29 Oktober 2009

Dien Tamaela, Perempuan Maluku Dalam Keabadian Puisi

Sumber http://www.balagu.com/node/219

1Beta Pattiradjawane
jang didjaga datu-datu
tjuma satu

Begitulah bait pertama puisi karangan pujangga angkatan 45 Chairil Anwar, berjudul Tjerita Buat Dien Tamaela. Siapa Dien dan mengapa Pattiradjawane ? Bagaimana hubungan Chairil Anwar dan Dien ?

LANTARAN penyair Chairil Anwar, nama Dien Tamaela begitu termasyur. Puisi Chairil berjudul Cerita Buat Dien Tamaela, sangat populer. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di manca negara. Sebab puisi itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Spanyol, Latin bahkan Rusia.

Meskipun begitu populer, Dien Tamaela ternyata menjadi sebuah misteri. Banyak orang tidak tahu, siapa Dien Tamaela sebenarnya. Ada yang menyangka Dien seorang pria Ambon, seorang penyair, seorang pelukis, kritikus sastra. Ada yang menyebutnya sahabat Chairil di Negeri Belanda. Bahkan, ada juga yang menggosipkan sebagai istri gelap Chairil.

“Siapa itu Dien Tamaela, kita tidak kenal jadi kita tidak bisa menghayati puisi Chairil Anwar secara baik,” ujar seorang guru Sastra Indonesia pada forum dalam bulan bahasa 2008 di Kampus FKIP Universitas Pattimura.

Puisi Cerita Buat Dien Tamaela yang sungguh mistis, juga menjadi sebuah misteri. Chairil seperti punya pengalaman magis berada di pulau-pulau Maluku. Tapi untuk membuka tabir hubungan Chairil dan Dien, justru mesti dimulai dengan menelusuri puisi ini.

Puisi ini ditulis Chairil tahun 1946. Di bawah judul Cerita Buat Dien Tamaela, Chairil memulainya dengan satu larik yang langsung sangat Maluku, Beta Pattiradjawane. Tercatat, lima kali nama Pattiradjawane muncul dalam puisi sembilan bait itu. Maka pertanyaan berikut, siapa Pattiradjawane ? Mengapa bukan Pattimura atau marga-marga lainnya ?

PUTRI DOKTER TAMAELA
Cerita mengenai siapa Dien Tamaela bisa diurai dengan menelusuri makamnya di Tanah Kusir Jakarta Selatan. Dari sana, bisa tersingkap siapa Dien sebenarnya. Tentu, berjumpa dengan saudara kandungnya atau beberapa kerabatnya, sangatlah membantu.

Dien Tamaela bernama lengkap Leonardine Hendriette Tamaela. Ia lahir di Palembang, 27 Desember 1923 sebagai putri pertama pasangan dr Lodwijk Tamaela dan Mien Jacomina Pattiradjawane. Dien mempunyai seorang adik kandung bernama Lebrin Agustien Tamaela, yang lahir di Malang, 21 Agustus 1926. Sang adik dikenal dengan nama Dee, seorang dokter anak yang masih hidup di Menteng Jakarta Pusat dalam usia 83 tahun.

Dien dan Dee adalah putri dr Lodwijk Tamaela, pria kelahiran Ambon, 4 Maret 1896. Sang dokter meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalulintas di Mojokerto, 27 Juli 1938. Nama sang dokter diabadikan di Ambon sebagai nama ruas jalan dari Tugu Trikora menuju Batugantung.

Ibunda Dien dan Dee yakni Mien Jacomina Pattiradjawane lahir di Ambon, 8 September 1897. Sejak sang suami meninggal tahun 1938, Mien jualah yang mengasuh kedua putrinya. Waktu itu Dien berusia 15 tahun dan Dee baru 12 tahun. Mien hidup di Jakarta dalam usia yang panjang. Ia baru menghembuskan nafas terakhir di Jakarta, 28 Oktober 1996 dalam usia 99 tahun.

PIANIS DAN PENYANYI
Dien Tamaela sempat belajar di MULO Jakarta. Namun sampai kelas dua, ia pindah ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak. Nahas sebab pada tahun 1942, Jepang mulai menguasai Jakarta sehingga sekolah-sekolah ditutup. Dien pun putus sekolah. Tapi Dien melamar kerja di kantor pemerintah Jepang. Ia diterima sebagai tenaga administrasi sampai Indonesia merdeka. Setelah Jepang angkat kaki, tentara NICA ada di mana-mana.

Meskipun situasi tidak menentu, namun komunitas Maluku di Jakarta tetap berada dalam tradisi seni. Dien yang pandai bermain piano, secara rutin tampil dalam siaran budaya Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Sebagai pianis, mengiringi pemuda-pemuda Ambon bernyanyi. Dee juga masuk dalam kelompok penyanyi. Lagu-lagu dan pantun antara lain ditulis oleh seniman Buce Tahalele.

CHAIRIL MARAH
Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana Dien berkenalan dengan Chairil Anwar. Tapi baik Dien maupun Chairil sama-sama sering bolak-balik Jakarta – Yogyakarta. Di Yogyakarta, Dien tinggal bersama keluarga Tahya-Pattiradjawane, saudara ibundanya yang biasa disapa Tante Putih. Keluarga Tahya-Pattiradjawane mengelola sebuah asrama pelajar dan Dien tinggal di situ jika ke Yogyakarta.

Chairil memang kemudian akrab dan jatuh cinta pada Dien. Tapi cinta setiap kali harus mengurut dada. Sebab ia harus berhadapan dengan dua perempuan bermarga Pattiradjawane yakni Mien di Jakarta dan Tante Putih di Yogyakarta.

Chairil sendiri dikenal sebagai pemuda petualang, tidur di mana saja, jarang mandi, jarang ganti baju, tukang begadang dan selalu kekurangan uang. Dengan penampilannya kumal, hal ini sangat kontras dengan Dien. Tiap kali Chairil bertamu, ia selalu kena semprotan kata-kata dari dua perempuan Pattiradjawane.

Meskipun berkali-kali kena damprat, Chairil selalu saja muncul dengan penampilan dekilnya. Cerita tentang tifa, pala, laut, sampan, pulau, datuk-datuk yang kemudian muncul dalam puisinya, sesungguhnya ekspresi kemarahan Chairil pada perempuan Pattiradjawane yang menjadi penghalang cintanya pada Dien. Chairil menangkap kisah-kisah tentang Maluku dari perempuan-perempuan itu.

Tahun 1947, Dien beberapa kali ke Yogyakarta. Waktu itu, puisi Cerita Buat Dien Tamaela sudah mulai menjadi buah bibir di Yogyakarta dan Jakarta. Chairil juga sering Yoggyakarta. Tapi menurut Dee, kakaknya itu seorang yang tidak banyak bicara sehingga tidak pernah bercerita sejauh mana hubungannya dengan Chairil.

“Dien tidak pernah bercerita tentang Chairil,” kata Dee.

TBC MEMBUNUH
Usianya baru 25 tahun ketika dokter memvonisnya positif terserang penyakit TBC. Pada masa itu, TBC adalah penyakit pembunuh nomor satu karena belum ada obatnya sama sekali. Kesehatannya terus memburuk. Sang ibu membawanya berobat ke rumah sakit yang kini dikenal sebagai RSUP Cipto Mangunkusumo.

Meskipun menjalani perawatan intensif, penyakitnya semakin parah. Dien tidak tertolong lagi sehingga akhirnya menutup mata untuk selamanya pada 8 Agustus 1948. Ia dimakamkan di Petamburan. Sepuluh tahun kemudian dipindahkan ke Pemakaman Tanah Kusir. Gadis hitam manis itu tidur di sana dalam sebuah keabadian puisi yang sangat terkenal, Cerita Buat Dien Tamaela. (Rudi Fofid)

Tidak ada komentar:

SURAT PILATUS KEPADA KAISAR TIBERIUS

Ternyata selama masa pemerintahannya sebagai Gubernur Yudea, Pontius Pilatus pernah menulis sebuah surat kepada Kaisar Tiberius di Roma melaporkan mengenai aktivitas dari pelayanan Yesus. Surat ini ditulisnya pada tahun 32 AD. Berikut adalah isi suratnya : Kepada Yang Mulia Kaisar Tiberius ... Seorang anak muda telah muncul di Galilea dan atas nama Elohim yang mengutusnya, Dia telah berkhotbah dalam sebuah hukum yang baru, dengan perilaku yang rendah hati. Pada mulanya saya mengira tujuan-Nya adalah untuk menimbulkan gerakan revolusi rakyat untuk melawan pemerintahan Roma. Dugaan saya keliru, Yesus Orang Nazaret itu ternyata bergaul lebih akrab dengan orang Romawi daripada dengan orang Yahudi. Suatu hari saya memperhatikan, ada seorang anak muda di antara sekelompok orang, sedang bersandar pada sebatang pohon dan berbicara dengan tenang kepada kumpulan orang banyak yang mengelilingi-Nya. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itulah Yesus. Terdapat perbedaan yang jelas antara Dia dan orang-orang yang mengelilingi-Nya. Dari rambut dan janggutnya yang pirang, Ia kelihatan seperti "Tuhan" (Lord). Ia berumur sekitar 30 tahun, dan saya belum pernah melihat orang dengan wajah sedemikian simpatik dan menyenangkan seperti Dia. Apa yang membuat Ia kelihatan begitu berbeda dengan orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya adalah pada wajah-Nya yang ceria. Karena saya tidak ingin mengganggu-Nya, saya meneruskan perjalanan saya, tetapi saya menyuruh sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan turut mendengarkan pengajaran-Nya. Kemudian sekretaris saya melaporkan bahwa belum pernah ia membaca karya-karya ahli filsafat manapun yang dapat disejajarkan dengan ajaran Orang itu, dan bahwa Orang itu (Yesus) sama sekali tidak membawa orang ke jalan yang sesat, dan tidak pula menjadi penghasut. Oleh karena itulah kami memutuskan untuk membiarkan-Nya. Ia bebas untuk melakukan kegiatan-Nya berbicara dan mengumpulkan orang. Kebebasan yang tidak terbatas ini menggusarkan orang-orang Yahudi dan menimbulkan kemarahan mereka. Ia tidak menyusahkan orang miskin, tetapi merangsang kemarahan orang-orang kaya dan para tokoh masyarakat. Kemudian saya menulis surat kepada Yesus, meminta Ia untuk diwawancarai dalam suatu pertemuan. Ia datang. Pada saat Orang Nazaret itu tiba, saya sedang melakukan jalan pagi. Dan ketika saya memperhatikan-Nya, saya begitu tertegun. Kedua kaki saya serasa dibelenggu oleh rantai besi yang terikat pada lantai batu pualam. Seluruh tubuh saya gemetar bagaikan seorang yang bersalah berat. Namun Ia tenang saja. Tanpa beranjak, saya begitu terpukau dengan orang yang luarbiasa ini beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan pada penampilan atau perilaku-Nya. Selama kehadiran-Nya saya menaruh hormat dan respek yang mendalam pada diri-Nya. Saya katakan kepada-Nya bahwa pada diri dan kepribadian-Nya terdapat sesuatu yang memancar dan menunjukkan kesederhanaan yang memukau, yang menempatkan Ia di atas para ahli filsafat dan cendekiawan masa kini. Ia meninggalkan kesan yang mendalam pada kami semua karena sikap-Nya yang simpatik, sederhana, rendah hati, dan penuh kasih. Saya telah meluangkan banyak waktu untuk mengamati aktivitas pelayanan menyangkut Yesus dari Nazaret ini. Pendapat saya adalah : Seseorang yang mampu mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan gelombang laut, tidak bersalah sebagai pelaku perbuatan kriminal sebagaimana dituduhkan oleh orang banyak. Kami harus mengakui bahwa sesungguhnya Ia adalah Putra Elohim. Pelayan anda yang setia, Pontius Pilatus. Surat di atas tersimpan di Perpustakaan Kepausan di Vatikan, dan salinannya mungkin dapat diperoleh di Perpustakaan Kongres Amerika. Dari surat di atas, tahulah kita mengapa Pilatus "tidak berani" menjatuhkan vonis hukuman mati atas Yesus (Matius 27:24, Yohanes 18 : 31-40 dan 19 : 4,6 - 16)

PEREMPUAN ITU KU PANGGIL MAMA

Perempuan itu ku panggil Mama Yang setiap malam selalu terjaga saat hati sibuah hatinya sedang gelisah... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu sibuk di subuh hari untuk menyiapkan sarapan dan keperluan sibuah hatinya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengajariku untuk menjadi bijaksana,... Yang selalu mengajariku untuk selalu dekat dengan Sang Khalik... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu turut merasakan kesusahanku,.. Yang selalu barusaha memenuhi kebutuhanku... Perempuan itu ku panggil Mama Yang selalu mengkhawatirkan keadaanku saat ku jauh,.. Yang selalu menanyaiku dengan penuh kasih saat ku murung... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat penyakit itu bersarang ditubuhnya dan kubisikan: mama izinkan aku untuk merawatmu dan menjagaimu... Perempuan itu ku panggil Mama Yang yang terbaring lamah di pembaringan... Perempuan itu ku panggil Mama Yang dengan lemah berusaha duduk di pembaringan dan mengatakan pesan terakhirnya kepadaku: "RIS MARI BERBAGI DENGAN MAMA DALAM HIDUPMU"... Perempuan itu ku panggil Mama Yang di saat-saat terakhir hidupnya masih memintaku untuk bernyanyi memuju Sang Khalik serta bertelut dan berdoa untuknya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang malam itu tarikan napasnya semakin berat.... Perempuan itu ku panggil mama Yang saat itu kubertelut di kakinya sambil memanjatkan doa: TUHAN KUMOHON KEBESARAN KASIHMU DAN MUJIZATMU UNTUK KESEMBUHAN DAN MEMBERI PANJANG UMUR BAGI MAMAKU TERCINTA... Perempuan itu ku panggil Mama Yang disaat-saat terakhir hidupnya ku bersujud di kakinya sambil menangis dan memeohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kubuat selama hidupku bersamanya... Perempuan itu ku panggil Mama Yang mengatakan kepadaku: RIS MAMA CAPEK DAN MAMA INGIN ISTIRAHAT... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kubisikan: MAMA, KALAU MAMA CAPEK BERISTIRAHATLAH MAMA......... Perempuan itu ku panggil Mama Yang saat detik - detik terakhir tarikan napasnya, aku masih tetap besujud di kakinya sambil meneteskan air mataku ke kakinya sambil berkata: MAMAKU, TOLONG RASAKAN BETAPA AKU SANGAT MENYAYANGI MAMA LEWAT HANGATNYA AIR MATAKU YANG MENETES DI KAKI MAMA INI... Perempuan itu ku panggil Mama Yang kasih sayangku kepadanya dikalahkan oleh kasih sayang Sang khalik kepada mamaku, sehingga saat itu juga mamaku menghembuskan napasnya yang terakhir untuk pergi menghadap Sang Khalik, untuk pergi meninggalkan kami selamanya dan untuk mengakhiri segala penderitaan hidupnya di dunia ini... Perempuan itu ku panggil Mama yang disaat tubuhnya terbujur kaku dan dingin, kucium mamaku sambil berbisik: MAMAKU TERSAYANG, KASIH SAYANG MAMA KEPADAKU AKAN TETAP MENJADI BINTANG DI DALAM HATIKU YANG AKAN TETAP BERSINAR DAN SINAR KASIH SAYANG ITU AKAN TETAP KUPANCARKAN KEPADA SEMUA ADIK - ADIKU, SAUDARA - SAUDARAKU, DAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI SEKITARKU AGAR MEREKA TAHU BAHWA MAMAKU ADALAH FIGUR YANG TERBAIK DAN YANG TELAH MENDIDIKKU MENJADI MANUSIA YANG BIJAKSANA... Perempuan itu ku panggil Mama yang selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya Perempuan itu kupanggil Mama Yang kini menetap disurga bersama Sang Khalik yang mengasihinya... TERIMA KASIH MAMAKU TERCINTA, ATAS SEMUA KEHIDUPAN YANG INDAH, YANG TELAH KAU HADIRKAN SELAMA ENGKAU BERSAMAKU DI DUNIA INI........ LIWAT HEMBUSAN NAPASKU SERTA DOAKU, KU TITIPKAN CIUM YANG PALING MANIS UNTUK MAMA DI SURGA SANA....... (Untuk mengenang mamaku yang meninggal tanggal 5 Mei 2009 di Ambon) Anakmu Richard Sahetapy yang Kau panggil RIS

SENG ADA MAMA LAI

SU SENG ADA MAMA LAI PAR BIKING COLO - COLO SU SENG ADA MAMA LAI PAR TUANG PAPEDA DI SEMPE SU SENG ADA MAMA LAI PAR ATOR MAKAN DI MEJA MAKAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR CUCI BETA PUNG PAKIAN SU SENG ADA MAMA LAI PAR DENGAR BETA PUNG SUSAH SU SENG ADA MAMA LAI PAR JAGA BETA WAKTU SAKIT MAMAE.... PAR APA LAI BETA PULANG KA RUMAH TUA KALO MAMA SU SENG ADA PAR LIA BETA PAR APALAI BETA DUDU DI MEJA MAKAN KALO MAMA PUNG TAMPA GARAM SU SENG ADA PAR SAPA LAI BETA MAU MANYANYI KALO MAMA SU SENG ADA PAR DENGAR... SIOOO MAMA E.... MAMA SU JAUH DARI BETA DENG BASUDARA MAMA SU TENANG DI TETEMANIS PUNG PANGKO TAPI MAMA PUNG PASANG DENG MAMA PUNG DOA TETAP JADI BINTANG YANG BERSINAR DI BETA PUNG HATI SELAMA HIDOP DI DUNIA. JUST FOR MY LOVE MAMA

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

Yesus Manis