihat bukti-bukti Yesus Kristus, dia menyadari bahwa catatan Perjanjian Baru tentang Yesus Kristus didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang solid. Mantan kritikus ini menyimpulkan bukti-bukti investigasinya terhadap Yesus Kristus dengan pandangan, “Anda harus memiih: apakah orang ini adalah Anak Allah : atau orang gila atau yang lebih buruk lagi ….. Namun kita jangan dengan sembarangan menyebutNya sebagai guru besar kemanusiaan. Dia tidak membuka hal semacam itu kepada kita.”[14] Lewis menemukan bahwa hubungan personal dengan Yesus memberinya hidup penuh arti, tujuan, dan kebahagiaan yang melampaui semua impiannya. Dia tidak pernah menyesali pilihannya dan menjadi jurubicara terkemuka bagi Yesus Kristus. Bagaimana dengan anda? Apakah anda telah memilih ? “Apakah Para Rasul Percaya Yesus Adalah Allah?” Jika Yesus itu Allah, maka kita bisa berharap para pengikut terdekatNya memproklamirkan ke-Tuhan-anNya dalam testimoni tertulis mereka. KeKristenan mendasarkan keyakinannya dalam ke-Tuhan-an Yesus atas tulisan-tulisan mereka. KENAPA YESUS ? Banyak orang berpandangan Kristus menghendaki kita menjadi orang yang religius. Mereka berpikir Yesus datang untuk mengambil semua kesenangan hidup dan memberi kita aturan-aturan yang tidak mungkin dijalankan. Mereka bersedia menyebut Dia pemimpin besar dari masa lalu, tapi mengatakan Dia tidak relevan dengan kehidupan masa kini. Josh McDowell adalah mahasiswa yang diajarkan bahwa Yesus cuma salah satu pemimpin religius yang menetapkan aturan hidup yang tidak mungkin dijalankan. Jadi untuk McDowell, Yesus sama sekali tidak relevan dalam hidupnya. Kemudian sampai suatu hari, pada saat makan siang, seorang mahasiswi duduk di sebelah Mc Dowell dengan senyuman lebar. Merasa tertarik, dia bertanya kenapa mahasiswi tu begitu bahagia. Jawaban langsungnya adalah, “Yesus Kristus!” “Yesus Kristus? “, pikir McDowell, yang berbalik mengatakan: “Oh, demi Tuhan, jangan beri saya sampah itu! Saya muak dengan agama; saya muak dengan gereja; saya muak dengan Alkitab! Jangan beri saya sampah tentang agama!” Tapi tanpa terganggu rekan mahasiswi itu dengan tenang menjelaskan, “Tuan, saya tidak katakan agama, saya katakan Yesus Kristus.” McDowell terkejut. Dia tidak pernah memandang Yesus lebih dari sekedar tokoh agama, dan tidak ingin menjadi bagian dari kemunafikan religius. Namun perempuan Kristen yang gembira ini berbicara tentang Yesus sebagai seseorang yang membawa arti kehidupan kepadanya. Kristus mengklaim akan menjawab semua pertanyaan mendalam mengenai eksistensi kita. Pada satu saat, kita semua akan mempertanyakan apa arti kehidupan itu. Apakah Anda pernah melihat ke langit yang gelap gulita dan merenungkan siapa yang menaruh bintang-bintang itu di sana? Atau apakah Anda pernah melihat matahari terbenam dan berpikir tentang pertanyaan terbesar dalam hidup: “Siapa saya?” “Kenapa saya ada di sini?” “Kemana saya pergi setelah meninggal?” Meski para filsuf dan pemimpin agama lain menawarkan jawaban tentang arti kehidupan, hanya Yesus Kristus yang sudah membuktikan kredensial-Nya (apa yang dikatakanNya) dengan bangkit dari kematian. Skeptis seperti McDowell, yang pada awalnya mengejek kebangkitan Yesus, telah menemukan banyak bukti yang menyatakan, bahwa hal itu benar-benar terjadi. Yesus menawarkan hidup dalam arti yang sebenarnya. Dia mengatakan hidup lebih besar dari mengumpulkan harta, bersenang-senang, sukses dan berakhir di kuburan. Kendati begitu, masih banyak orang mencoba menemukan arti kehidupan dalam ketenaran dan kesuksesan, bahkan juga bintang-bintang terbesar… Madonna mencoba menjawab pertanyaan, “Kenapa saya di sini?” dengan menjadi seorang penyanyi terkenal (diva). Ia mengakui, “Bertahun-tahun lalu saya pernah berpikir bahwa ketenaran, kekayaan dan penerimaan publik akan memberikan kebahagiaan. Tapi suatu hari kamu akan bangun dan menyadari bukan itu. Saya masih merasa kurang. Saya ingin tahu arti kebenaran dan kebahagiaan sejati serta bagaimana saya menemukannya.”[1] Yang lain, Kurt Cobain sudah menyerah untuk menemukan arti kehidupan itu, Kurt Cobain seorang vokalis Nirvana, grup band grunge asal Seattle, merasa putus asa pada usia 27 tahun dan bunuh diri. Kartunis era Jazz, Ralp Barton, juga menemukan hidup tanpa arti dan meninggalkan pesan bunuh dirinya, “Saya punya beberapa kesukaran, banyak teman, sukses hebat; saya sudah berpindah dari satu istri ke istri yang lain, dari rumah ke rumah, mengunjungi negara-negara di dunia, tapi saya muak dengan upaya menemukan allah-allah untuk mengisi 24 jam sehari.”[2] Pascal, filsuf besar Perancis percaya kekosongan hati yang kita semua alami hanya bisa diisi oleh Allah. Dia mengatakan, “Allah membentuk ruang kosong di hati setiap orang yang hanya bisa diisi oleh Yesus Kristus”[3] Jika Pascal benar, maka kita akan berharap bahwa Yesus tidak hanya menjawab pertanyaan tentang identitas kita dan arti kehidupan, tapi juga memberi kita harapan akan kehidupan setelah kematian. Apakah ada arti kehidupan tanpa Allah? Tidak menurut ateis Bertrand Russell, yang menulis, “Sampai Anda berasumsi adanya allah, pertanyaan tujuan hidup itu tidak ada artinya.”[4] Dalam bukunya, Why I am not a Christian (Kenapa saya bukan orang Kristen), Russell membantah semua yang Yesus katakan mengenai arti kehidupan, termasuk janjiNya akan kehidupan kekal. Tapi jika Yesus benar-benar mengalahkan kematian seperti klaim para saksi mata, (Lihat “Did Jesus Rise from the Dead?”) maka Dia sendiri yang akan memberitahu kami semua tentang hidup dan menjawab, “Kemana saya pergi?” Memahami kata-kata Yesus mengenai kehidupan dan kematian dapat membentuk identitas kita, memberi kita makna dalam hidup dan memberikan harapan untuk masa depan. Oleh karena itu kita perlu memahami apa yang dikatakan tentang Tuhan, tentang kami dan tentang diriNya sendiri. Apa yang Yesus katakan tentang Allah? Allah Itu Relasional Banyak orang berpendapa,t Allah hanya sebagai sebuah kekuatan, bukan satu pribadi, yang bisa kita kenal dan bergaul denganNya. Allah yang disebutkan Yesus bukanlah kekuatan impersonal di Star Wars, yang kebaikannya bisa diukur dalam voltase. Dia juga bukan sosok besar menakutkan di angkasa, yang senang membuat hidup kita sengsara. Sebaliknya, Allah itu relasional seperti kita, tapi lebih dalam lagi. Dia berpikir, Dia mendengar, dan Dia berkomunikasi dalam bahasa yang kita pahami. Yesus menjelaskan kepada kita dan memperlihatkan Allah itu seperti apa. Menurut Yesus, Allah tahu setiap kita dengan sangat baik dan personal, dan terus memikirkan kita. Allah Itu Kasih Dan Yesus mengatakan kepada kita, Allah itu kasih. Yesus mendemonstrasikan kasih Allah kemanapun Dia pergi, seperti ketika Dia menyembuhkan orang sakit, serta menolong yang disakiti dan miskin. Kasih Allah sangat berbeda secara radikal dengan (kasih) kita, karena tidak berdasarkan ketertarikan atau penampilan. Kasih (Allah) itu secara total mengorbankan diri dan tidak mementingkan diri. Yesus membandingkan kasih Allah dengan kasih bapa/ayah yang sempurna. Ayah yang baik menghendaki yang terbaik untuk anak-anaknya, berkorban untuk mereka, dan memberikan kebutuhan mereka. Tapi untuk kepentingan terbaik mereka, dia juga mendisiplinkan mereka. Yesus mengilustrasikan hati kasih Allah dengan cerita tentang seorang anak, yang memberontak dan menolak nasehat ayahnya mengenai yang terpenting dalam kehidupan. Kesombongan dan keinginan diri membuat, anak itu berhenti bekerja dan “hidup semaunya”. Daripada menunggu sampai ayahnya membagi warisan, dia mulai memaksa ayahnya untuk memberikan warisan itu kepadanya. Dalam cerita Yesus, ayahnya memberi permintaan anaknya. Tapi keadaan buruk menimpa anaknya. Setelah menghabiskan uang untuk bersenang-senang, anak pemberontak itu terpaksa bekerja di peternakan babi. Ketika dia begitu lapar makanan babi pun terlihat enak (diceritakan dia memakan makanan babi). Putus asa dan tidak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, dia membereskan tasnya dan pulang ke rumah. Yesus menceritakaan kepada kita bukan saja sang ayah menyambutnya, tapi dia lari memeluknya. Dan kemudian secara radikal total dalam kasihnya, sang ayah menyelenggarakan pesta besar untuk merayakan kembalinya si anak. Ini sangat menarik. Kendati ayahnya sangat mengasihi putranya, dia tidak mengejarnya. Dia membiarkan sang anak yang dikasihinya, merasakan kesakitan dan penderitaan karena konsekuensi pilihan pemberontakannya. Dengan cara yang sama, ayat-ayat Alkitab mengajarkan kasih Allah tidak pernah mengkompromikan tentang apa yang terbaik untuk kita. Kasih itu akan membiarkan kita menderita atas pilihan-pilihan salah kita. Yesus juga mengajarkan Allah tidak akan pernah mengkompromikan karakterNya. Karakter adalah siapa kita adanya. Itu adalah esensi kita, dimana pikiran-pikiran dan tindakan kita berasal. Jadi seperti apa Allah — esensinya? Allah Itu Suci Disepanjang Alkitab (hampir 600 kali), Allah disebut sebagai “suci”. Suci artinya karakter Allah secara moral murni dan sempurna dalam semua jalanNya. Sempurna. Ini berarti Dia tidak pernah mempunyai pikiran tidak murni atau inkonsisten dengan kesempurnaan eksistensi moralNya. Karena itu, kesucian Allah berarti Dia tidak bisa hadir jika ada kejahatan. Karena kejahatan bertentangan dengan keberadaan Allah, Dia membencinya. Itu seperti polusi bagiNya. Tapi jika Allah itu Suci dan menolak kejahatan, kenapa Dia tidak membuat karakter kita seperti Dia? Kenapa ada yang melecehkan anak-anak, pembunuh, pemerkosa, dan penyesat? Dan kenapa kita terus berjuang dengan pilihan-pilihan moral kita sendiri? Hal ini membawa kita lebih lanjut pada pencarian kita akan arti (kehidupan). Apa yang Yesus katakan mengenai diri kita? Apa yang Yesus katakan tentang Allah? Diciptakan Untuk Berhubungan Dengan Allah Jika Anda membaca seluruh Perjanjian Baru, Anda akan menemukan bahwa Yesus terus-menerus berbicara tentang nilai yang tinggi (berharga) diri kita bagi Allah, mengatakan kepada kita bahwa Allah menciptakan kita untuk jadi anakNya. Bintang rock band Irlandia, U2, Bono menegaskan dalam sebuah wawancara,” Konsep mengejutkan bahwa Allah pencipta alam semesta mungkin mencari teman dan hubungan sungguh-sungguh dengan manusia….”[5] Dengan kata lain, sebelum alam semesta diciptakan, Allah berencana untuk mengadopsi kita menjadi keluargaNya. Tidak hanya itu, tapi Dia merencanakan warisan luar biasa bagi kita. Seperti ayah pada inti cerita Yesus, Allah ingin melimpahkan kita sebuah warisan berkat, yang tidak terbayangkan, dan hak istimewa. Di mata-Nya, kita spesial (khusus). Kebebasan Memilih Dalam sebuah film, Stepford Wives, dalam kondisi lemah dan terbaring, orang serakah dan pembunuh ini telah menciptakan robot-robot penurut dan patuh untuk menggantikan istri-istri mereka yang bebas, dan mereka nilai sebagai ancaman. Kendati laki-laki diharapkan mencintai istri-istri mereka, mereka menggantikannya dengan mainan untuk memaksakan kepatuhan. Allah bisa membuat kita seperti itu – manusia robot (iPeople) – diprogram untuk mengasihi dan mematuhi Dia, program puji-pujian dimasukkan kepada kita seperti “screensaver”. Tapi akibatnya, kasih terpaksa itu tidak ada artinya. Allah ingin kita mengasihi Dia dengan bebas. Dalam hubungan sebenarnya, kita ingin seseorang mencintai kita apa adanya, bukan karena paksaan. Andaikan ada seorang raja yang mencintai pelayan sederhananya. Raja itu tidak seperti raja-raja lain. Semua pejabat negara gemetar dihadapan kuasanya ….. dan tetap saja raja, yang sangat kuat ini, meleleh karena cinta terhadap pelayan sederhana itu. Bagaimana dia menyatakan cintanya kepada pelayan itu? Dalam cara yang tidak biasa, dia terikat oleh “wibawa raja”. Jika dia membawanya ke istana dan memahkotai dia dengan permata … dia pasti tidak akan menolak – tidak seorangpun berani menolak dia. Tapi apakakh pelayan itu mencintainya? Tentu saja dia akan mengatakan dia mencintainya, tapi apakah sungguh-sungguh?[6] Anda lihat masalahnya. Ini masalah yang lebih sederhana: bagaimana Anda putus dengan pacar yang sudah tahu segalanya? (“Ini tidak berhasil buat kita, tapi saya rasa kamu sudah tahu.”) Namun untuk memungkinkan saling mencintai, Allah menciptakan manusia dengan kapasitas unik: kehendak bebas. Pemberontakan Melawan Hukum Moral Allah C.S. Lewis menjelaskan meski kit secara internal diprogram dengan keinginan untuk mengetahui Allah, kita memberontak atas itu sejak saat kita lahir.[7] Lewis juga memulai penelitiannya dengan motifnya sendiri, dimana dia menemukan bahwa secara insting dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Lewis heran darimana berasal perasaan salah dan benar ini. Kita semua mengalami rasa salah dan benar. Ketika kita membaca Hitler membunuh enam juta orang Yahudi, atau seorang pahlawan mengorbankan nyawanya untuk orang lain. Kita, secara insting, tahu bahwa salah untuk berbohong dan curang. Rasa pengakuan inilah, telah diprogram dalam hati kita dengan hukum moral, yang membuat seorang mantan ateis mencapai kesimpulan pasti ada “pemberi hukum” moral. Sebenarnya, menurut Yesus dan Alkitab, Allah telah memberi kita hukum moral untuk dipatuhi.. Dan bukan hanya menolak berhubungan dengan Allah, kita juga telah melanggar hukum-hukum moral yang telah ditetapkan Allah. Sebagian besar dari kita mengetahui Sepuluh Perintah Allah: “Jangan berbohong, mencuri, membunuh, berzinah, dan seterusnya.” Yesus menyimpulkannya dengan mengatakan kita harus mengasihi Allah dengan seluruh jiwa kita dan sesama manusia seperti diri kita sendiri. Dosa, karena itu, tidak hanya melakukan kesalahan ketika kita melanggar hukum, tapi juga kegagalan kita melakukan apa yang benar. Allah membuat alam semesta dengan hukum-hukum yang mengatur segalanya. Hukum-hukum ini tidak bisa dihindarkan dan tidak berubah. Ketika Einstein menemukan formula E=MC2. dia membuka misteri energi nuklir. Campur bahan-bahan yang tepat dengan kondisi tertentu dan tenaga sangat besar akan terlepaskan. Alkitab mengatakan kepada kita hukum moral Allah tidak berubah karena keluar dari esensi karakter-Nya. Sejak laki-laki dan perempuan pertama, kita telah melanggar hukum-hukum Allah, kendati hukum ada demi kebaikan kita. Dan kita telah gagal melakukan apa yang benar. Kita mendapat warisan kondisi ini dari manusia pertama, Adam. Alkitab menyebut ini sebagai ketidakpatuhan, dosa, yang berarti “tidak kena sasaran”, seperti seorang pemanah yang gagal mengenai sasarannya. Jadi dosa kita telah mematahkan hubungan yang sudah dikehendaki Allah dengan kita. Memakai ilustrasi pemanah sebagai contoh, kita telah gagal mengenai sasaran yang sebenarnya merupakan tujuan penciptaan kita. Dosa menyebabkan pemutusan semua hubungan: manusia dengan lingkungannya (keterasingan), individu-individu saling terpecah (rasa salah dan malu), masyrakat terputus hubungan dari masyarakat lain (perang, pembunuhan), dan manusia terputus dari Allah (kematian spiritual). Seperti mata rantai, sekali satu mata rantai putus antara Allah dengan manusia, seluruh hubungan jadi tidak menyambung lagi. Dan kita sudah putus. Seperti disimpulkan Kayne West, “saya tidak berpikir bahwa saya tidak bisa melakukan apapun untuk membenarkan kesalahan saya….. saya ingin berbicara dengan Allah. Tapi saya takut karena kita sudah lama tidak saling berbicara.” Pernyataan ini diambil dari lirik lagu West yang berbicara mengenai perpisahan yang dibawa oleh dosa dalam kehidupan kita. Dan menurut Alkitab, perpisahan ini lebih dari sekedar lirik di sebuah lagi rap. Itu punya konsekuensi mematikan. Dosa Kita Telah Memisahkan Kita Dari Kasih Allah Pemberontakan kita (dosa) telah menciptakan tembok pemisah antara kita dengan Allah (lihat Yesaya 59:2). Dalam ayat Alkitab, “perpisahan” berarti kematian spiritual. Dan kematian spiritual berarti terpisah sepenuhnya dari cahaya dan kehidupan Allah. “Tapi tunggu dulu,” mungkin ini yang Anda katakan. “Bukankah Allah tahu semua sebelum Dia menciptakan kita? Kenapa Dia tidak melihat bahwa rencanaNya sudah gagal total?” Tentu saja, Allah maha tahu akan menyadari bahwa kita akan memberontak dan berdosa. Kenyatannya, kegagalan kita membuat rencanaNya jadi sangat mengejutkan. Hal ini membawa kita pada alasan Allah datang ke bumi dalam bentuk manusia. Dan bahkan lebih menakjubkan —- alasan yang harus dicatat karena kematiannya. Apa yang Yesus katakan tentang Allah? Solusi Sempurna Allah Selama tiga tahun kehidupan pelayanan-Nya, Yesus mengajarkan kita bagaimana untuk hidup dan melakukan banyak mukjizat, bahkan membangkitkan orang yang sudah meninggal. Tapi Dia menyatakan misi utamanya adalah menyelamatkan kita dari dosa kita. Yesus memproklamirkan Dia adalah Mesias yang sudah dijanjikan dan akan mengangkat beban kesalahan kita. Nabi Yesaya telah menulis mengenai Mesias 700 tahun sebelumnya dan memberi kita beberapa tanda atas identitasnya. Namun tanda yang paling sukar dipahami adalah. Mesias adalah manusia sekaligus Allah!. ” Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, …. dan namanya disebut orang: Penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai.” (Yesaya 9:5) Penulis Ray Stedman menuliskan janji Allah atas Mesias,”Sejak permulaan Perjanjian Lama, ada pengharapan yang digambarkan seperti suara langkah kaki yang mendekat: seseorang datang!…. Harapan itu meningkat sepanjang catatan nabi ke nabi yang memproklamirkan tanda-tanda menjanjikan: ada yang datang!”[8] Para nabi telah menyatakan Mesias akan jadi korban dosa sempurna bagi Allah, untuk memuaskan keadilan-Nya. Manusia sempurna ini akan memenuhi kualifikasi untuk mati bagi kita. (Yesaya 53:6) Menurut para penulis Perjanjian Baru, satu-satunya alasan Yesus pantas mati untuk kita adalah karena sebagai Allah, Dia menjalani hidup sempurna secara moral dan tidak berdosa. Sukar untuk mengerti bagaimana kematian Yesus itu menebus dosa-dosa kita. Mungkin analogi yudisial akan memperjelas bagaimana Yesus menyelesaikan dilema, Allah, yang sempurna kasih-Nya dan keadilan-Nya. Bayangkan Anda memasuki ruang sidang, bersalah karena pembunuhan (Anda punya isu serius disini) Ketika Anda mendekati meja, Anda menyadari bahwa hakim itu ayah Anda. Karena tahu dia mengasihi Anda, Anda langsung mulai memohon,”Pak, bebaskan saya!” Dia menjawab,”Aku mengasihimu, nak, tapi saya hakim. Saya tidak bisa membebaskanmu begitu saja.” Akhirnya, dia mengetuk palu dan menyatakan Anda bersalah. Keadilan tidak bisa dikompromikan, paling tidak oleh seorang hakim. Tapi karena dia mengasihi Anda, dia turun dari kursi, membuka jubahnya, dan menawarkan diri untuk membayar denda untuk Anda. Pada kenyataannya, dia menggantikan Anda di kursi listrik. Inilah gambar yang dilukis di Perjanjian Baru. Allah turun memasuki sejarah manusia, dalam bentuk manusia Yesus Kristus dan duduk di kursi listrik (baca: salib) menggantikan kita, untuk kita. Yesus bukanlah pihak ketiga kambing hitam, mengambil dosa kita, tapi Dia adalah Allah sendiri. Lebih jelas lagi, Allah punya dua pilihan: menghakimi dosa kita atau mengambil alih hukuman itu kepada diri-Nya sendiri. Dalam Kristus, Dia memilih yang terakhir. Meski Bono U2 tidak berkehendak jadi teolog, dia secara akurat mengatakan alasan kematian Yesus, “Maksud kematian Kristus adalah Kristus mengambil dosa-dosa dunia, sehingga apa yang kita lakukan tidak kembali lagi kepada kita, dan sifat dosa kita tidak menghasilkan kematian. Inilah alasan utamanya. Hal ini seharusnya membuat kita rendah hati. Bukan perbuatan baik yang membuat kita bisa melewati gerbang surga”[9] Dan Yesus menegaskan hanya Dia satu-satunya, yang bisa membawa kita kepada Allah. Dikatakan, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak seorangpun bisa datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes14:6) Tapi banyak yang berargumentasi klaim Yesus bahwa Dia adalah satu-satunya jalan kepada Allah itu terlalu sempit. Disebutkan ada banyak jalan menuju Allah. Mereka yang percaya bahwa semua agama sama, menolak bahwa kita punya masalah dosa. Mereka tidak menerima perkataan Yesus dengan serius. Mereka mengatakan kasih Allah akan menerima kita semua, apapun yang sudah kita buat. Mungkin Hitler pantas diadili, menurut pandangan mereka, tapi bukan mereka atau yang lain yang “hidup layak”. Ini sama saja mengatakan Allah memberikan nilai, dan semua yang dapat D- atau lebih baik akan masuk (surga). Tapi ini menelurkan dilema. Seperti sudah kita lihat, dosa bertentangan dengan karakter suci Allah. Jadi kita telah menghina (menyinggung) Pencipta kita, yang telah mengasihi kita sampai mengorbankan Anak-Nya bagi kita. Pemberontakan kita sama seperti meludahi muka-Nya.Kebaikan, agama, meditasi, atau karma tibak bisa membayar hutang dosa kita yang telah terjadi. Menurut teolog R. C. Sproul, hanya Yesus sendiri satu-satunya yang mampu membayar hutang itu. Dia menulis, “Musa jadi perantara hukum; Muhammad bisa mengangkat pedang; Buddha bisa memberikan konsultasi personal; Konfusius menawarkan kalimat-kalimat kebajikan; tapi tidak satupun orang ini punya kualifikasi untuk jadi penebus dosa dunia. Hanya Kristus satu-satunya yang pantas mendapat pujian dan pelayanan tidak terbatas.”[10] Pemberian Yang Tidak Semestinya Istilah Alkitab untuk menggambarkan pengampunan gratis Allah melalui pengorbanan kematian Yesus adalah anugerah. Diampuni dan menyelamatkan kita dari apa yang seharusnya kita terima, anugerah dari Allah, memberi kita apa yang seharusnya tidak pantas kita terima. Mari kita tinjau sebentar apa yang Kristus telah lakukan terhadap kita yang tidak bisa kita sendiri lakukan: Allah mengasihi kita dan menciptakan kita untuk berhubungan denganNya.[11] Kita diberi kebebasan untuk menerima atau menolak hubungan itu.[12] Dosa dan pemberontakan kita terhadap Allah dan hukum-Nya telah menciptakan tembok pemisah antara kita dengan Dia.[13] Meski kita pantas dihukum selama-lamanya, Allah telah membayar lunas hutang kita dengan kematian Yesus yang menggantikan kita. Hal ini memungkinkan kita hidup selama-lamanya bersama Dia.[14] Bono memberi kita perspektifnya atas anugerah. “Anugerah melampaui akal dan logika. Kasih menginterupsi, jika Anda suka istilah ini, konsekuensi tindakan Anda, Dalam kasus saya ini benar-benar berita baik, karena saya melakukan banyak hal-hal bodoh… Saya akan mendapat masalah besar jika karma pada akhirnya jadi hakim saya…. itu tidak memaafkan kesalahan-kesalahan saya, tapi saya berpegang pada anugerah. Saya memegang (janji) bahwa Yesus menanggung dosa saya di Kayu Salib, karena saya tahu siapa saya, dan saya berharap saya tidak harus bergantung pada ke-religius-an saya sendiri.”[15] Sekarang kita punya gambaran rencana Allah selama ini. Tapi masih ada satu hal yang belum lengkap. Menurut Yesus dan para penulis Perjanjian Baru, setiap dari kita, secara individu, harus menjawab pemberian cuma-cuma yang ditawarkan Yesus kepada kita. Dia tidak akan memaksa kita menerimanya Anda Sendiri Memilih Akhirnya Kita terus membuat pilihan-pilihan …… apa yang akan dipakai, apa yang akan dimakan, karir, pasangan perkawinan, dan seterusnya. Hal yang sama juga terjadi pada hubungan dengan Allah. Penulis Ravi Zacharias menulis, “Pesan Yesus mengungkap bahwa setiap orang yang datang untuk mencari Allah bukan karena kebajikan kelahiran, tetapi oleh kesadaran pilihan untuk mempersilahkan Dia masuk dan hukum-hukum-Nya mengatur hidupnya.”[16] Pilihan-pilihan kita sering dipengaruhi orang lain. Namun dalam beberapa hal, kita diberi nasihat yang salah. Pada 11 September 2001, enam ratus orang tak bersalah pecaya pada nasihat yang salah, dan menderita konsekuensinya. Kisah nyatanya seperti ini. Seseorang yang sedang ada di lantai 92 tower selatan World Trade Center, baru saja mendengar sebuah jet menabrak tower utara. Kaget karena ledakan, dia menelepon polisi dan meminta instruksi apa yang harus diperbuat. “Kita perlu tahu apakah kita harus keluar dari sini, karena kita tahu ada ledakan,” tanyanya di saluran darurat. Suara di ujung lainnya menasihati dia untuk tidak keluar gedung. “Saya akan menunggu sampai ada pemberitahuan berikutnya.” “Baiklah, ” sang penelepon menjawab. “Jangan keluar gedung.” Kemudian dia menutup telepon itu. Beberapa saat setelah pukul 09.00, sebuah jet lain menabrak lantai 80 di tower selatan. Hampir enam ratus orang di lantai atas tower selatan meninggal. Kegagalan evakuasi dari gedung merupakan salah satu tragedi terbesar hari itu.[17] Ke 600 orang tewas karena mereka menggantungkan diri pada informasi yang salah, walaupun diberikan oleh orang yang mencoba menolong. Tragedi tidak akan terjadi jika ke 600 korban diberi informasi yang benar. Kesadaran pilihan kita terhadap Yesus sangatlah jauh lebih penting daripada menghadapi korban-korban 9/11 yang salah informasi. Taruhannya keabadian. Kita bisa memilih satu dari tiga respon berbeda. Kita bisa tidak memperdulikan Dia kita bisa menolak Dia atau, kita bisa menerima Dia. Alasan kenapa banyak orang hidup dengan tidak mempedulikan Allah adalah mereka terlalu sibuk mendesakkan agendanya sendiri. Chuck Colson seperti itu. Pada usia 39 tahun, Colson menempati kantor disebelah kantor presiden Amerika Serikat. Dia adalah “orang tangguh” Gedung Putih era Nixon, “pembunuh bayaran” yang akan mengambil keputusan-keputusan sulit. Pada tahun 1972, skandal Watergate menghancurkan reputasinya dan dunianya terpecah-belah. Setelah itu dia menulis: “Saya hanya memikirkan diri sendiri. Saya melakukan ini dan itu, saya mencapai tujuan, saya sukses dan saya tidak memberi Allah kehormatan (atas semua keberhasilan itu), tidak pernah berterima kasih kepada-Nya atas pemberian Dia kepada saya. Saya tidak pernah berpikir ada pribadi “tak terhitung superioritasnya” dibandingkan saya, atau jika penah berpikir tentang ke-maha kuasa-an Allah, saya tidak menghubungkannya dengan kehidupan saya.”[18] Banyak orang sama dengan Colson. Sudah terperangkap dalam kecepatan kehidupan dan hanya punya sedikit atau tidak ada waktu untuk Allah. Kendati begitu, tidak mempedulikan tawaran anugerah Allah akan pengampunan punya konsekuensi mengerikan. Hutang dosa kita tetap tidak terbayar. Dalam kasus-kasus kriminal, hanya sedikit sekali yang memperoleh pengampunan penuh (pembebasan). George Burdick, 1915, editor kota New York Tribune, melakukan pelanggaran hukum. President Woodrow Wilson mengumumkan pengampunan penuh terhadap Burdick atas semua kesalahan “diperbuat atau mungkin diperbuatnya”. Yang membuat kasus Burdick bersejarah adalah dia menolak pengampunan itu. Keputusannya membuat kasusnya masuk ke Makamah Agung, yang akhirnya mendukung dan Burdick, menyatakan pengampunan presiden tidak bisa dipaksakan kepada siapapun. Ketika menolak pengampunan penuh Kristus, orang-orang memberi berbagai alasan. Banyak yang mengatakan kurang bukti, Bertrand Russell dan skeptis lain tidak cukup tertarik untuk sungguh-sungguh melakukan investigasi. Yang lainnya menolak melihat lebih jauh karena beberapa orang Kristen munafik yang mereka kenal. Merekamenunjuk orang-orang tersebut menampilkan perilaku tidak berbelas kasihan. Selebihnya menyebutkan inkonsisten sebagai alasan. Dan lainnya masih tetap menolak Kristus karena mereka menyalahkan Allah atas pengalaman sedih atau tragis yang mereka derita. Namun, Zacharias, yang berdebat dengan banyak intelektual di ratusan universitas, percaya, bahwa alasan utama kebanyakan orang menolak Allah adalah moral. Dia menulis: “Seseorang menolak Allah bukan karena tuntutan intelektual, juga bukan karena kelangkaan bukti. Seseorang menolak Allah karena perlawanan moral menolak mengakui kebutuhannya akan Allah.[19] Keinginan kebebasan moral telah menjauhkan C.S. Lewis dari Allah disebagian besar masa kemahasiswaannya. Setelah pencarian akan kebenaran membawanya kepada Allah, Lewis menjelaskan bagaimana menerima Kristus melibatkan lebih dari persetujuan intelektual atas fakta-fakta. Dia menulis: “Orang yang jatuh bukanlah hanya karena mahluk tidak sempurna yang membutuhkan perbaikan: dia pemberontak yang harus menyerahkan senjatanya. Menyerahkan senjata, menyerah, mengatakan Anda minta ampun, menyadari bahwa Anda berada pada jalan yang salah dan siap memulai hidup baru lagi…. itulah yang disebut orang Kristen sebagai lahir baru.”[20] Lahir baru adalah kata yang berarti cara berpikir yang secara dramatis berbalik arah.. Itulah yang terjadi terhadap mantan “pembunuh bayaran” Nixon. Setelah Watergate terbuka, Colson mulai memikirkan tentang hidup secara berbeda. Merasa dia tidak punya tujuan (tidak tahu apa yang harus dilakukan), dia mulai membaca buku “Kekristenan Biasa” (Mere Christianity), ditulis oleh Lewis, yang diberikan seorang teman kepadanya. Dilatih sebagai pengacara, Colson mengambil buku tulis dan menuliskan semua argumen-argumen Lewis. Colson mengingat: “Saya tahu waktunya sudah tiba bagi saya. . Apakah saya akan menerima Yesus Kristus tanpa syarat sebagai Tuhan aas hidup saya. Itu seperti sebuah gerbang untuk saya? Tidak ada jalan untuk melangkah memutarinya. Saya masuk atau saya tetap diluar. Satu ‘mungkin’ atau ‘saya butuh tambahan waktu’ sama dengan memperolok diri sendiri.” Setelah pergulatan di dalam hati, mantan pembantu presiden Amerika Serikat ini akhirnya menyadari Yesus Kristus pantas memperoleh kesetiaan total darinya. Dia menulis: “Kemudian, pada Jumat pagi, ketika saya duduk sendirian melihat ke laut yang saya cintai, kalimat yang saya tidak pasti bisa saya pahami atau katakan meluncur begitu saja dari bibir saya, “Tuhan Yesus, saya percaya Engkau”. Saya terima Engkau. Mohon masuklah dalam hidup saya. Saya berkomitmen kepada-Mu.”[21] Colson menemukan bahwa pertanyaannya, “Siapa saya?” “Kenapa saya ada di sini?” dan “Kemana saya pergi?” Semua terjawab dalam hubungan personal dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus menulis, “Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan.” (Efesus 1:11 ) Ketika kita memasuki hubungan personal dengan Yesus Kristus, Dia mengisi kekosongan dalam hati kita, memberi kita kedamaian, dan memuaskan keinginan kita akan arti kehidupan dan harapan. Dan kita tidak lagi membutuhkan stimultan sementara untuk mengisi kita. Ketika Dia masuk kedalam kita, Dia juga memuaskan keinginan paling dalam dan kebutuhan akan kasih dan kedamaian sejati. Dan hal paling menakjubkan adalah Allah sendiri datang sebagai manusia untuk membayar seluruh hutang kita. Karena itu, kita tidak lagi ditindas hukuman dosa. Paulus menulisnya dengan jelas kepada jemaat Roma, ketika ditulisnya, “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Kolose 1:21b-22a). Jadi Allah melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan sendiri. Kita dibebaskan dari dosa oleh pengorbanan Yesus sampai mati. Ini seperti pembunuh massal datang kepada hakim dan diberikan pengampunan penuh dan menyeluruh. Dia tidak pantas menerima pengampunan itu, dan juga kita. Pemberian kehidupan abadi Allah sepenuhnya gratis —- dan dibagi-bagikan (kepada siapapun yang mau). Tapi meski pengampunan ditawarkan kepada kita, tetap tergantung kepada kita untuk menerimanya (atau tidak). Pilihan ada pada Anda. Apakah Anda ada pada titik dalam hidup dimana Anda akan menerima tawaran gratis Allah? Mungkin seperti Madonna, Bono, Lewis, dan Colson, hidup Anda juga kosong. Tidak satupun yang telah Anda coba bisa memuaskan kekosongan (jiwa) yang Anda rasakan. Allah bisa mengisi kekosongan itu dan mengubah Anda dalam sekejab. Dia telah menciptakan Anda agar Anda mempunyai hidup yang membanjir dengan arti dan tujuan. Yesus mengatakan, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10b) Atau mungkin semua berjalan baik-baik dalam hidup Anda, tetapi Anda tidak bisa istirahat dan tidak ada kedamaian. Anda menyadari Anda telah melanggar hukum-hukum Allah dan terpisah dari kasih dan pengampunan-Nya. Anda takut akan penghakiman Allah. Yesus mengatakan, “Saya pergi dengan memberi kamu berkat –kedamaian pikiran dan hati. Dan kedamaian yang saya beri tidak sama dengan yang diberikan dunia.” Jadi kapanpun Anda lelah akan kekosongan hidup atau terusik oleh ketiadaan perdamaian dengan Pencipta Anda, jawabannya ada dalam Yesus Kristus. Ketika Anda percaya dalam Yesus Kristus, Allah akan mengampuni semua dosa-dosa Anda – di masa lalu, sekarang, dan masa depan dan menjadikan Anda anak-anak-Nya. Dan sebagai anak yang dikasihi-Nya, Dia memberi Anda tujuan dan arti kehidupan di bumi dan menjanjikan kehidupan abadi bersama-Nya. Firman Tuhan, “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.” (Yohanes 1:12) Pengampunan dosa, tujuan hidup, dan kehidupan abadi semuanya untuk Anda jika Anda memintanya. Anda bisa mengundang Kristus memasuki hidup Anda sekarang ini dengan iman melalui doa. Berdoa adalah berbicara dengan Allah. Allah tahu hati Anda dan tidak terlalu memperhatikan kata-kata Anda karena Dia melihat sikap hati Anda. Di bawah ini ada saran doa: “Ya Allah, saya ingin mengenal-Mu secara pribadi dan hidup abadi bersama-Mu. Terima kasih, Tuhan Yesus, karena mati di kayu salib bagi dosa-dosa saya. Saya buka pintu kehidupan saya dan menerima Engkau sebagai Penyelamat dan Tuhan. Ambil hidup saya dan ubah saya, jadikan saya orang yang Engkau kehendaki.” Apakah doa ini mengekspresikan keinginan hati Anda? Jika ya, berdoalah seperti saran di atas dalam bahasa Anda sendiri. Jika Anda sudah meminta Yesus Kristus masuk dalam hidup Anda, kami mendorong Anda untuk mulai membaca Firman (Alkitab) dan bergabung dengan yang lain yang juga ingin hidup untuk Dia. Sangat penting bagi Anda untuk belajar rahasia-rahasia kehidupan indah yang Allah rencanakan bagi Anda. Di bawah ada studi Alkitab yang akan membantu Anda menghubungkan potongan-potongan rencana indah-Nya bagi Anda dan bagi pertumbuhan iman Anda. Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian? Pertanyaan terbesar masa kini adalah, “Siapa sebenarnya Yesus Kristus? Apakah dia hanya seorang luar biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti dipercayai oleh para muridNya: Paulus, Johannes, dan yang lainnya? Para saksi mata berbicara dan bertindak sepertinya mereka percaya Dia bangkit secara fisik dari kematian setelah penyalibannya. Jika mereka salah maka kekristenan didirikan diatas kebohongan. Tapi jika mereka benar, mukjizat itu memperkuat semua yang Yesus katakan mengenai ALLAH, diri-Nya, dan kita. Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan iman saja? Apakah ada bukti historis yang kuat? Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah. Apa yang mereka temukan? Apa Ada Konspirasi Da Vinci? “Senyum Monalisa” menginvestigasi teori besar dunia tentang konspirasi, Yesus Kristus. Yesus dan Maria Magdalena menikah Apakah (Kaisar) Constantine memerintahkan penghancuran catatan yang sebenarnya mengenai Yesus Kristus dan menciptakan Dia sebagai Allah yang dipuja orang Kristen sekarang?
ENDNOTES
1. Ravi Zacharias, Jesus Among Other Gods (Nashville: Word, 2000), 38.
2. J. I. Packer, Knowing God (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1993), 189.
3. The Hebrew Scriptures sometimes join Yahweh (Jehovah) with an additional word to emphasize God’s dealing with man. “Yahweh Elohim” and “Adonai Yahweh” are translated “Lord God,” and “Yahweh Sabaoth” is translated “Lord of hosts.” (C.I Scofield, The Scofield Reference Bible (New York: Oxford University Press, 1996), 6, 983.
4. Ray C. Stedman, Adventuring Through the Bible (Grand Rapids, MI: Discovery House, 1997), 479.
5. Ego eimi is the Greek equivalent of the Hebrew name Isaiah used to describe God in Isaiah 43:10, 11. Dr. James White notes, “The closest and most logical connection between John’s usage of ego eimi and the Old Testament is to be found in the Septuagint rendering of a particular Hebrew phrase, ani hu in the writings (primarily) of Isaiah. The Septuagint translates the Hebrew phrase ani hu as ego eimi in Isaiah 41:4, 43:10 and 46:4.” (http://www.aomin.org/EGO.html)
6. Lewis, 157.
7. Packer, 198.
8. Why I am a Christian, Norman L. Geisler, Paul K. Hoffman, eds, “Why I Believe Jesus is the Son of God” (Grand Rapids, MI: Baker Books, 2001), 223.
9. Packer, 57.
10. C.S. Lewis, Mere Christianity (San Francisco: HarperCollins, 1972), 51.
11.xists in three distinct, equal Persons: the Father, the Son, and the Holy Spirit (trinity). No earthly analogy can adequately explain how one God can exist as three Persons. However, two scientific examples illustrate how one entity can exist in multiple forms.
1. Light exists as a duality, appearing in nature as both a wave and a particle.
2. The H20 molecule is one essence, yet exists as steam, water, and ice. The God of the Bible, however, is beyond our full comprehension, being infinite, eternal, immutable, omniscient, omnipresent, and omnipotent.
13. Lewis, God in the Dock, 80. 14. Lewis, Mere Christianity, 52. Permission to reproduce this article: Publisher grants permission to reproduce this material without written approval, but only in its entirety and only for non-profit use. No part of this material may be altered or used out of context without publisher’s written permission. Printed copies of Y-Origins and Y-Jesus magazine may be ordered at: www.JesusOnline.com/product_page © 2007 B&L Publications. This article is a supplement to Y-Jesus magazine by Bright Media Foundation & B&L Publications: Larry Chapman, Chief Editor.

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis