1 November 2010

KETIKA KETULUSAN CINTA DIBALAS PENGKHIANATAN

Suber : Elia Stories
Sebuah pernikahan yang diimpikan oleh banyak orang telah dimiliki oleh Siu Lan bersama suaminya Santoso.

"Kehidupan pernikahan saya biasa-biasa saja, harmonis seperti biasa. Tidak pernah terjadi keributan besar, saya begitu menikmati kehidupan pernikahan yang saya jalani. Ketika ia mulai menjadi salesman ke luar kota, hal itu tidak menjadi masalah dalam keluarga kami," kisah Siu Lan membuka kesaksiannya.

Namun ternyata sikap manis Santoso di depan isteri dan anak-anaknya hanyalah sandiwara belaka. Saat Santoso sedang bertugas di luar kota, perilaku liarnya mulai terlihat.

"Awalnya sebenarnya saya tidak mau, tapi karena saya terlalu sering keluar kota dan bertemu dengan hal-hal yang seperti itu, akhirnya saya pun tergoda. Jadi ada cara-cara licik, cara-cara yang tidak benar diajarkan oleh teman-teman saya, dan akhirnya saya lakukan juga. Saya juga tergoda ingin hidup seperti mereka," kisah Santoso mengenai awal kejatuhannya.

Bagi Santoso, wanita dan seks adalah candu dalam kehidupannya. Bahkan demi kepuasannya, Santoso memelihara seorang wanita simpanan tanpa memperdulikan keluarganya. Selama 6 tahun Santoso memelihara wanita yang sama. Dan hebatnya ia bisa bermain peran, di rumah ia tetap kelihatan sayang kepada anak dan isterinya, tapi di luar rumah perilaku Santoso sangat buas.

Untuk menutupi dan menyembunyikan hubungan gelapnya, Santoso menyusun sebuah siasat jahat. Dengan dalih perusahaanya mau membuka cabang di Malang, Santoso mengajak isterinya untuk pindah ke Malang, tapi ia menyarankan agar isterinya yang terlebih dahulu pindah dan ia akan menyusul setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tapi setelah beberapa bulan berjalan, Siu Lan tidak melihat tanda-tanda suaminya akan ikut pindah bersamanya. Dan Santoso kembali berdalih kalau perusahaannya tidak jadi membuka cabang di sana. Siu Lan yang sudah terlanjur pindah pun tidak bisa kembali karena anak-anaknya sudah pindah sekolah ke Malang.

Kebusukan Santoso mulai tercium ketika seorang utusan perusahaan tempat Santoso bekerja datang menemui Siu Lan. Saat itulah Siu Lan baru mengetahui kalau suaminya sudah tidak bekerja di perusahaan itu sejak empat bulan yang lalu. Tidak hanya sampai di situ, Siu Lan juga akhirnya tahu akan perilaku suaminya selama ini. Dari orang tersebutlah Siu Lan tahu kalau Santoso sudah melarikan uang perusahaan dan pergi dengan perempuan lain.

Tak mudah bagi Siu Lan untuk mempercayai kebenaran itu karena Santoso yang dikenalnya selama ini sungguh seorang suami yang baik. Betapa terkejutnya Siu Lan mendengar hal tersebut. Suami yang selama ini dicintainya tega melukai hatinya. Perasaan kecewa dan sakit hati begitu menguasai hati Siu Lan karena selama ini baginya suami yang dicintainya itu adalah raja. Santoso sendiri benar-benar tidak memikirkan isteri dan anak-anaknya lagi. Yang dilakukannya hanyalah bersenang-senang dengan wanita simpanannya itu.

Uang panas Santoso habis di meja judi. Kebangkrutan Santoso memaksanya pergi ke Malang. Meskipun mangkel, Siu Lan tetap menerima Santoso dengan hati yang kecewa. Tapi penerimaan itu tidak melunakkan hati Santoso, ia bahkan berubah menjadi kasar dan sering membentak-bentak isterinya. Bagi Santoso sendiri, sepanjang ia masih bisa membiayai hidup keluarganya, maka Siu Lan tidak memiliki hak untuk menuntut hal lain dari dirinya meskipun Siu Lan adalah isterinya sendiri. Dan semakin lama Santoso semakin jarang pulang sampai pada akhirnya pindah ke tempat lain dan tinggal bersama wanita simpanannya itu.

"Semakin lama kebencian saya semakin mendalam. Waktu itu saya juga sudah mulai sakit-sakitan. Saya seperti orang gila. Saya menangis sendiri, karena saya melihat anak-anak. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, keluarga saya jauh, saya tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Siu Lan dengan hati yang pedih.

Luka pengkhianatan itu semakin pedih terasa. Dunia seakan runtuh dan menimpa Siu Lan. Inilah detik-detik di mana Siu Lan menyerahkan nyawanya kepada maut. Ia sempat berniat untuk bunuh diri, bahkan mengajak keempat anaknya untuk bunuh diri bersama. Karena Siu Lan berpikir ia tidak rela jika dirinya mati, anak-anaknya akan menderita karena harus ikut papanya dengan perempuan itu. Namun tangisan anak bungsu Siu Lan menyadarkannya dari khayalan itu.

"Anak bungsu saya waktu itu masih kecil dan dia menangis. Lalu saya berpikir untuk apa berniat bunuh diri, padahal mertua saya juga selalu memberikan support kepada saya agar saya tidak menyiksa diri sendiri. Mertua saya mendorong saya untuk bisa merawat diri dan menunjukkan kepada suami saya bahwa saya bisa lebih dari perempuan itu. Mertua saya mengatakan, saya tidak boleh sakit, tidak boleh mati. Kalau sampai saya sakit, maka suami saya dan perempuan itu akan tertawa," kisah Siu Lan.

Nasehat itu bisa menenangkan hati Siu Lan untuk sementara. Tapi hal itu tidak bisa mengobati luka yang menganga di hatinya. Tanpa disadari, tubuh Siu Lan mulai sakit-sakitan bahkan ia harus dirawat secara intensif di sanatorium selama satu bulan karena ada flek di paru-parunya dan kondisinya sangat lemah saat itu.

Sungguh malang nasib Siu Lan. Saat dokter mengijinkannya untuk pulang, sebuah fakta tragis telah menantinya. Siu Lan ternyata menderita kelumpuhan dan ia tidak dapat lagi berdiri. Lengkap sudah penderitaan Siu Lan. Semua kemalangan harus ia tanggung seorang diri. Bahkan sikap suaminya semakin membuat kehidupan Siu Lan mendekati jurang kehancuran. Santoso tidak tahu menahu akan kondisi isterinya saat itu. Ia sebenarnya masih mengasihi isteri dan anaknya, tapi di sisi lain ia benar-benar tidak mampu melepaskan diri dari wanita itu.

Saat Siu Lan berjuang untuk bangkit dari kelumpuhannya, tanpa ia sadari seorang ibu yang sering lewat di depan rumahnya ternyata memperhatikan dirinya. Meskipun Siu Lan tidak mengenal wanita ini, namun ia memperkenalkan dirinya kepada Siu Lan dengan tutur kata yang halus dan berlaku layaknya seorang ibu kepada anaknya. Seperti menggantikan sosok orangtuanya yang jauh, wanita ini menjadi teman cerita bagi Siu Lan. Siu Lan menceritakan semua pergumulan hidupnya kepada wanita yang belakangan dikenalnya sebagai ibu Agus, ibu gembala sebuah gereja. Siu Lan pun merasakan kelegaan di dalam hatinya kala itu.

Sampai akhirnya Ibu Agus menasehati Siu Lan untuk ikut Tuhan dan berdoa setiap hari. Ibu Agus bahkan datang bersama dengan ibu-ibu para pendoa syafaat khusus untuk mendoakan Siu Lan. Dan Tuhan menyatakan mukjizatnya kepada Siu Lan. Dalam waktu tiga bulan, Siu Lan sudah bisa berjalan kembali.

Namun kebahagiaan Siu Lan hanya sementara. Hati Siu Lan kembali terbakar saat seorang tetangganya datang menceritakan kesenangan yang selalu Santoso lakukan bersama dengan selingkuhannya. Terpancing omongan tetangganya, Siu Lan pun membawa keempat anaknya pergi ke tempat suami dan selingkuhannya tinggal. Maksud Siu Lan menemui suaminya ialah meminta Santoso kembali pulang ke rumah.

Setibanya di sana, ketokan pintu tak jua membuka jarak antara Siu Lan dan suaminya. Pintu itu tertutup dengan rapatnya. Anak sulung Siu Lan yang sudah menginjak SMP akhirnya menggedor-gedor pintu itu sambil memanggil ayahnya. Ketika pintu itu terbuka, Santoso beserta perempuan itu ada di sana. Tapi perempuan itu marah besar akan kedatangan Siu Lan beserta anak-anaknya. Dengan kasar ia menjambak rambut Siu Lan. Tidak cukup sampai di situ, perempuan itu berlari ke dalam dan mengambil pisau. Ia mengancam akan membunuh Siu Lan. Siu Lan tak bisa lari begitu saja dengan ancaman itu karena keempat anaknya mengelilingi dirinya, menangis dalam kemarahan dan kekecewaan yang mendalam karena tidak adanya pembelaan dari ayah mereka. Sungguh tragis, bukannya menolong Siu Lan, Santoso malah membela wanita simpanannya.

"Begitu isteri saya pulang, saya ribut dengan dia. Saya benar-benar tidak terima isteri saya diperlakukan seperti itu, tapi saya sendiri sepertinya tidak mampu untuk melawan. Sepertinya saya menjadi laki-laki yang sangat bodoh saat itu," ujar Santoso dengan hati yang galau.

Tidak tergambarkan lagi bagaimana hancurnya hati Siu Lan saat itu. Namun kekecewaan itu bukan hanya dirasakan oleh Siu Lan seorang diri, anak tertua Siu Lan pun sangat terpukul akan peristiwa hari itu. Anaknya mulai menjadi anak pemberontak. Meskipun pamit ke sekolah, namun ia tidak lagi pulang ke rumah. Anaknya mengatakan kalau ia tidak mau lagi tinggal di rumah. Mungkin saja dia malu akan gunjingan tetangga di lingkungan perumahan itu.

Siu Lan pun akhirnya membawa anaknya kepada Pak Agus. Setelah dinasehati, Pak Agus menyarankan agar anaknya tinggal di pastori gereja. Bertahun-tahun Siu Lan menangis dan memohon dalam doanya sampai suatu malam saat Siu Lan sedang berdoa di kamarnya, tiba-tiba sebuah cahaya menyinari wajah Siu Lan.

"Malam itu saya berdoa, 'Tuhan, kalau memang suami saya itu masih suami saya, kembalikan dia kepada saya'. Biasanya kalau saya tidur kamar itu gelap, tapi saya tidak tahu darimana asalnya ada sinar yang menyinari wajah saya. Mungkin itu memang suara Tuhan, ada suara yang berkata, 'Kamu jangan takut anak-Ku, Aku ada bersamamu'. Dari situ saya sadar kalau Tuhan pasti tolong saya. Beberapa hari kemudian suami saya pulang," kisah Siu Lan dengan berurai air mata.

Atas saran seorang hamba Tuhan, Siu Lan mencoba berdamai dengan sang suami. Ia pun memberanikan diri meminta suaminya agar mau kembali hidup bersamanya. Siu Lan sujud di kaki suaminya dan meminta maaf, namun bukannya memaafkan Santoso malah menendang Siu Lan. Bahkan melalui perkataannya, ia selalu menyalahkan Siu Lan atas semua yang telah terjadi. Kata cerai pun terlontar dan Santoso menyuruh Siu Lan untuk menikah lagi. Siu Lan hanya bisa menangis dengan pedih melihat tanggapan suaminya saat itu.

"Saya bilang, 'Tuhan, Tuhan yang menyatukan saya. Saya hanya meminta agar dia kembali. Saya terus belajar untuk mengampuni, mengasihi suami saya. Saya tidak lagi mengingat kejahatan suami saya yang berselingkuh, membohongi saya, mengkhianati saya. Jadi saya belajar mengingat masa lalu yang baik-baik saja mengenai suami saya," ujar Siu Lan.

Tanpa disadari, permintaan maaf Siu Lan sangat membekas di dalam hati kecil Santoso.

"Saya merasa sangat berdosa. Jangan sampai isteri saya meninggal gara-gara perbuatan saya. Saya harus melepaskan wanita ini," ujar Santoso.

Santoso akhirnya pindah dari rumah itu namun ia tetap hidup dalam dosa. Sampai akhirnya suatu saat Siu Lan memberanikan diri mengajaknya ke sebuah ibadah. Di sanalah Santoso berkenalan dengan seorang yang bernama Gideon. Oleh Gideon, Santoso diajak untuk mengikuti sebuah camp khusus bagi para pria. Sesi demi sesi diikuti oleh Santoso. Hatinya mulai berkecamuk ketika salah seorang hamba Tuhan membongkar dosa-dosa yang sering para pria lakukan.

"Di situ saya betul-betul dibukakan. Saya merasa saya selama ini melakukan hal yang sangat berdosa, saya akui semua dosa saya di hadapan Tuhan. Saya tidak mau menganiaya isteri saya lagi. Saya bilang, 'Tuhan, ampuni saya! Saya selama ini melakukan hal yang tidak baik terhadap isteri dan anak-anak saya. Saya merasa bersalah'. Dan di situ sepertinya Tuhan mengatakan kepada saya, 'Kamu harus bertobat, kamu harus megasihi isteri dan anak-anakmu'," ujar Santoso dengan tangisan penuh penyesalan.

Sepulangnya dari acara itu, dengan hati yang meluap-luap Santoso mengungkapkan penyesalannya kepada sang isteri dan anak-anaknya.

"Di saat suami saya meminta maaf, saya menangis. Saya mengucap syukur kepada Tuhan karena Tuhan begitu baik memberikan kepada suami saya kesempatan kedua. Benar-benar hati saya penuh sukacita," ujar Siu Lan.

"Saya merasa ada kedamaian, saya merasa hidup kembali," ujar Santoso.

Kembalinya Santoso di tengah-tengah keluarga telah menghidupkan kembali impian Siu Lan akan kehidupan keluarga yang bahagia. Santoso sendiri telah berubah menjadi suami yang lembut. Bagi Siu Lan dan Santoso, kasih mula-mula yang mereka alami di dalam Kristus adalah kekuatan abadi yang mampu mempersatukan keluarga mereka untuk selamanya.

"Begitu indahnya hidup di dalam dunia ini. Bisa merangkul isteri dan anak-anak saya, itu sungguh luar biasa. Tidak akan bisa tergantikan oleh apa pun juga," ujar Santoso dengan senyum bahagia.

"Hingga saat ini kami sekeluarga semakin saling mengasihi antara suami, isteri dan anak-anak. Dan semua karena kasih Tuhan di dalam keluarga saya begitu besar dan Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang ajaib," ujar Siu Lan menutup kesaksian dengan senyuman mengembang di wajahnya. (Kisah ini ditayangkan 28 Juli 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

(jawaban.com):
Siu Lan

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis