6 Juni 2012

Hosea Menikah dengan Pelacur

Sumber :http://www.sarapanpagi.org/hosea-menikah-dengan-pelacur-vt2...

Pengantar :
Hosea adalah nabi yang dipanggil melayani Tuhan pada abad ke-8
SM di kerajaan Israel Utara, dengan ibu kota Samaria, yang
diperintah oleh Raja Yerobeam II. Secara politik dan ekonomi,
keadaan Israel Utara sangat baik. Namun, keadilan sama sekali
tidak terlaksana. Orang kaya menindas orang miskin. Bahkan, di
pengadilan, si kaya atau orang penting akan dengan mudah
menyogok pejabat untuk menindas kaum lemah.

Kerajaan itu sudah sangat murtad kepada Tuhan. Mereka
menyembah ilah-ilah yang menjijikkan dan melupakan Tuhan.
Yerobeam sendiri beribadah kepada anak lembu emas. Dalam
kondisi seperti itu, Allah mengutus hamba-Nya, Hosea, untuk
memperingatkan bangsa itu agar berbalik kepada Tuhan.
Pada awal pelayanan Hosea, Tuhan menyuruhnya menikah
dengan seorang pelacur bernama Gomer.

Pernikahan itu melambangkan hubungan antara kasih Allah dan umat Israel yang
murtad. Hosea yang senantiasa mengasihi Gomer melambangkan
Allah yang senantiasa mengasihi umat Israel sekalipun mereka
telah meninggalkan-Nya dengan menyembah banyak ilah. Gomer,
sang pelacur yang telah menjadi istri Hosea, melambangkan umat
Israel yang tidak setia kepada Tuhan.

Dalam hal itu, kasus pernikahan Hosea dengan Gomer akan
dibahas untuk mengetahui makna serta implikasinya bagi
kehidupan anak-anak Tuhan masa kini. Karena banyak orang yang
tidak mengerti mengapa Tuhan menyuruh Hosea menikah dengan
pelacur, beberapa pendapat seputar pernikahan itu perlu
dikemukakan lebih dahulu.

Empat Pendapat tentang Pernikahan Hosea :
Sejauh ini ada empat pendapat yang berbeda (Wood Leon J., The
Prophets of Israel. Grand Rapids: Michigan, 1984, p. 278- 279).
Pertama, kelompok yang mengatakan bahwa pernikahan itu tidak
benar terjadi. Itu hanya sebuah penglihatan atau simbol yang
melambangkan hubungan antara Allah dan umat Israel yang tidak
setia. Dasar pemikirannya adalah tidak mungkin Allah menyuruh
seorang nabi menikah dengan perempuan pelacur. Kalau larangan
itu diterapkan kepada imam (Imamat 21:7, 14, lihat Mitsvot No.
379), otomatis berlaku juga untuk Hosea sebagai nabi. Ditambah
pula, jika Allah menyuruh Hosea menikah dengan pelacur,
pelayanan Hosea akan menjadi rusak.

Namun, Wood dengan jitu menjawab argumen itu. Ia berkata
bahwa tidak ada indikasi apa pun yang menunjukkan hal itu
sebagai visi atau simbol. Itu benar-benar kisah nyata yang
diperlihatkan dengan detail-detailnya seperti, Gomer anak Diblaim,
mengandung anak ketiga setelah anak kedua disapih, dan semua
anak itu dijelaskan jenis kelaminnya, satu laki-laki dan dua
perempuan.

Kedua, kelompok yang mengatakan bahwa pernikahan itu
memang benar terjadi, tetapi Gomer bukan seorang pelacur,
melainkan berdosa karena menyembah banyak dewa, sama seperti
umat Israel. Alasan itu dikemukakan agar kita terhindar dari
kesulitan moral sebagaimana dikemukakan oleh pandangan
kelompok pertama.

Dalam hal itu pun, Wood menjawab dengan tangkas, yaitu apakah
dosa etika lebih berat daripada dosa penyembahan berhala? Selain
itu, jika dosa Gomer bukan menyangkut etika, tetapi penyembahan
berhala, sama seperti umat Israel, perkawinan itu tidak dapat lagi
disebut sebagai simbol antara hubungan Allah dan umat Israel.
Ketiga, pernikahan itu benar terjadi, tetapi pada mulanya Gomer
bukanlah seorang pelacur. Setelah mereka menikah, barulah ia
menjadi pelacur. Dasar pemikirannya adalah bahwa karena
pernikahan itu benar terjadi, sedangkan Allah tidak mungkin
menyuruh Hosea menikah dengan perempuan pelacur. Berarti,
secara logika, Gomer menjadi pelacur setelah ia menikah dengan
Hosea. Dengan demikian, kita terhindar dari kesulitan moral yang
dikemukakan oleh kelompok pertama. Pernyataan itu didasarkan
pada simpulan logis.


Namun, simpulan logis tidak menjamin kebenaran. Perlu dipahami
bahwa Hosea 1:1-9 merupakan sebuah narasi. Oleh karena itu,
semua kisah yang dijelaskan dalam ayat-ayat itu harus dipahami
secara harfiah, kecuali nas tersebut dengan terang-terangan
menyebutkan harus dipahami sebagai simbol atau perlambang.
Dalam hal itu, firman Tuhan nyata-nyata menyuruh Hosea
menikah dengan seorang perempuan sundal (pelacur). Untuk lebih
jelasnya, lihatlah perintah Tuhan berikut.

"Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea,berfirmanlah la kepada Hosea: 'Pergi/ah, kawini/ah seorang
perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena
negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan'" (Hosea
1:2).

Tuhan tidak berkata, "Menikahlah dengan perempuan yang akan
menjadi pelacur!" Jika Gomer belum menjadi pelacur pada saat
dinikahi Hosea, apa keberatannya jika Tuhan berkata,
"Menikahlah dengan perempuan yang akan menjadi pelacur!"
supaya tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari?
Memang ada yang menafsirkan bahwa ayat itu bukan kalimat
langsung dari Tuhan, melainkan kalimat yang dituliskan Hosea
sendiri beberapa tahun setelah peristiwa itu. Jadi, Hosea tidak
persis sama menuliskan kalimat yang dari Tuhan, tetapi membuat
kalimat sendiri berdasarkan pengalamannya bahwa Gomer di
kemudian hari, setelah menikah, menjadi pelacur (Kaiser, Jr.
Walter C. 1988 Hard Saying of Old Testaments, Downers Grove:
Intervarsiti Press, p 217).

Itu pun jelas penafsiran! Namun, anggap saja penafsiran itu berlaku
untuk Hosea 1:2, tetapi bagaimana dengan Hosea 3:1? Dalam ayat
itu, Hosea benar-benar mengetahui perempuan seperti apa Gomer
itu. Selain suka bersundal, ia juga telah berzina dengan laki-laki
lain. Bagi seorang Israel, Tuhan menghukum keras perzinaan
dengan hukuman mati (Imamat 20:10, Ulangan 22:22, Yohanes
8:5). Dalam kaitan itu, bandingkan juga jawaban yang
dikemukakan oleh WS Lason (Lason, WS. 1994. Pengantar
Perjanjian Lama 2, Jakarta, BPK Gunung Mulia, p. 213-219).
Di samping itu, dari cara penulisan Hosea dalam pasal 2:1 itu,
justru lebih tepat jika ditafsirkan bahwa ia tidak membuat kalimat
sendiri, tetapi menulisulangkan kalimat dari Tuhan. Hal itu nyata
dari bentuk kalimatnya yang bersifat langsung, bukan kalimat tidak
langsung.

Jika sebuah ayat yang gamblang dan mudah dimengerti saja harus
ditafsirkan supaya memenuhi syarat logika, hampir dipastikan
semua ayat yang berkaitan langsung dengan apa yang dipersoalkan
dalam ayat pertama itu harus ditafsirkan untuk mendukung
penafsiran awal. Jadi, jelasnya, simpulan kelompok itu hanyalah
bersifat penafsiran semata-mata karena merasa tidak terjerat
dengan persoalan moral yang dikemukakan kelompok pertama.
Keempat , adalah pandangan yang paling tepat berdasarkan
Alkitab, yaitu bahwa Gomer telah menjadi pelacur sebelum
dinikahi Hosea. Sebagaimana telah disebutkan, Hosea 1:1-9
merupakan narasi. Jadi, secara hermeneutik, harus dipahami
secara harfiah pula. Persoalan moral yang dikemukakan kelompok
pertama dan ketiga sebenamya masih dapat dipertanyakan.
Bahkan, menurut Hill dan Walton, sesungguhnya pernikahan
Hosea itu tidak tercemar secara moral (Hill, Andrew E. & Walton
John H. 1996. Survey Perjanjian Lama . Malang: Gandum Mas, p.
596).


Mengapa masih dapat dipertanyakan? Sebab kategori hukum
moral pasti bersifat umum dan absolut, dan harus sesuai dengan
konteks. Sebagai contoh, larangan untuk berzina. Seandainya
larangan menikah dengan pelacur berlaku umum pada zaman
Perjanjian Lama, Tuhan pasti memberlakukan larangan itu bagi
semua umat Israel. Kenyataannya, larangan menikah dengan
pelacur hanya diberlakukan untuk para imam saja, sedangkan
untuk orang di luar imam tidak.

Larangan itu juga tidak dapat dikenakan secara langsung kepada
para nabi. Dalam Perjanjian Lama, jabatan nabi berbeda dengan
jabatan imam. Kalau begitu, larangan dalam Imamat 21:7,14 yang
hanya berlaku khusus untuk para imam, pasti disebabkan oleh
unsur tertentu, yaitu menyangkut jabatan mereka sebagai imam
(Reff. Mitsvot No. 379). Karena jabatan imam berbeda dari
jabatan nabi dalam konteks Perjanjian Lama, larangan itu tidak
dapat diterapkan untuk para nabi.

Jika ada orang yang mengatakan bahwa pelayanan Hosea akan
menjadi batu sandungan karena perkawinannya itu, hal itu sama
sekali tidak benar. Justru, pada saat itu, umat Israel memang sudah
murtad. Mereka tidak mau bertobat lagi. Jadi, dari pihak Allah,
dengan pernikahan Hosea yang aneh itu, sesungguhnya Ia sedang
menegur (menempelak) kekerasan hati mereka. Mereka
semestinya bertanya-tanya mengapa Hosea yang saleh itu, yang
selama itu jelas menunjukkan kasih setianya kepada Tuhan, secara
tiba-tiba menikah dengan seorang perempuan sundal?
Jika hati mereka cukup terbuka dan bertanya kepada Hosea apa
yang sedang terjadi, Hosea tentu akan menjelaskan bahwa semua
itu dilakukannya karena disuruh Tuhan sebagai teguran keras
kepada mereka, sebelum hukuman pembuangan berlangsung.
Gomer, perempuan sundal itu, sesungguhnya adalah umat Israel
sendiri.

Kondisi Krisis Membutuhkan Teguran Aneh:
Dalam zaman Perjanjian Lama, umat Israel sering murtad dari
Tuhan. Puncak pemurtadan itu terjadi pada zaman raja-raja.
Dalam situasi yang demikian, Tuhan menyampaikan firman-Nya
bukan -lagi sekadar melalui kata-kata. Kata-kata saja tidak lagi
mempan terhadap bangsa yang telah ratusan tahun menulikan
telinganya dari suara Tuhan melalui nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu,
Allah menegur mereka melalui peristiwa-peristiwa yang aneh dan
sukar dimengerti secara umum.

Peristiwa-peristiwa itu sering berupa perlambang, yang
diperagakan oleh para nabi-Nya di depan umat Israel. Terkadang
peristiwa itu sangat sukar diterima akal manusia sebab sering tidak
sesuai dengan Hukum Taurat, dan menurut sebagian orang,
melanggar moral. Demikianlah, Tuhan menyuruh Hosea menikah
dengan Gomer, seorang pelacur, sebagai simbol atas sikap Allah
yang sangat mengasihi umat Israel Utara yang saat itu sudah sangat
merosot kerohanian dan moralnya.
Beberapa contoh lain yang mirip dengan peristiwa itu adalah
sebagai berikut.

1. Yesaya disuruh Tuhan berjalan telanjang dan tidak berkasut
selama tiga tahun (Yesaya 20:2-3). Hal itu merupakan simbol atau
perlambang bagi Mesir dan Etiopia bahwa suatu saat nanti Asyur
akan menggiring dan menawan mereka dengan telanjang (Yesaya
20:4). Tuhan dengan sengaja mempertontonkan Yesaya secara
telanjang di hadapan umat Israel sebab Tuhan sudah bosan
berbicara kepada mereka melalui kata-kata. Dalam hal itu, Israel
Selatan, yang sedang ditekan bangsa Asyur, selalu bersandar pada
pertolongan Mesir. Padahal, Tuhan sudah berulang-ulang menegur
mereka supaya jangan bersandar pada Mesir, melainkan kepada
Tuhan saja. Jadi, Tindakan simbolis dari Yesaya itu merupakan
teguran keras kepada umat Yehuda bahwa bangsa yang mereka
andalkan itu justru akan menjadi tawanan Asyur.

2. Yeremia yang disuruh Tuhan membeli buli-buli di hadapan para
tua-tua Israel, lalu memecahkannya di hadapan mereka juga
sebagai tanda bahwa Tuhan akan memecahkan kerajaan Yehuda
(Yeremia 19:1-15).

3. Yehezkiel, di depan tua-tua Israel di pembuangan, disuruh
Tuhan membawa barang-barangnya pada siang hari di atas
bahunya seperti kelakuan seorang buangan, lalu melubangi tembok
pada malam hari dan keluar dari lubang itu pada malam itu juga
sebagai lambang kejatuhan Kerajaan Yehuda (Yehezkiel 12).
Tuhan menyuruh demikian sebab umat Israel yang sudah di¬buang
lebih dahulu ke Babel lebih percaya kepada para nabi palsu yang
mengatakan bahwa dalam dua tahun mereka akan kembali ke
Yerusalem, dan bahwa kerajaan Yehuda yang saat itu dipimpin
oleh Zedekia tidak akan dibawa ke pembuangan. Tuhan juga
menyuruh Yehezkiel membakar rotinya di atas kotoran, di hadapan
mereka, sebagai simbol keadaan umat Yehuda di pembuangan
yang akan memakan makanannya dengan makanan najis
(Yehezkiel 4).

Pemulihan yang Bermakna Ganda :
Walaupun umat Israel dinyatakan telah murtad, tetapi sejak awal
panggilan Hosea, Allah telah menjanjikan pemulihan. Janji
pemulihan itu disampaikan dalam nama-nama keluarga Hosea
sendiri.
Sebagaimana dilaporkan Hosea, ada tiga anak yang dilahirkan
Gomer.

- Anak pertama bernama Yizreel, jelas sebagai anak dari Hosea
(1:3).
- Anak kedua bernama Lo-Ruhama, artinya tidak disayangi.
- Anak ketiga bernama Lo-Ami yang, artinya bukan umat-Ku
(Hos. 2:3).
Kedua anak terakhir itu bukan anak-anak Hosea, melainkan hasil
dari persundalan Gomer.

Telah disebutkan bahwa pernikahan Hosea serta nama
anak-anaknya itu memiliki arti simbolis, yang melambangkan kasih
Allah terhadap umat Israel yang murtad. Namun, karena
perlambangan tersebut merupakan sebuah adegan peragaan hidup
yang nyata, bukan hanya sekadar kata-kata simbolis, makna dari
peragaan itu secara keseluruhan, selain berlaku secara simbolis,
juga berlaku bagi oknum yang memperagakan. Jadi, pemulihan
yang dijanjikan Tuhan bagi umat Israel berlaku juga bagi keluarga
Hosea.

Kalau pada mulanya kedua anak itu tidak disayangi (Lo-Ruhama)
dan bukan umat Allah (Lo-Ami) karena mereka merupakan
anak-anak sundal (Hosea 1:2; 2:3), pada akhimya Lo-Ruhama
akan menjadi Ruhama dan Lo-Ami akan menjadi Ami (Hosea
1:12; 2:22). Itu terjadi tentu karena anugerah-Nya, yang
mengaruniakan pertobatan kepada kedua anak itu.
Bagaimana dengan Gomer sendiri? Gomer dipulihkan setelah lebih
dahulu dibeli dari perbudakan oleh Hosea (3:1, 2; 2:18, 19). Gomer
pada akhimya menyadari bahwa hanya Hosealah yang sungguhsungguh
mengasihinya (2:6).

Jelaslah bahwa tindakan Allah menyuruh Hosea menikah dengan
Gomer, sang pelacur, bukan bermaksud mempermalukan Hosea,
juga bukan merupakan dosa moral sebagaimana diyakini banyak
orang, melainkan kasih Allah yang ajaib dan agunglah yang
melandasi semua tindakan itu. Gomer dan ketiga anak-anaknya,
Yizreel, Lo-Ruhama, dan Lo-Ami, sekarang telah bersama dengan
Bapa Surgawi, di kediaman-Nya. Dalam hal itu, umat Israel
men¬jadi mengerti betapa dalam kasih-Nya kepada mereka
melalui alat peraga pernikahan Hosea itu.

Rela Dipakai demi Mewujudkan Kasih Allah
Semua rencana Allah yang agung itu dapat berhasil karena ada
seseorang yang taat pada panggilan Tuhan dan rela menanggung
beban di pundaknya. Orang itu adalah Hosea, seorang yang penuh
kasih dan penuh kesabaran menanti pertobatan istri dan
anak-anaknya.

Pernikahan itu pada mulanya memang sangat menyulitkan dan
menyakitkan bagi kehidupan pribadi sang nabi. Betapa tidak,
Hosea yang taat dan penuh belas kasih itu harus merelakan dirinya
terhadap kemungkinan dicemooh dan dipermalukan oleh orang lain
karena menikahi Gomer. Mungkin keluarganya menganggap Hosea
telah jatuh ke dalam rayuan gombal seorang pelacur atau dosa
percabulan telah menjerat dirinya sehingga menikahi Gomer!
Bahkan, bukan mustahil orang-orang sezamannya memberi alasan
bahwa ketidakbertobatan mereka disebabkan perilaku sang nabi
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat umum pada
waktu itu. Mungkin masih banyak alasan lainnya yang
dikemukakan untuk menjatuhkan nama Hosea.

Namun, Hosea tidak memedulikan semua itu. Baginya, yang
terutama adalah mendengar dan menaati suara Tuhan! Ia tahu
bahwa Allah pasti baik terhadap umat Israel, ia sendiri, dan juga
rumah tangganya. Di samping itu, sebagai hamba Tuhan, Hosea
tentu mengerti bahwa tindakan yang sesuai dengan norma-norma
masyarakat umum belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bahkan, norma umum justru sering menghambat pekerjaan Allah
di bumi. Sebaliknya, tindakan yang berlawanan dengan
norma-norma umum juga tidak selamanya melawan kehendak
Allah. Pada zaman Tuhan Yesus, sekelompok orang membawa
orang lumpuh dengan membuka atap rumah orang lain, yang
sesungguhnya tidak sopan dan berlawanan dengan norma-norma
umum. Namun, Tuhan Yesus malah memuji tindakan mereka itu
sebagai beriman. Oleh sebab itu, Hosea tahu bahwa di balik semua
penderitaan itu pasti ada rencana Allah yang agung dan ajaib
walaupun mungkin hal itu pada mulanya masih samar-samar bagi
Hosea

Iman yang agung itulah yang rupanya meneguhkan dan
menghiburkan hati Nabi Hosea. Bertahun-tahun, bahkan mungkin
belasan tahun, Hosea menanggung penderitaan yang berat akibat
sikap Gomer yang terus saja melacurkan dirinya. Hatinya tentu
amat pedih menerima kenyataan bahwa dua bayi yang dilahirkan
oleh Gomer bukan anaknya sendiri, melainkan hasil dari
persundalan Gomer. Walaupun demikian, kedua anak itu sangat
dikasihinya sebagaimana ia mengasihi anaknya sendiri. Justru,
kedalaman kasih ilahi yang diterapkan Hosealah yang menjadi
benih perangsang bagi pertobatan kedua anak itu pada akhimya.
Ketika Gomer menjadi budak akibat terbelit utang-utangnya, yang
mungkin disebabkan sikap hidupnya yang boros, Tuhan kembali
menyuruh Hosea mengambilnya dan mencintainya. Hosea pun,
dengan penuh dedikasi kepada Sang Majikan, melakukan
semuanya secara tuntas. Dalam semua penderitaan batin itu, tidak
sekali pun Hosea kedapatan mengeluh kepada Tuhan! Ketaatan
sepenuhnya yang didasari oleh iman yang teguh sudah menjadi ciri
khas Nabi Hosea sepanjang hidupnya.

Ternyata benar, ketaatan Hosea itu mendapat pahala yang tidak
ternilai harganya. Peragaan itu akhimya membuahkan nilai-nilai
kekal, yaitu pemulihan jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan,
yaitu umat Israel dan terutama keluarganya, sebagai sebuah kisah
hidup yang berakhir dengan manis (happy ending).

Pelajaran yang Dipetik:
Kasus pernikahan Hosea dan Gomer memberikan masukanmasukan
berharga bagi anak-anak Tuhan sebagai berikut.
1. Dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan sering menyuruh hambahamba-
Nya, khususnya para nabi, melakukan sesuatu perkara
yang melambangkan kasih, kuasa, dan murka Allah kepada umat
manusia, khususnya kepada umat Israel. Misalnya, pernikahan
Hosea merupakan simbol dari kasih-Nya yang ajaib kepada umat
Israel yang membelakangi-Nya. Pekerjaan tukang periuk
melambangkan kuasa Tuhan atas umat Israel dan atas semua
bangsa (Yeremia 18: 1-17). Buli-buli yang pecah melambangkan
murka Tuhan terhadap kerajaan Yehuda yang murtad (Yeremia
19).
Tindakan-tindakan simbolis itu dilakukan mereka agar umat Israel
mengetahui bahwa Tuhan mereka sebagai Yang Mahakuasa,
Mahakasih, dan Maha Pemurah.
Pada zaman Perjanjian Baru, tindakan simbolis seperti itu tidak lagi
dipakai Tuhan karena Yesus sudah datang. Puncak kasih Allah
telah dinyatakan di dalam karya penyaliban-Nya, sebagai
satu-satunya jalan pengampunan dosa semua orang. Puncak murka
Allah telah ditimpakan kepada Yesus di kayu salib karena dosa
manusia. Puncak kemahakuasaan Allah diwujudkan dalam
kebangkitan Tuhan Yesus.

2. Walaupun tidak berfungsi sebagai tindakan simbolis, Tuhan juga
masih memakai anak-anak-Nya untuk memperagakan kasih dan
kuasa-Nya melalui kesaksian hidup mereka. Sama seperti Hosea
yang merelakan dirinya dipakai Tuhan demi kebaikan banyak
orang, demikian juga anak-anak-Nya pada zaman ini. Tuhan
sedang dan terus menanti anak-anak-Nya agar sungguh-sungguh
bersedia dipakai Tuhan demi pemberitaan Injil kepada semua
makhluk walaupun harus mengalami berbagai penderitaan.

Sumber :
Samin H Sihotang, SH, M.Div. M.Th, Kasus-kasus dalam
Perjanjian Lama, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2005, p. 191
– 201.

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis