17 Desember 2009

FIRMAN KEPADA MEREKA YANG RAGU-RAGU

Sumber : Elia Stories

Kakek saya -- dari pihak ibu -- telah mengisap rokok hampir di sepanjang kehidupannya. Saya ingat ketika masih kanak-kanak, saya mendengar batuknya yang kuat dan kadang-kadang membuatnya tidak dapat bernapas. Saya mengkhawatirkannya. Saya tidak ingin ia meninggal tanpa menerima kasih dan pengampunan serta keselamatan dari Juru Selamat.

Jadi, pada suatu kesempatan yang sangat jarang, yakni ketika orang tua saya mengizinkan saya dan saudara saya tinggal di rumah bersama kakek sementara mereka menghadiri kebaktian gereja Minggu sore, saya mengerahkan keberanian untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang terus-menerus ada dalam benak saya: "Kakek," saya bertanya dengan takut-takut, "apakah kakek berpikir bahwa kakek akan pergi ke surga kalau nanti kakek meninggal?"

Dia berhenti merokok dan mengetukkan ujung rokok di asbaknya yang sudah penuh abu, dan menjawab dengan suara datar dan parau, "Oh, aku harap aku akan ke sana."

"Apakah kakek memiliki Yesus dalam hati kakek?" tanya saya dengan harap-harap cemas.

"Jangan khawatir," jawab kakek saya dengan tersenyum. "Kupikir Dia akan membiarkan aku."

Ketika kembali bersandar di sofa, hati saya tidak tenang. Sepanjang yang dapat saya ingat, saya berdoa untuknya setiap malam sebelum tidur. Apakah Yesus menjawab doa saya?

Pada waktu saya berumur sekitar 15 tahun, kakek saya memutuskan untuk berhenti merokok. Pada suatu hari, kakek bercerita kepada nenek bahwa ia telah menyingkirkan semua bungkus rokoknya dan tidak akan pernah merokok lagi. Namun, pengaruh rokok terhadap tubuhnya karena kebiasaan yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun itu tidak dapat diperbaiki. Tidak lama setelah keputusannya yang mengejutkan untuk lepas dari tembakau, kakek pun didiagnosis terkena kanker. Saya masih berdoa untuknya, dan sekarang saya punya waktu yang terbatas, 6 bulan.

Kakek masih menolak untuk menerima pertolongan yang ditawarkan Sang Juru Selamat. Teman-teman dan keluarga berbicara kepadanya tentang realita kebutuhan rohaninya. Namun, dia menolak mereka dengan sikap yang sama, yang pernah ia lakukan ketika saya dulu bertanya kepadanya. Saya takut dengan penolakan kakek pada waktu itu, ketika takdir kekalnya berada tepat di persimpangan, bahwa ia akan terhilang selamanya. Akan tetapi Yesus, Penolong yang murah hati, akan melakukan usaha apa pun untuk mencegah hal itu terjadi.

Masa 6 bulan yang ditentukan bagi kakek telah berlalu. Kakek merespons pengobatan dengan baik, tapi kekuatannya pelan-pelan melemah. Setelah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena pneumonia (radang paru-paru), kakek mulai menghadiri gereja kapan saja ia merasa kondisinya memungkinkan untuk pergi. Di sanalah ia bertemu dengan Benjamin, seorang anak laki-laki yang memberi perhatian khusus kepada kakek dan sering memeluk dan menciumnya. Kakek mulai membawakan permen untuk Benjamin, dan hal itu memperkuat hubungan mereka. Dua teman sedang membangun hubungan.

Suatu saat ketika Benjamin tahu bahwa kakek kembali dirawat di rumah sakit karena pneumonia, ia menjadi gelisah dan meminta orang tuanya membawanya menjenguk Kakek Wold. Kakek hanya dirawat sebentar. Jadi, ketika Benjamin datang menjenguk, kakek sudah ada di rumah. Di ruang tamu itulah, dalam keadaan lelah dan lemah karena sakit, kakek saya menangis saat Benjamin bertanya apakah dia sudah memiliki Yesus di dalam hatinya. Kakek menjawab bahwa dia belum punya Yesus, dan Benjamin mendorong kakek supaya ia meminta Yesus menjadi Juru Selamatnya. Kakek pun setuju, dan Benjamin memimpin kakek saya dalam sebuah doa singkat yang mengundang Yesus untuk datang ke dalam hati kakek dan mengampuni dosa-dosanya.

Setelah doa tersebut, kakek berbicara dengan bebas mengenai imannya di dalam Yesus. Kesombongannya berubah menjadi iman.

Kasih sayangnya yang bertahun-tahun dijaga dengan hati-hati, kini mengalir dengan bebas. Dan, dia menyebutkan dari waktu ke waktu bahwa ia menyesal telah menunggu begitu lama untuk menerima kelegaan dari pengampunan Yesus dan menerima kelepasan dari kasih-Nya.

Beberapa tahun kemudian, tepat sebelum meninggalkan rumah untuk tahun terakhir saya di universitas, saya mengatakan sesuatu yang ternyata merupakan ucapan selamat tinggal saya yang terakhir kepada kakek. Hampir 7 tahun sejak kakek didiagnosis terserang kanker, sekarang waktunya di dunia ini sungguh-sungguh hampir berakhir. Dengan penuh kesedihan, saya berbisik di telinganya sambil memeluk tubuhnya yang lemah, "Selamat tinggal, Kek. Saya mengasihi Kakek. Saya akan melihat Kakek lagi di surga." Beberapa minggu kemudian, Juru Selamat menyelamatkan kakek dari kanker dan membawanya pulang ke rumah-Nya.

Sebagai orang yang menunggu untuk diselamatkan sampai saat terakhir hidupnya di dunia, kakek saya tidak ingin orang lain yang ia kenal melakukan hal yang sama seperti yang telah ia lakukan. Dengan tenang, ia mengingatkan bahwa orang-orang yang menolak terlalu lama akan kehilangan selamanya. Dan, sebagai orang yang diselamatkan menjelang akhir hidupnya, dia menginginkan saya memberi tahu Anda: saat ini adalah waktu terbaik yang pernah ada untuk mengundang Juru Selamat -- Juru Selamat yang dapat menenangkan laut yang bergolak, angin ribut, dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang.

Diambil dari: Judul buku: Bagaimana Saya Tahu Jika Yesus Mengasihi Saya?/ Judul buku asli: If Jesus Loves Me, How Do I Know?/ Penulis: Christine A. Dallman dan J. Isamu Yamamoto/ Penerjemah: Dwi Prabantini/ Penerbit: Yayasn ANDI, Yogyakarta 2003/ Halaman: 9 -- 11

Artikel Lain:

- Benarkah Dengan Membayar Perpuluhan Semua Beres?

- Bersandar Allah Adalah Pondasi Yang Tak Tergoncang

- Ia Melihat Wajah Allah Bersinar

- Jangan Seperti Orang Bebal

cid:image001.gif@01C7E2A7.B636D0D0 Ingin berlangganan gratis “Elia’s Stories” kirimkan email kosong ke elia-stories-subscribe@yahoogroups.com atau click Sign Up, selanjutnya, ‘reply’ balasan dari yahoogroups sebagai konfirmasi

Renungan: Christmas – Holiday Season

Batu-Batu Tersembunyi Dalam Pondasi Kita.

Roma, 180 Masehi

Di sebuah propinsi kecil di bagian utara Afrika di dalam wilayah kekuasaan Romawi, Marcus Aurelius, sebagai seorang kaisar. Seperti halnya kaisar-kaisar pendahulunya, Commodus meminta kesetiaan tanpa syarat dari semua rakyat Romawi. Mereka yang menentang Kaisar Romawi biasanya menemui ajalnya di ujung pedang atau di kandang singa.

Di suatu hari yang panas di bulan Juli di Scillium, tiga orang pria dan tiga orang wanita berdiri terbelenggu di depan gedung gubernur propinsi. Mereka di dakwa karena tidak memberikan kesetiaan penuh mereka kepada Kaisar Romawi. Ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk meninggalkan iman mereka di dalam Yesus Kristus dan bersumpah setia kepada Commudus. Tinggalkan atau mati adalah satu-satunya piihan mereka. “Ketika kamu memperkatakan yang jahat atas pemujaan kami yang suci, aku tidak peduli,” kata Saturnius, sang gubernur. “Sebagai gantinya, bersumpahlah untuk kaisar kita yang jenius!”

Speratus, berbicara mewakili kelompok terdakwa ini, berkata, “Aku tidak mengenal kekaisaran dunia ini, tetapi aku lebih memilih melayani Tuhan, yang tidak ada seorangpun pernah melihat dan dapat melihat!”

Saturnius mulai menghina keenam orang Kriten ini. Mereka menyebut mereka gila. Sang gubernur berteriak. Ia meminta pada mereka. “Hentikan keyakinan ini,” katanya kepada mereka.

“Apakah kamu tetap Kristen?” ia bertanya.

“Saya seorang Kristen,” Speratus menjawab. Yang lain telah menyuarakan kasih mereka pada Kristus.

“Berpikirlah kembali dan tunggulah 30 hari lagi,” Saturnius memohon pada kelompok ini.

Meskipun demikian masing-masing dari mereka bersikeras, “Aku seorang Kristen!”

Perdebatan telah berakhir. Tidak seorangpun goyah. Maka Saturnius membacakan putusan untuk hukuman mereka.

“Speratus, Nartalus, Cittimus, Donata, Vestia, Secunda dan lainnya telah mengakui diri sebagai seorang Kristen. Karena mereka dengan keras kepala menentang, setelah ditawarkan sebuah kesempatan untuk kembali pada adat Romawi, maka diputuskan menghukum mereka dengan pedang.”

Speratus menyatakan, “Kami bersyukur pada Tuhan.”

“Hari ini kami adalah para martir di surga, bersyukur pada Tuhan,” kata Nartalus.

Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.Matius 7:1-2

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis